Silahkan
baca cerita sebelumnya di FF_Empat belas
Gara
memperhatikan setiap langkah yang diambil Gloria hingga Gloria benar benar bisa
menggapai Halley, “sudahku bilang untuk menjaga pikiranmu bukan?” ujar Haxio
membuyarkan pandangan Gara, “kau ingin bertarung denganku?” ujar Gara menatap
Haxio, “dengan segala kehormatan!” jawab Haxio dan mengayunkan pedangnya.
Malam
mulai menghampiri, mereka melakukan makan malam ditengah perapian berbincang
satu sama lain, “Gara?” seru tuan Alex, “ya tuan?” jawab gara menghentikan
makannya, “bagaimanapun koneksi antara kau dan putriku harus segera terputus,
agar kalian tak melukai satu sama lain!” jelas tuan Alex, “tapi
tuan—bukankah—koneksi dapat terputus hanya dengan sebuah kematian salah satu
diantara mereka?” jelas Halley, “itu seperti syarat mutlak—tapi jika koneksi
ini terus berlangsung diantara kalian, ini akan sangat berbahaya, kalian harus
saling menjaga satu sama lain agar salah satu diantara kalian tidak ada yang
terluka” ujar tuan Alex, “maaf—maaf jika itu soal luka yang dialami putrimu
tuan” jelas Halley, “sudahku bilang ini bukan salahmu” tegas Gloria menatap
keraah Halley, “ayah—sunggu tak apa, aku bisa melindungi Gara dengan menjaga
diriku begitu juga dengan Gara” jelas Gloria, “terserah pada kalian jika
begitu” tegas tuan Alex,
“ada
apa denganmu Alex?” ujar tuan Titan, “entahlah, aku benar benar tak bisa
mengetahui dimana Jack berada sekarang, apa menurutmu kini ia berhati hati ?
bagaimanapun ia kini berada pada genggaman pangeran kegelapan” jelas tuan Alex
yang kini terduduk diatas sebuah batu memandangi kegelapan malam bersama tuan
Titan sahabatnya, “kau—bagaiman kabarmu? Aku bahkan tak sempat bertanya itu
padamu!” jelas tuan Alex, “cukup buruk sampai akhirnya aku bisa terlepas dari
jeratan pangeran kegelapan, sayang—istriku tak dapat bertahan” lirih tuan
Titan, “terima kasih kau sudah melindungiku, maaf karena aku justru bersembunyi
ditempat setenang ini, sementara kau, istrimu, dan Jack hidup dalam kegelapan”
ujar tuan Alex mengalihkan pandangannya pada tuan Titan, “kita yang memulai
bukan? Maka kita juga yang harus menghadapi dan mengakhirinya” jelas tuan
Titan, “kau tahu? Jack tak bersalah sepenuhnya atasapa yang diketahui pangeran
kegelapan” tambahnya, “aku tahu—aku tahu… itu alasannya kenapa aku masih
membiarkan ia mengunjungiku beberapa waktu, dia juga sebagai kaki tanganku
sehingga aku tahu banyak mengenai sosok pangeran kegelapan, kau ingat—saat saat
kita memulai ini?” ujar tuan Alex, “tentu! Kita begitu cerdas bukan untuk
menemukan hal hal luar biasa seperti ini,” ujar tuan Titan, “Jack… kita harus
bisa membebaskannya, aku bisa saja meminta Haxio untuk pergi ketempat terkutuk
itu, tapi akan sangat beresiko karena kini pangeran kegelapan memperketat
pengawasannya” jelas tuan Alex, “ayah..” terdengar Gloria memanggilnya dari
kejauhan, saat tuan Alex dan tuan Titan membalikan badannya terlihat Gloria dan
Halley berdiri cukup jauh dari mereka, “anak anak kita!” ujar tuan Titan,
Gloria dan Halley menghampiri orang tua mereka, “minumlah ini!” ujar Gloria
membawakan ayahnya dan tuan Titan secangkir coklat panas, “disini terlalu
dingin untuk orang setua kalian” ujar Halley menggoda ayahnya, “ayahmu masih
muda Halley!” ujar tuan Titan memberikan reaksi berupa pukulan dikepala Halley
atas ucapannya.
“apa
kau bersedih?” ujar Haxio yang menatap tajam Gara yang sedang memandang kesudut
lain tempat ini, dimana ada Gloria, Halley beserta ayah mereka, “diamlah!”
tegas Gara, “seandainya aku dapat memeluk ayahku seperti apa yang mereka
lakukan sekarang” ujar Gara, “peluklah aku… kau bisa menganggapku ayahmu!” ujar
Haxio, raut wajah Gara berubah seketika dan mengalihkan pandangannya pada sosok
tikus kecil yang berdiri disampingnya, “ayolah!” ujar Gara “ayahku bukan seekor
tikus..” tambahnya lagi, “maaf—maksudku.. aku akan menjadi anak yang buruk
untukmu bukan?” timpalnya, “beristirahatlah, besok kita harus tetap terjaga
bukan?” ujar Gara, Haxio sedikit jengkel atas ucapan Gara, “baiklah… setidaknya
aku bukan pengecut yang tidak berani untuk mencintai seseorang” jelas Haxio dan
meninggalkan Gara, Gara merengut dan benar benar merasa jengkel tikus itu
selalu menggodanya. Bagaimanapun kebahagiaan Gloria yang kini dirasakannya,
Gara tetap tersenyum memandangi Gloria dari kejauhan. Ia merebahkan tubuhnya
kehamparan rerumputan yang begitu dingin, menatap setiap bintang yang kini bisa
ia rasakan, ia teringat dulu ketika mereka masih kecil Gara dan Gloria sering
kali menatap bintang bersama, Gara meraih kalung dilehernya, menatap setiap
bagian kalung itu, namun perlahan kalung itu bersinar, Gara terkejut dan
bangkit seketika, ia tak tahu apa artinya itu, “kau bahagia?” ujar tuan Alex
yang tiba tiba saja ada disampingnya, “batu itu akan semakin bertambah kuat
seiring dengan kebahagiaan yang kau rasakan, bahkan jika itu hanya sebuah
kenangan dan itu sesuatu yang baik” jelas tuan Alex, “maksud tuan?” heran Gara
yang masih memandangi sinar dari kalung itu, “kalung itu akan bertambah besar
kekuatannya karena dua hal, kebaikan dan keburukan, keduanya sangat
berpengaruh, batu itu juga dapat mempengaruhimu!” jelas tuan Alex, “sudahlah!
Kau harus beristirahat!” jelas tuan Alex kembali dan menginggalkan Gara dengan
segala pertanyaan dalam benak Gara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar