Jumat, 03 April 2015

FF_Dua Belas

Silahkan baca cerita sebelumnya di FF_Sebelas
“ayoo, duduklah!” ujar Gara, “apapun yang terjadi pada masa lalu ayahmu, dia—dia harus tetap kau temukan, aku—aku berjanji akan berusaha semampuku untuk melindungimu juga ayahmu, jadi… ahhh kau benar benar terlihat buruk saat bersedih seperti ini” ujar Gara menatap mata Gloria yang sedang menangis, Gloria hanya menengadahkan pandangannya pada Gara dan sedikit menunjukan simpul senyumannya, “coba lihat ini!” ujar Gara dan memunculkan setangkai lily putih kesukaan Gloria, dan Gloria langsung meraihnya, “terima kasih” ucap Gloria dan memeluk Gara kembali, “ayoo kita harus masuk!” ujar Gloria dan meraih lengan Gara untuk mengikutinya masuk kedalam rumah.
“Alex berada disuatu tempat yang dilindungi oleh kekuatan magis, ia membuatnya sendiri, dan pangeran kegelapan tak mengetahuinya, tapi… akan sedikit sulit jika kita ingin kesana” jelas tuan Jack, “bukankah tadi kau bilang kau sesekali mengunjunginya?” ujar Gara, “tidak secara langsung, aku hanya membuat hubungan kontak dengannya, kami berdua adalah seorang penyihir, kami membuat kontak dengan magis yang kami miliki, meski begitu, dia tak pernah memberitahuku bagaiman caraku agar dapat masuk kedalam dunia ayahmu kini” jelas tuan Jack pada Gloria, “kau pengkhianat! Bagaimanapun dia tak akan percaya padamu!” ujar Halley, “dia hanya berhati hati” jelas tuan Titan, “melihatmu bahwa kau pernah memberitahukan mengenainya pada pangeran kegelapan, aku yakin dia hanya berhati hati!” jelas tuan Titan kembali, “jika ayahku adalah seorang penyihir, kenapa aku tidak?” ujar Gloria, “kau hanya mewarisi ‘pengelihatan’ ayahmu sepertinya” jelas tuan Jack, “membuat kontak? Ayahku sering melakukannya, tapi bukankah kita harus mempunyai media agar bisa membuat kontak, cermin—itu yang kami gunakan, kami mengalirkan magis secara bersamaan pada sebuah cermin dirumahku, lewat cermin itu baik ayahku dan aku dapat saling bertemu, apa sama seperti itu?” ujar Gara, “hampir, aku dan Alex menggunakan angin sebagai media, jadi kami hanya dapat saling mendengar bukan melihat” jelas tuan Titan, “bisakah? Bisakah kau tunjukan?” jelas Gloria, “tidak—media tak dapat kita gunakan secara terus menerus bukan? Hanya pada saat saat tertentu, tergantung bagaimana caramu memantrainya” jelas Gara, “anak muda itu benar! Aku hanya dapat menggunakannya disaat situasi genting dan tenang, maksudku—hanya pada saat tidak ada seorangpun disekitarku atau ayahmu!” jelas tuan Jack.
“apa itu!” jelas Halley yang terkejut dengan terpaan angin yang mendobrak pintu, “aahh itu ayahmu!” jelas tuan Jack pada Gloria, “ayah???” ujar Gloria, berharap ia dapat melihat ayahnya—sangat berharap, “seperti yang aku bilang aku harus mendapat suasana yang tepat agar dapat melakukan kontak dengan ayahmu, tunggulah disini!” jelas tuan Jack yang kemudian menghilang dari pandangan semua orang ditempat itu.
“ahh kepalaku!” ujar Chemo disudut lain tempat ini, “Chemo??? Aku tidak menyadari keberadaanmu sejak aku datang kemari” ujar Haxio yang terkejut melihat Chemo yang tiba tiba menghampiri mereka, “kau merasa lebih baik sekarang?” ujar Gloria menghampiri Chemo, “ahh yaa kau sudah lebih baik sekarang” tambahnya lagi. “bagaimana bisa aku selamat? Anak panah itu akan membunuhku bukan?” ujar Chemo, “jika Gara tidak menyelamatkanmu, itu mungkin akan terjadi” ujar Gloria dan mengalihkan pandangannya pada Gara, “benarkah?” ujar Chemo, “dan aku hampir terbunuh juga saat menyelamatkanmu!” ujar Gara, “terima kasih atas pertolonganmu, bagaimanapun aku sangat berhutang nyawa padamu” ujar Chemo, “dan kau! Apa yang kau lakukan disini? Tunggu—ini—tuan Jack?” ujar Chemo yang mulai mengamati keadaan sekitarnya, “tuan Titan?” tambahnya lagi saat mendapati sosok pria tua yang dikenalnya, “yaa ini aku, lama kita tak berjumpa bukan?” balas tuan Titan, “ini anakku Halley!” tambahnya, “aahh benarkah??? Kalian tidak mirip…” ujar Chemo, “Kau—” ujar Halley geram mendengar Chemo. “lalu dimana tuan Jack? Dan apa ayahmu telah kau temukan? Ya Tuhan berapa lama aku tak sadarkan diri!” ujar Chemo sambil memegang kepalanya, “jika ayah Gloria telah ditemukan maka kau akan melihatnya disini!” jelas Halley.
“Gloria!” ujar tuan Jack yang tiba tiba muncul, “saat tengah malam, gunakanlah pengelihatanmu untuk menemukan ayahmu!” tambahnya lagi, “tapi—tapi aku tak pernah berhasil melakukannya..” ujar Gloria lemas, “kali ini akan berhasil !” jelas tuan Jack, “tidak—kau tahu ini sangat rentan bukan? Dua orang melakukan kontak pengelihatan ditempat seperti ini?tidak—kau bercanda?” ujar tuan Titan, “tuan benar, terlalu berbahaya—pangeran kegelapan akan merasakan hubungan kontak mereka!” ujar Haxio, “iya, bukankah pangeran kegelapan juga mempunyai pengelihatan sama seperti Gloria dan ayahnya, hal itu bisa menjadi kunci untuknya untuk dapat menemukan tuan Alex, dan—dan kita semua!” ujar Chemo, “tunggu—ketika aku dan ayahku melakukan kontak kami, ada satu mantra yang sangat kuat yang dapat menyembunyikannya, bisakah itu?” ujar Gara, “maksudmu—mantra pelindung?” ujar Halley, “ayahku bilang, ketika ia melakukan kontak denganku, sekalipun ada seseorang disekitar kita yang bisa mendeteksi, itu tak akan terjadi jika ada mantra pertahanan, ayahku melakukannya agar bos ditempat ia bekerja tidak mengetahuinya” jelas Gara, “ayahmu melindungi pengelihatannya, mungkin itu sebabnya kau tidak pernah bisa berhasil melakukannya!” ujar Halley, “jadi—aku rasa ayahmu akan mengambil resiko dengan membuka pengelihatannya kini!” tambahnya, “Gara benar! Kita bisa menggunakan mantra pertahanan, kita berdua bisa melindungi pengelihatanmu akan ayahmu, dan aku yakin ayahmu tidak akan seceroboh itu, ia juga pasti akan melindungi pengelihatannya” ujar tuan Jack, “ tengah malam hampir tiba, berhati hatilah” jelas tuan Titan, aku dan Halley akan berjaga disekitar kalian, segala kemungkinan dapat terjadi pada pangeran kegelapan!” tambahnya, “kami ikut!” ujar Chemo dan Haxio bersamaan.
Tengah malampun tiba, semuanya bersiap, Gloria bersiap saat akan melakukan kontak dengan ayahnya, Gara dan tuan Jack mencengkram tangan Gloria sambil membacakan mantra mantra pertahanan untuk dapat melindungi kontak yang akan dilakukan, Halley, ayahnya dan Chemo juga Haxio berada disekitar Gloria, Gara dan tuan Jack, menjaga mereka dari segala arah, Halley dan ayahnya terjaga dengan menjadi seekor serigala, hembusan angin mendobrak pintu rumah tuan Jack, itu adalah pertanda dari tuan Alex, mereka semua saling beradu pandangan, Gloria menganggukan kepalanya mengisyaratkan ia siap melakukannya, Halley, tuan Titan, Haxio dan Chemo menatap dengan tajam memastikan Gloria tetap aman, Gara dan tuan Jack terus melayangkan mantra mantra mereka, perlahan Gloria menutup matanya, fokus pada ayahnya.
“ayah… ayah…” ujar Gloria yang kini berada ditempat yang ia tak tahu itu dimana, hanya tambok tembok putih yang ada disekitarnya dan semuanya memantulkan cahaya yang sangat tajam, membuat Gloria tak dapat melihat apapun, “disini… oh sayang ayah sangat merindukanmu” ujar tuan Alex yang muncul dibalik cahaya putih tapat dihadapan Gloria, Gloria dengan sigap menghampiri ayahnya dan langsung mendekapnya, “aku juga—sangat ayah—sangat merindukan ayah!” ujar Gloria yang masih memeluk ayahnya, “kita harus melakukannya dengan cepat, ayah takut pangeran kegelapan akan tetap merasakannya meski diberi mantra perlindungan, sekarang kekuatan pangeran kegelapan semakin meningkat, kita harus tetap berhati hati” ujar tuan Alex, “dengar, ayah baik baik saja, kau masih menyimpan kalung yang pernah ayah beri padamu sewaktu kau masih kecil sayang?” tambahnya, “selalu, disini!” ujar Gloria memperlihatkan kalung yang menempel dilehernya bersamaan dengan kalung rubi yang diberi oleh Gara, “baguslah, kalung itu akan menuntunmu pada ayah, tunggu—kalung rubi?” ujar tuan Alex, “Gara yang memberikannya padaku, ada apa?” ujar Gloria, “kau harus tetap memakainya, kalung itu akan melindungimu… ayah harus pergi, ayah sangat mencintaimu, berhati hatilah!” ujar tuan Alex, dan kemudian mengilang dari pandangan Gloria, “aku juga..” ujar Gloria menatap kosong kepergian ayahnya, perlahan mata Gloria terbuka,
“bagaimana? Apa yang terjadi?” ujar Gara, “aku bertemu ayah, namun ia tak memberitahuku secara pasti mengenai keberadaannya, dia—dia hanya mengingatkanku pada kalung yang pernah ia berikan dulu sewaktu aku kecil sebelum ia pergi, tapi aku tetap tak mengerti” ujar Gloria, “bisa aku melihatnya?” ujar tuan Jack, “Gloria melepaskan sesuatu dari lehernya, menunjukan sebuah kalung dengan batuan seperti permata sebagai bandulnya dengan lilitan lilitan perak pada permata itu, “apa yang bisa dilakukan oleh kalung itu? Ayah bilang kalung itu dapat menuntunku padanya” ujar Gloria, “kalung itu—tidak—tidak itu adalah sedikit dari pecahan batu yang ditemukan ayahmu” ujar tuan Titan, “dan telah ia mantrai!” tegas tuan Jack.
“batu dewa?” ujar Haxio, “benarkah?” tambah Chemo, “aku tidak mungkin salah” ujar tuan Jack, “itu benar—batu dewa” jelas tuan Titan yang masih dalam wujud serigalanya, “benda kecil itu adalah batu dewa?” ujar Halley, “jangan pernah meremehkan, ukuran batu yang sebenarnya 10 kali lipat dari kau lihat kini, meski itu hanya pecahan kecil, batu itu tetap memiliki magis yang kuat meski tak sebesar jika dalam ukuran sebenarnya” ujar tuan Jack, “bukankah batu dewa akan selalu bisa melindungi pemakainya? Tapi aku masih tetap terluka, batu itu tak melindungiku sama sekali!” ujar Gloria, “dia benar, beberapa kali ia terluka dan sepertinya batu itu tak membantunya sama sekali” jelas Gara, “batu itu bukan penetralisir racun, dia bekerja pada magis!” jelas tuan Titan, “hanya magis?” ujar Gloria, “kau tidak akan bisa dibaca oleh pangeran kegelapan, keberadaanmu akan sulit diketahui oleh pangeran kegelapan, sekarang aku tak heran jika ia tak pernah menemukanmu” ujar tuan Jack, “batu itu pasti memiliki kontak dengan batu induknya, apa itu yang dimaksud oleh Alex?” ujar tuan Titan, “aku rasa itu benar” jelas tuan Jack. “jika batu itu masih ada ditangan Alex, dan pecahannya berada pada Gloria, maka tak akan sulit untuk menemukan dia bukan?” tambahnya lagi.
“lalu bagaimana cara kalung ini berkerja?” ujar Gloria dengan pandangan terfokus pada kalung dilengannya.  “Brakkk!!!” sesuatu mendobrak pintu rumah tuan Jack, mereka adalah para Cxipto, dengan reflex Haxio meludahi mata Gara dan Gloria “iyaakk!!!—apa yang kau—” –“ diamlah, itu akan menjagamu! Sekarang berhati hatilah!” ujar  Halley.
Terdapat sekitar 4 Cxipto yang menyerbu rumah tuan Jack, arah pandangan Chemo tepat pada para Cxipto, seketika ia berubah menjadi batu dan salah satu dari Cxipto melempar sebilah pisau sehingga menghancurkan tubuh Chemo, “tidak—tidak, Chemo!!!” teriak Gloria yang melihat tubuh Chemo hancur, Tuan Titan dan Halley menyerang tubuh Cxipto yang ada dihadapan mereka, Gara dan tuan Jack menyihir rambut para Cxipto namun sama sekali tak ada gunanya, terlalu bahaya jika rambut rambut Cxipto mengenai tubuh mereka, “Gloria! Lemparkan kalungmu!” ujar tuan Jack, “Gara bersama sama arahkan tongkatmu pada kalung ini” tambah tuan Jack saat kalung Gloria berada ditangannya, “Haxio! Ambil cermin itu dan arahkan pada Cxipto Cxipto itu! Jelasnya lagi, “dalam hitungan ketiga, tutup mata! 1..2..3!”  jelas tuan Jack, semua menutup mata mereka kecuali para Cxipto itu, Gara meluncurkan sebuah mantra pada kalung Gloria yang dipegang tuan Jack, terlihat seutas pantulan cahaya dari batu permata itu memantul pada cermin yang dipegang Haxio, Haxio berusaha keras menahannya agar cermin tidak terjatuh, hingga pantulan sinar itu mengenai para Cxipto yang hancur seketika seperti butiran butiran debu. Haxio terhempas karena tak kuasa menahan cermin, begitu juga tubuh Gara dan tuan Jack, “Brakk!!!” mereka terhempas kesudut lain tempat ini. Gloria segera menghampiri Gara dan membantunya bangkit, tuan Titan berubah menjadi manusia kembali dan meraih tubuh tuan Jack, ‘Halley!’ pikir Gloria, setelah ia membantu Gara, Gloria mencari sosok Halley, ditemukannya ia terbaring lemah disudut dekat pintu, “kau baik baik saja?” ujar Gloria dan merangkul Halley, “aaarrgghh!” berontak Halley, “tuan Titan!!!” seru Gloria panik, tuan Titan langsung menoleh kearah Gloria, dilihatnya anaknya Halley terkapar kesakitan, “Ya Tuhan! Apa para Cxipto itu mengenaimu?” ujar Tuan Titan, “akhhh rasanya tubuhku seperti terbakar!” teriak Halley menggenggam tangan Gloria dengan keras, “tuan Jack, Gara!!! Tolonglah, Halley sekarat!” teriak Gloria, “bertahanlah… bertahanlah Halley!” ujar Gloria, tuan Titan memeluk anakknya berharap ia dapat melakukan sesuatu, racunnya pasti tengah menyebar pada tubuh Halley, tuan Jack masih tak sadarkan diri setelah tubuhnya terhempas, Gara bangkit perlahan seraya memegang perutnya yang sakit karena terhempaskan, ia menghampiri Halley, meraih tongkatnya dan terduduk dihadapan Halley, Gloria menatapnya lemah, ia takut jika Gara yang nanti akan terluka, “tenanglah.. saat tuan Jack sadar, dia akan membantuku bukan?” ujar Gara dengan sulas senyuman diwajahnya, “Halley akan akan baik baik saja, aku tak akan membiarkanmu kehilangannya lagi!” tambah Gara, lalu mengalihkan pandangannya pada Halley. Gara kini terfokuskan pada Halley, mencoba mengeluarkan setengah dari energi yang dimilikinya untuk memulihkan Halley, “stop!” seru tuan Jack, “kekuatanmu tak akan mampu menyembuhkan Halley, “Gloria!” tambah tuan Jack “kalungmu! Pakaikan kalung ini pada Halley!” jelas tuan Jack, “hanya alirkan sedikit energi dalam tubuhmu pada kalung itu, dan biarkan kalung itu yang bekerja” ulang tuan Jack pada Gara, setelah Gloria memakainya pada Halley yang terus berteriak karena kesakitan yang dideritanya, Gara mengeluarkan sedikit dari energinya pada kalung Gloria, perlahan setitik sinar keluar dari tongkat sihir Gara dan meluncur kearah batu permata pada kalung Gloria, cahaya itu masuk kedalamnya, terlihat tembus kedalam tubuh Halley, dan tiba tiba Halley tak sadarkan diri, “biarkan kalung itu bekerja!” ujar tuan Titan, “kau kuat nak, bertahanlah—ayah mohon bertahanlah” tambah tuan Titan yang kemudian merangkul Halley dan membaringkan tubuh anaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar