Silahkan
baca cerita sebelumnya di FF_Sebelas
“ayoo,
duduklah!” ujar Gara, “apapun yang terjadi pada masa lalu ayahmu, dia—dia harus
tetap kau temukan, aku—aku berjanji akan berusaha semampuku untuk melindungimu
juga ayahmu, jadi… ahhh kau benar benar terlihat buruk saat bersedih seperti
ini” ujar Gara menatap mata Gloria yang sedang menangis, Gloria hanya
menengadahkan pandangannya pada Gara dan sedikit menunjukan simpul senyumannya,
“coba lihat ini!” ujar Gara dan memunculkan setangkai lily putih kesukaan
Gloria, dan Gloria langsung meraihnya, “terima kasih” ucap Gloria dan memeluk
Gara kembali, “ayoo kita harus masuk!” ujar Gloria dan meraih lengan Gara untuk
mengikutinya masuk kedalam rumah.
“Alex
berada disuatu tempat yang dilindungi oleh kekuatan magis, ia membuatnya
sendiri, dan pangeran kegelapan tak mengetahuinya, tapi… akan sedikit sulit
jika kita ingin kesana” jelas tuan Jack, “bukankah tadi kau bilang kau sesekali
mengunjunginya?” ujar Gara, “tidak secara langsung, aku hanya membuat hubungan
kontak dengannya, kami berdua adalah seorang penyihir, kami membuat kontak
dengan magis yang kami miliki, meski begitu, dia tak pernah memberitahuku
bagaiman caraku agar dapat masuk kedalam dunia ayahmu kini” jelas tuan Jack
pada Gloria, “kau pengkhianat! Bagaimanapun dia tak akan percaya padamu!” ujar
Halley, “dia hanya berhati hati” jelas tuan Titan, “melihatmu bahwa kau pernah
memberitahukan mengenainya pada pangeran kegelapan, aku yakin dia hanya berhati
hati!” jelas tuan Titan kembali, “jika ayahku adalah seorang penyihir, kenapa
aku tidak?” ujar Gloria, “kau hanya mewarisi ‘pengelihatan’ ayahmu sepertinya”
jelas tuan Jack, “membuat kontak? Ayahku sering melakukannya, tapi bukankah
kita harus mempunyai media agar bisa membuat kontak, cermin—itu yang kami
gunakan, kami mengalirkan magis secara bersamaan pada sebuah cermin dirumahku,
lewat cermin itu baik ayahku dan aku dapat saling bertemu, apa sama seperti
itu?” ujar Gara, “hampir, aku dan Alex menggunakan angin sebagai media, jadi
kami hanya dapat saling mendengar bukan melihat” jelas tuan Titan, “bisakah?
Bisakah kau tunjukan?” jelas Gloria, “tidak—media tak dapat kita gunakan secara
terus menerus bukan? Hanya pada saat saat tertentu, tergantung bagaimana caramu
memantrainya” jelas Gara, “anak muda itu benar! Aku hanya dapat menggunakannya
disaat situasi genting dan tenang, maksudku—hanya pada saat tidak ada
seorangpun disekitarku atau ayahmu!” jelas tuan Jack.
“apa
itu!” jelas Halley yang terkejut dengan terpaan angin yang mendobrak pintu,
“aahh itu ayahmu!” jelas tuan Jack pada Gloria, “ayah???” ujar Gloria, berharap
ia dapat melihat ayahnya—sangat berharap, “seperti yang aku bilang aku harus
mendapat suasana yang tepat agar dapat melakukan kontak dengan ayahmu,
tunggulah disini!” jelas tuan Jack yang kemudian menghilang dari pandangan
semua orang ditempat itu.
“ahh
kepalaku!” ujar Chemo disudut lain tempat ini, “Chemo??? Aku tidak menyadari
keberadaanmu sejak aku datang kemari” ujar Haxio yang terkejut melihat Chemo
yang tiba tiba menghampiri mereka, “kau merasa lebih baik sekarang?” ujar
Gloria menghampiri Chemo, “ahh yaa kau sudah lebih baik sekarang” tambahnya
lagi. “bagaimana bisa aku selamat? Anak panah itu akan membunuhku bukan?” ujar
Chemo, “jika Gara tidak menyelamatkanmu, itu mungkin akan terjadi” ujar Gloria
dan mengalihkan pandangannya pada Gara, “benarkah?” ujar Chemo, “dan aku hampir
terbunuh juga saat menyelamatkanmu!” ujar Gara, “terima kasih atas
pertolonganmu, bagaimanapun aku sangat berhutang nyawa padamu” ujar Chemo, “dan
kau! Apa yang kau lakukan disini? Tunggu—ini—tuan Jack?” ujar Chemo yang mulai
mengamati keadaan sekitarnya, “tuan Titan?” tambahnya lagi saat mendapati sosok
pria tua yang dikenalnya, “yaa ini aku, lama kita tak berjumpa bukan?” balas
tuan Titan, “ini anakku Halley!” tambahnya, “aahh benarkah??? Kalian tidak
mirip…” ujar Chemo, “Kau—” ujar Halley geram mendengar Chemo. “lalu dimana tuan
Jack? Dan apa ayahmu telah kau temukan? Ya Tuhan berapa lama aku tak sadarkan
diri!” ujar Chemo sambil memegang kepalanya, “jika ayah Gloria telah ditemukan
maka kau akan melihatnya disini!” jelas Halley.
“Gloria!”
ujar tuan Jack yang tiba tiba muncul, “saat tengah malam, gunakanlah
pengelihatanmu untuk menemukan ayahmu!” tambahnya lagi, “tapi—tapi aku tak
pernah berhasil melakukannya..” ujar Gloria lemas, “kali ini akan berhasil !”
jelas tuan Jack, “tidak—kau tahu ini sangat rentan bukan? Dua orang melakukan
kontak pengelihatan ditempat seperti ini?tidak—kau bercanda?” ujar tuan Titan,
“tuan benar, terlalu berbahaya—pangeran kegelapan akan merasakan hubungan
kontak mereka!” ujar Haxio, “iya, bukankah pangeran kegelapan juga mempunyai
pengelihatan sama seperti Gloria dan ayahnya, hal itu bisa menjadi kunci
untuknya untuk dapat menemukan tuan Alex, dan—dan kita semua!” ujar Chemo,
“tunggu—ketika aku dan ayahku melakukan kontak kami, ada satu mantra yang
sangat kuat yang dapat menyembunyikannya, bisakah itu?” ujar Gara,
“maksudmu—mantra pelindung?” ujar Halley, “ayahku bilang, ketika ia melakukan
kontak denganku, sekalipun ada seseorang disekitar kita yang bisa mendeteksi,
itu tak akan terjadi jika ada mantra pertahanan, ayahku melakukannya agar bos
ditempat ia bekerja tidak mengetahuinya” jelas Gara, “ayahmu melindungi
pengelihatannya, mungkin itu sebabnya kau tidak pernah bisa berhasil melakukannya!”
ujar Halley, “jadi—aku rasa ayahmu akan mengambil resiko dengan membuka
pengelihatannya kini!” tambahnya, “Gara benar! Kita bisa menggunakan mantra
pertahanan, kita berdua bisa melindungi pengelihatanmu akan ayahmu, dan aku
yakin ayahmu tidak akan seceroboh itu, ia juga pasti akan melindungi
pengelihatannya” ujar tuan Jack, “ tengah malam hampir tiba, berhati hatilah”
jelas tuan Titan, aku dan Halley akan berjaga disekitar kalian, segala
kemungkinan dapat terjadi pada pangeran kegelapan!” tambahnya, “kami ikut!”
ujar Chemo dan Haxio bersamaan.
Tengah
malampun tiba, semuanya bersiap, Gloria bersiap saat akan melakukan kontak
dengan ayahnya, Gara dan tuan Jack mencengkram tangan Gloria sambil membacakan
mantra mantra pertahanan untuk dapat melindungi kontak yang akan dilakukan,
Halley, ayahnya dan Chemo juga Haxio berada disekitar Gloria, Gara dan tuan
Jack, menjaga mereka dari segala arah, Halley dan ayahnya terjaga dengan
menjadi seekor serigala, hembusan angin mendobrak pintu rumah tuan Jack, itu adalah
pertanda dari tuan Alex, mereka semua saling beradu pandangan, Gloria
menganggukan kepalanya mengisyaratkan ia siap melakukannya, Halley, tuan Titan,
Haxio dan Chemo menatap dengan tajam memastikan Gloria tetap aman, Gara dan
tuan Jack terus melayangkan mantra mantra mereka, perlahan Gloria menutup
matanya, fokus pada ayahnya.
“ayah…
ayah…” ujar Gloria yang kini berada ditempat yang ia tak tahu itu dimana, hanya
tambok tembok putih yang ada disekitarnya dan semuanya memantulkan cahaya yang
sangat tajam, membuat Gloria tak dapat melihat apapun, “disini… oh sayang ayah
sangat merindukanmu” ujar tuan Alex yang muncul dibalik cahaya putih tapat
dihadapan Gloria, Gloria dengan sigap menghampiri ayahnya dan langsung
mendekapnya, “aku juga—sangat ayah—sangat merindukan ayah!” ujar Gloria yang
masih memeluk ayahnya, “kita harus melakukannya dengan cepat, ayah takut
pangeran kegelapan akan tetap merasakannya meski diberi mantra perlindungan,
sekarang kekuatan pangeran kegelapan semakin meningkat, kita harus tetap
berhati hati” ujar tuan Alex, “dengar, ayah baik baik saja, kau masih menyimpan
kalung yang pernah ayah beri padamu sewaktu kau masih kecil sayang?” tambahnya,
“selalu, disini!” ujar Gloria memperlihatkan kalung yang menempel dilehernya
bersamaan dengan kalung rubi yang diberi oleh Gara, “baguslah, kalung itu akan
menuntunmu pada ayah, tunggu—kalung rubi?” ujar tuan Alex, “Gara yang
memberikannya padaku, ada apa?” ujar Gloria, “kau harus tetap memakainya,
kalung itu akan melindungimu… ayah harus pergi, ayah sangat mencintaimu,
berhati hatilah!” ujar tuan Alex, dan kemudian mengilang dari pandangan Gloria,
“aku juga..” ujar Gloria menatap kosong kepergian ayahnya, perlahan mata Gloria
terbuka,
“bagaimana?
Apa yang terjadi?” ujar Gara, “aku bertemu ayah, namun ia tak memberitahuku
secara pasti mengenai keberadaannya, dia—dia hanya mengingatkanku pada kalung
yang pernah ia berikan dulu sewaktu aku kecil sebelum ia pergi, tapi aku tetap
tak mengerti” ujar Gloria, “bisa aku melihatnya?” ujar tuan Jack, “Gloria melepaskan
sesuatu dari lehernya, menunjukan sebuah kalung dengan batuan seperti permata
sebagai bandulnya dengan lilitan lilitan perak pada permata itu, “apa yang bisa
dilakukan oleh kalung itu? Ayah bilang kalung itu dapat menuntunku padanya”
ujar Gloria, “kalung itu—tidak—tidak itu adalah sedikit dari pecahan batu yang
ditemukan ayahmu” ujar tuan Titan, “dan telah ia mantrai!” tegas tuan Jack.
“batu
dewa?” ujar Haxio, “benarkah?” tambah Chemo, “aku tidak mungkin salah” ujar
tuan Jack, “itu benar—batu dewa” jelas tuan Titan yang masih dalam wujud
serigalanya, “benda kecil itu adalah batu dewa?” ujar Halley, “jangan pernah
meremehkan, ukuran batu yang sebenarnya 10 kali lipat dari kau lihat kini,
meski itu hanya pecahan kecil, batu itu tetap memiliki magis yang kuat meski
tak sebesar jika dalam ukuran sebenarnya” ujar tuan Jack, “bukankah batu dewa
akan selalu bisa melindungi pemakainya? Tapi aku masih tetap terluka, batu itu
tak melindungiku sama sekali!” ujar Gloria, “dia benar, beberapa kali ia
terluka dan sepertinya batu itu tak membantunya sama sekali” jelas Gara, “batu
itu bukan penetralisir racun, dia bekerja pada magis!” jelas tuan Titan, “hanya
magis?” ujar Gloria, “kau tidak akan bisa dibaca oleh pangeran kegelapan,
keberadaanmu akan sulit diketahui oleh pangeran kegelapan, sekarang aku tak
heran jika ia tak pernah menemukanmu” ujar tuan Jack, “batu itu pasti memiliki
kontak dengan batu induknya, apa itu yang dimaksud oleh Alex?” ujar tuan Titan,
“aku rasa itu benar” jelas tuan Jack. “jika batu itu masih ada ditangan Alex,
dan pecahannya berada pada Gloria, maka tak akan sulit untuk menemukan dia
bukan?” tambahnya lagi.
“lalu
bagaimana cara kalung ini berkerja?” ujar Gloria dengan pandangan terfokus pada
kalung dilengannya. “Brakkk!!!” sesuatu
mendobrak pintu rumah tuan Jack, mereka adalah para Cxipto, dengan reflex Haxio
meludahi mata Gara dan Gloria “iyaakk!!!—apa yang kau—” –“ diamlah, itu akan
menjagamu! Sekarang berhati hatilah!” ujar
Halley.
Terdapat
sekitar 4 Cxipto yang menyerbu rumah tuan Jack, arah pandangan Chemo tepat pada
para Cxipto, seketika ia berubah menjadi batu dan salah satu dari Cxipto
melempar sebilah pisau sehingga menghancurkan tubuh Chemo, “tidak—tidak,
Chemo!!!” teriak Gloria yang melihat tubuh Chemo hancur, Tuan Titan dan Halley
menyerang tubuh Cxipto yang ada dihadapan mereka, Gara dan tuan Jack menyihir
rambut para Cxipto namun sama sekali tak ada gunanya, terlalu bahaya jika
rambut rambut Cxipto mengenai tubuh mereka, “Gloria! Lemparkan kalungmu!” ujar
tuan Jack, “Gara bersama sama arahkan tongkatmu pada kalung ini” tambah tuan
Jack saat kalung Gloria berada ditangannya, “Haxio! Ambil cermin itu dan
arahkan pada Cxipto Cxipto itu! Jelasnya lagi, “dalam hitungan ketiga, tutup
mata! 1..2..3!” jelas tuan Jack, semua
menutup mata mereka kecuali para Cxipto itu, Gara meluncurkan sebuah mantra
pada kalung Gloria yang dipegang tuan Jack, terlihat seutas pantulan cahaya
dari batu permata itu memantul pada cermin yang dipegang Haxio, Haxio berusaha
keras menahannya agar cermin tidak terjatuh, hingga pantulan sinar itu mengenai
para Cxipto yang hancur seketika seperti butiran butiran debu. Haxio terhempas
karena tak kuasa menahan cermin, begitu juga tubuh Gara dan tuan Jack,
“Brakk!!!” mereka terhempas kesudut lain tempat ini. Gloria segera menghampiri
Gara dan membantunya bangkit, tuan Titan berubah menjadi manusia kembali dan
meraih tubuh tuan Jack, ‘Halley!’ pikir Gloria, setelah ia membantu Gara,
Gloria mencari sosok Halley, ditemukannya ia terbaring lemah disudut dekat
pintu, “kau baik baik saja?” ujar Gloria dan merangkul Halley, “aaarrgghh!”
berontak Halley, “tuan Titan!!!” seru Gloria panik, tuan Titan langsung menoleh
kearah Gloria, dilihatnya anaknya Halley terkapar kesakitan, “Ya Tuhan! Apa
para Cxipto itu mengenaimu?” ujar Tuan Titan, “akhhh rasanya tubuhku seperti
terbakar!” teriak Halley menggenggam tangan Gloria dengan keras, “tuan Jack,
Gara!!! Tolonglah, Halley sekarat!” teriak Gloria, “bertahanlah… bertahanlah
Halley!” ujar Gloria, tuan Titan memeluk anakknya berharap ia dapat melakukan
sesuatu, racunnya pasti tengah menyebar pada tubuh Halley, tuan Jack masih tak
sadarkan diri setelah tubuhnya terhempas, Gara bangkit perlahan seraya memegang
perutnya yang sakit karena terhempaskan, ia menghampiri Halley, meraih tongkatnya
dan terduduk dihadapan Halley, Gloria menatapnya lemah, ia takut jika Gara yang
nanti akan terluka, “tenanglah.. saat tuan Jack sadar, dia akan membantuku
bukan?” ujar Gara dengan sulas senyuman diwajahnya, “Halley akan akan baik baik
saja, aku tak akan membiarkanmu kehilangannya lagi!” tambah Gara, lalu
mengalihkan pandangannya pada Halley. Gara kini terfokuskan pada Halley,
mencoba mengeluarkan setengah dari energi yang dimilikinya untuk memulihkan
Halley, “stop!” seru tuan Jack, “kekuatanmu tak akan mampu menyembuhkan Halley,
“Gloria!” tambah tuan Jack “kalungmu! Pakaikan kalung ini pada Halley!” jelas
tuan Jack, “hanya alirkan sedikit energi dalam tubuhmu pada kalung itu, dan
biarkan kalung itu yang bekerja” ulang tuan Jack pada Gara, setelah Gloria memakainya
pada Halley yang terus berteriak karena kesakitan yang dideritanya, Gara
mengeluarkan sedikit dari energinya pada kalung Gloria, perlahan setitik sinar
keluar dari tongkat sihir Gara dan meluncur kearah batu permata pada kalung
Gloria, cahaya itu masuk kedalamnya, terlihat tembus kedalam tubuh Halley, dan
tiba tiba Halley tak sadarkan diri, “biarkan kalung itu bekerja!” ujar tuan
Titan, “kau kuat nak, bertahanlah—ayah mohon bertahanlah” tambah tuan Titan
yang kemudian merangkul Halley dan membaringkan tubuh anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar