Jumat, 03 April 2015

FF_Lima Belas

Silahkan baca cerita sebelumnya di FF_Empat belas
Gara memperhatikan setiap langkah yang diambil Gloria hingga Gloria benar benar bisa menggapai Halley, “sudahku bilang untuk menjaga pikiranmu bukan?” ujar Haxio membuyarkan pandangan Gara, “kau ingin bertarung denganku?” ujar Gara menatap Haxio, “dengan segala kehormatan!” jawab Haxio dan mengayunkan pedangnya.
Malam mulai menghampiri, mereka melakukan makan malam ditengah perapian berbincang satu sama lain, “Gara?” seru tuan Alex, “ya tuan?” jawab gara menghentikan makannya, “bagaimanapun koneksi antara kau dan putriku harus segera terputus, agar kalian tak melukai satu sama lain!” jelas tuan Alex, “tapi tuan—bukankah—koneksi dapat terputus hanya dengan sebuah kematian salah satu diantara mereka?” jelas Halley, “itu seperti syarat mutlak—tapi jika koneksi ini terus berlangsung diantara kalian, ini akan sangat berbahaya, kalian harus saling menjaga satu sama lain agar salah satu diantara kalian tidak ada yang terluka” ujar tuan Alex, “maaf—maaf jika itu soal luka yang dialami putrimu tuan” jelas Halley, “sudahku bilang ini bukan salahmu” tegas Gloria menatap keraah Halley, “ayah—sunggu tak apa, aku bisa melindungi Gara dengan menjaga diriku begitu juga dengan Gara” jelas Gloria, “terserah pada kalian jika begitu” tegas tuan Alex,
“ada apa denganmu Alex?” ujar tuan Titan, “entahlah, aku benar benar tak bisa mengetahui dimana Jack berada sekarang, apa menurutmu kini ia berhati hati ? bagaimanapun ia kini berada pada genggaman pangeran kegelapan” jelas tuan Alex yang kini terduduk diatas sebuah batu memandangi kegelapan malam bersama tuan Titan sahabatnya, “kau—bagaiman kabarmu? Aku bahkan tak sempat bertanya itu padamu!” jelas tuan Alex, “cukup buruk sampai akhirnya aku bisa terlepas dari jeratan pangeran kegelapan, sayang—istriku tak dapat bertahan” lirih tuan Titan, “terima kasih kau sudah melindungiku, maaf karena aku justru bersembunyi ditempat setenang ini, sementara kau, istrimu, dan Jack hidup dalam kegelapan” ujar tuan Alex mengalihkan pandangannya pada tuan Titan, “kita yang memulai bukan? Maka kita juga yang harus menghadapi dan mengakhirinya” jelas tuan Titan, “kau tahu? Jack tak bersalah sepenuhnya atasapa yang diketahui pangeran kegelapan” tambahnya, “aku tahu—aku tahu… itu alasannya kenapa aku masih membiarkan ia mengunjungiku beberapa waktu, dia juga sebagai kaki tanganku sehingga aku tahu banyak mengenai sosok pangeran kegelapan, kau ingat—saat saat kita memulai ini?” ujar tuan Alex, “tentu! Kita begitu cerdas bukan untuk menemukan hal hal luar biasa seperti ini,” ujar tuan Titan, “Jack… kita harus bisa membebaskannya, aku bisa saja meminta Haxio untuk pergi ketempat terkutuk itu, tapi akan sangat beresiko karena kini pangeran kegelapan memperketat pengawasannya” jelas tuan Alex, “ayah..” terdengar Gloria memanggilnya dari kejauhan, saat tuan Alex dan tuan Titan membalikan badannya terlihat Gloria dan Halley berdiri cukup jauh dari mereka, “anak anak kita!” ujar tuan Titan, Gloria dan Halley menghampiri orang tua mereka, “minumlah ini!” ujar Gloria membawakan ayahnya dan tuan Titan secangkir coklat panas, “disini terlalu dingin untuk orang setua kalian” ujar Halley menggoda ayahnya, “ayahmu masih muda Halley!” ujar tuan Titan memberikan reaksi berupa pukulan dikepala Halley atas ucapannya.
“apa kau bersedih?” ujar Haxio yang menatap tajam Gara yang sedang memandang kesudut lain tempat ini, dimana ada Gloria, Halley beserta ayah mereka, “diamlah!” tegas Gara, “seandainya aku dapat memeluk ayahku seperti apa yang mereka lakukan sekarang” ujar Gara, “peluklah aku… kau bisa menganggapku ayahmu!” ujar Haxio, raut wajah Gara berubah seketika dan mengalihkan pandangannya pada sosok tikus kecil yang berdiri disampingnya, “ayolah!” ujar Gara “ayahku bukan seekor tikus..” tambahnya lagi, “maaf—maksudku.. aku akan menjadi anak yang buruk untukmu bukan?” timpalnya, “beristirahatlah, besok kita harus tetap terjaga bukan?” ujar Gara, Haxio sedikit jengkel atas ucapan Gara, “baiklah… setidaknya aku bukan pengecut yang tidak berani untuk mencintai seseorang” jelas Haxio dan meninggalkan Gara, Gara merengut dan benar benar merasa jengkel tikus itu selalu menggodanya. Bagaimanapun kebahagiaan Gloria yang kini dirasakannya, Gara tetap tersenyum memandangi Gloria dari kejauhan. Ia merebahkan tubuhnya kehamparan rerumputan yang begitu dingin, menatap setiap bintang yang kini bisa ia rasakan, ia teringat dulu ketika mereka masih kecil Gara dan Gloria sering kali menatap bintang bersama, Gara meraih kalung dilehernya, menatap setiap bagian kalung itu, namun perlahan kalung itu bersinar, Gara terkejut dan bangkit seketika, ia tak tahu apa artinya itu, “kau bahagia?” ujar tuan Alex yang tiba tiba saja ada disampingnya, “batu itu akan semakin bertambah kuat seiring dengan kebahagiaan yang kau rasakan, bahkan jika itu hanya sebuah kenangan dan itu sesuatu yang baik” jelas tuan Alex, “maksud tuan?” heran Gara yang masih memandangi sinar dari kalung itu, “kalung itu akan bertambah besar kekuatannya karena dua hal, kebaikan dan keburukan, keduanya sangat berpengaruh, batu itu juga dapat mempengaruhimu!” jelas tuan Alex, “sudahlah! Kau harus beristirahat!” jelas tuan Alex kembali dan menginggalkan Gara dengan segala pertanyaan dalam benak Gara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar