Jumat, 27 Maret 2015

Diorama #Stage 23

Silahkan review cerita sebelumnya di stage 22 J


Apa suasana hati Elang sedang seburuk ini? Dia sama sekali tidak bicara. Bahkan setelah sampai di rumah. Dan ternyata oppa gak ada dirumah. Dimana? Kalau oppa sendiri gak ada dirumah untuk apa memintaku pulang cepat?. Aku lekas pergi ke kamar Elang.
“Lang? oppa mana? Bukannya kata kamu tadi oppa minta aku pulang ? Tapi kok aku gak lihat oppa yaa. Ya kan biasanya oppa minta aku pulang kalau ada hal penting.” Ujarku namun Elang sama sekali tak menanggapinya dan malah sibuk dengan laptopnya. “Elang?” tambahku cepat setelah dia sama sekali tak merespon ucapanku.
“emm—well tadi oppa emang minta aku buat kasih tahu kamu kalau kamu harus pulang. Oppa masih di Jakarta.” Ujarnya datar tanpa menunjukan ekspresi apapun.
“ya tentu aku pasti pulang. Tapi tadi kamu lihatkan aku lagi sama Zafi? kalau oppa emang masih di Jakarta ya udah untuk apa kamu maksa aku pulang tadi?”
“aduh Ra, tolong dong aku lagi sibuk. Yang jelas aku cuma ngikutin apa kata oppa kamu. Bisa keluar sekarang?” ujarnya
“ahhh baiklah…” timpalku dan menutup pintu kamar Elang.
Ada apa dengannya? Kenapa dia mulai menyebalkan sekarang. Setelah meminum segelas air mineral untuk menyegarkan pikiranku aku langsung pergi kekamar.
Loh kenapa ada mawar dan coklat lagi?dimeja belajarku?. Tapi dirumah ini hanya ada Elang dan oppa, apa … ah gak mungkin, paling seperti biasa mawar dan coklatnya ada  didepan pintu rumah dan Elang atau oppa menyimpannya dikamarku. Sekarang tulisan seperti apa lagi yang ‘dia’ tulis?

Senyum ini terlukis saat bayangkan semua hal tentangmu… entah mengapa aku tak pernah mengerti. Semua ini terlukis tanpa alasan. Jangan biarkan langit begitu gelap hari ini, bersinarlah Zira Stefyani Raharja…

Jujur aku senang dengan apa yang ‘dia’ lakukan, tapi semakin lama … ahh ini bisa membuatku gila. Siapa sebenarnya dia?... baiklah akanku coba hubungi ‘dia’…
Tak ada jawaban tak ada balasan. Oohhh… tak lama handphoneku bergetar aku kira dari’dia’ ternyata Zafi

Lain kali kita harus makan sampai habis ya.. emm apa kita bisa bertemu? Aku ada di taman tak jauh dari rumahmu.. hanya untuk meminta saran darimu.. datanglah

Zafi? Untuk apa dia ada ditaman, rumahnya sangat jauh dari sini. Hmmm baiklah baiklah aku akan datang. Aku tak membalas pesannya tapi aku langsung pergi. Sepertinya Elang masih dikamar, dan aku sepertinya tak perlu meminta izin untuk ini. Lagi pula siapa dia.
Sepanjang jalan aku memikirkan hal apa yang akan dikatakan, apa maksudnya meminta saran? Apa dia ingin curhat denganku. Biasanya juga lewat sms atau dia telepon. Eh apa itu Zafi? Sepertinya iya masih dengan baju yang sama saat terkahir direstoran tadi
“hay! Untuk apa ? kenapa gak kerumah aja sih? Lagian ini kan jauh dari rumah kamu Fi” ujarku dan duduk disampingnya
“tidak. Hanya saja tadi aku sedang dirumah seorang teman, tak jauh dari sini. lagi pula disini lebih tenang dan pemandangannya indah bukan?”
“oke alasan aku terima. Jadi mau  minta saran apa? Emm--  soal hati? Haha. Tapi sorry ya tadi aku pergi saat kita makan hehe. Well aku masih gak enak soal Feytsa nih.. apa dia marah ya?”
“oke bisa kita gak bahas soal Feytsa dulu? Aku janji besok disekolah aku bisa jelasin kedia. Oke.. menurut kamu emm tapi keep secret ya Ra”
“oke.. apa?”
“orang tua aku berantem lagi Ra. Aku—aku gak tahu harus kayak gimana. Apalagi kamu tahu kan Ra aku—aku selalu gak kerasan dirumah. Ayah.. dia rasanya gak pernah peduli sama aku Ra, apa yang aku lakuin apa yang aku raih dia gak peduli. Aku matipun mungkin dia gak akan pernah peduli. Ra aku harus kayak gimana? Aku pusing aku capek dan aku gak berbuat apapun untuk mereka—emmm--- supaya mereka gak berantem lagi. Menurut kamu aku harus kayak gimana?”
“apapun itu, satu hal yang kamu harus tahu kalau orang tua kamu gak pernah bermaksud untuk bikin pusing atau capek. Mungkin mereka lagi ada masalah. Biasalah dalam kehidupan rumah tangga semuanya gak berjalan mulus. Soal ayah kamu? Aku gak tahu harus bilang apa, karena kamu juga tahu akan ayah aku gak pernah ada dirumah, bahkan untuk sekedar menanyakan kabar aku aja itu frekuensi yang sangat jarang dan renggang. Tapi oppa selalu bilang jauh didalam hatinya ayah selalu mikirin aku, disetiap doa dan nafas ayah selalu ada nama aku. Gimana pun dia—dia itu ayah kamu Fi. Gak ada seorang ayahpun yang gak peduli sama anaknya sendiri. Dia acuh bukan berarti dia gak peduli, dia marah tapi jauh dalam kemarahannya ada rasa sayang, dia cuek tapi jauh dalam hatinya diselalu bertanya, dia gak peduli tapi jauh dari itu dia bangga. Ya aku tahu ini terdengar muluk dan basi tapi kamu harus percaya itu. Hmmm …”ujarku
“aku rasa itu gak muluk atau basi. Sama sekali enggak Ra, aku cuma bingung aja harus kayak gimana, karena semua yang aku lakuin rasanya salah gak ada satupun yang bener”
“hey apa ini Zafi? Ayolah salah atau enggak itu gak masalah yang penting kamu gak diem Fi. Lagi pula bukannya kamu sendiri yang bilang kalau keluarga itu segalanya, kalau kita gak bisa hidup tanpa mereka? Ohh apa waktu itu ,itu cuma basi basi aja? Hemm??”
“enggak lah Ra, itu bukan basa basi kok, itu tulus dari hati yang terdalam. Mungkin iya kamu bener Ra, ini hanya perasaan aku aja kali ya. Gimanapun dia ayah aku. Makasih banget ya Zira, kamu emang sahabat yang the best”
“emm sama sama, iya dong Zira gitu haha.. ya udah sekarang gimana kalau kita makan ice cream atau coklat”
“buat apa” tanyanya
“ahh.. kedua makanan itu bisa ngilangin rasa penat atau galau aku, mungkin itu manjur juga buat kamu? Haa.. tapi sebaiknya kamu pulang sekarang”
“pulang? Tadi ngajak makan gimana sih”
“kamu bisa makan itu dirumah. Ya udah gih sana..”
“kamu ngusir?”
“iya” jawabku datar dengan tertawa
“baiklah..”
Setelah dia antar aku sampai depan rumah dia tak mampir dan langsung pulang. Aku gak pernah lihat ekspresi wajahnya yang seperti itu, murung dan sangat sedih bahkan ketika dia sakit sekalipun. Fi.. Fi… sampai kapanpun selagi aku mampu akan selalu ada saat kamu butuh saat kamu perlu bantuan.
Setelah menelepon oppa menanyakan kebaradaan dan kabarnya aku hanya menonton televisi dan membalas pesan dari teman temanku. Biasalah soal tugas haha. Eh ada sms dari ‘dia’ lagi

Perlahan mawar itu kini telah bermekaran, benang benang itu kini telah terpintal dengan sangat indah, tetesan tetesan air yang mengalir kini terus dan terus membentuk sebuah genangan.. sama seperti apa yang aku rasa untukmu Zira Stefyani Raharja…

Baiklah ini sudah cukup, come on Zira anggap saja ‘dia’ tak pernah ada, jangan dipikirkan ini benar benar bisa membuatmu gila. Sebaiknya aku pergi tidur rutinitas sebagai pelajar esok akan dimulai.
Sepertinya perasaan Elang kini mulai membaik, setidaknya pagi ini wajahnya dihiasi oleh senyumannya sendiri. Huuuh lagi lagi mawar dan coklat itu, baiklah sebaiknya aku tidak membaca cardnya. Aku akan memberikan dua barang ini untuk Feytsa atas rasa bersalah yang sebenarnya tidak perlu atas perisiwa kemarin.
Setibanya dikelas ternyata Feytsa sudah ada disana, aku mulai menghampirinya dan mulai menjelaskan semuanya, sebenarnya ini tak perlu aku lakukan tapi ya sudahlah. Sedikit ada percekcokan tapi aku bisa mengatasinya dan dia akhirnya mengerti terlihat sangat mengerti aku bisa membacanya dari matanya dari mata seorang Feytsa.
Lega rasanya. Waktu selalu saja terasa begitu cepat seolah olah aku baru saja masuk dan menginjakan kakiku yang mungil ditaman kanak kanak, lalu melangkah kedapan menuju sekolah dasar dan sedikit berlarike sekolah menangah pertama. Ahh dan rasanya baru saja aku diospek di sekolah menengah atas dan kini Ujian Nasional benar benar ada didepan mata. Apa rasanya secepat itu? Apa aku tumbuh secepat itu? Bukankah 12 tahun itu waktu yang cukup lama? Menempuh jenjang pendidikan selama 12 tahun, bersosialisasi setiap tahunnya. Berteman dan bersahabat.
Baiklah aku harus mempersiapkan diri setidaknya aku tak mau tiga tahun aku menempuh semua ini di sekolah menengah atas akan hancur dalam beberapa hari karena aku tidak fokus pada saat ujian
Masih ada waktu satu bulan untuk itu. Aku, Saka, Gerza, Nifa dan Elang setiap harinya hampir rutin mengadakan belajar bersama untuk membahas ini dan itu. Mencoba mengingat setiap materi yang diberikan selam tiga tahun ini. Mencoba untuk bisa mengerti setiap SKL yang diberikan, materi yang akan muncul di ujian nasional tahun ini. Terkadang Vidya dan Feytsa juga ikut serta.
Lelah? Bosan? Tak ada kata untuk itu karena bukan hanya ujian nasional tapi juga seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri atau snmptn. Aku rasa ini ujian yang paling sulit. Bagaimana mungkin materi tiga tahun harus aku kuasai dalam jangka waktu sedekat ini. Hanya mencoba, berusaha dan berdoa. Latihan soal soal dari tahun tahun sebelumnya semakin membantu setidaknya aku tidak harus mempelajari materi secara penuh hanya sesuai SKL yang diberikan.
Apa? Benarkah? Waktu benar benar terasa cepat seperti roda yang terlus berputar tiada henti. Besok ujian nasional???
Perlahan namun pasti setiap pelajaran akhirnya terlewati, bahasa dan mafikibi semuanya berakhir semuanya selesai. Kini hanya tinggal menunggu hasilnya. Apa aku belum bercerita? Kalau aku juga salah satu peserta dari snmptn jalur undangan?  Jadi ada dua hal yang sedang aku tunggu soal hasil ujian nasional dan jalur undangan. Hanya berharap dan berdoa agar semuanya adalah hasil yang baik.
“hmm gak kerasa ya, semuanya .. masa putih abu akan berakhir” ujarku dengan meminum milkshake coklat dikantin sekolah
“iya, hanya tinggal menunggu dan belajar untuk snmptn tulis” timpal Gerza
“hmm kamu sih enak enak aja, tinggal ngasah sedikit pasti sukses, aku???” ujar Zafi
“sama aja kali Fi haha” protes Gerza
“emm Ra, pulang yuuk bosen nih” ujar Elang
“okelah. Semuanya kita duluan yaa” pamitku
“hati hati ya Ra, nanti kita belajar lagi oke, persiapan!” timpal Zafi
“sip” jawabku singkat.
Diperjalanan pulang Elang bilang sama aku kalau tiba tiba aja dia ingin kemakam Kiara dan dia menanyakan apakah aku keberatan jika menemaninya. Tentu saja tidak. Sebelumnya kita mampir ketoko bunga, Elang bilang dia ingin membeli beberapa kuntum bunga lily untuk Kiara. Sesampainya dimakam aku hanya mengikuti Elang dan tidak ada pembicaran sama sekali. Disamping kanan makam Kiara, Elang mulai bersimpuh dan menyimpan bunga yang telah dia beli tepat diatas makam Kiara.
“hay Key, aku bawain lagi bunga lily buat kamu. Oh iya mungkin setelah hari itu tiba aku gak bisa sesering sekarang untuk ngunjungin kamu. Ya kamu tahukan aku harus kembali. Oh ya Key ada seoarang gadis yang entah kenapa dia selalu bisa buat aku nyaman dan kerasan, dia terkadang memang sedikit menyebalkan tapi dia juga menyenangkan. By the way emm Key maaf ya aku harap setelah hari itu aku masih bisa untuk ngunjungin kamu” ujarnya “ Ra? Mau ke makam afa atau bunda kamu?” tanyanya mengalihkan pandangannya dari makam Kiara kearahku
“enggak.” Jawabku singkat
“emm baiklah!”ujarnya
Tak lama kita meninggalkan makam dan berjalan kearah taman tak jauh dari sana. Lama sekali kita terdiam duduk menikmati setiap jengkal yang ada ditaman ini. Merasakan anginnya, udaranya, semua hal yang ada disini. Sebenarnya aku masih sibuk memikirkan ucapan Elang untuk Kiara “gadis itu” dan “hari itu” lagi lagi dia membuatku bingung. Aku tanya orangnya aja langsung kali ya, biar gak penasaran juga.
“emm, Lang boleh nanya sesuatu gak?” ujarku kaku
“apa?” jawabnya singkat
“hari itu yang kamu maksud apa?”
“hari dimana aku akan meninggalkan kota ini. Kamu ingatkan kalau aku akan ada disini hanya sampai kelulusan tiba setelah itu aku menyusul Langit ke Bali”
Ah iya juga aku bahkan lupa kalau Elang hanya sampai kelulusan dan setelah itu dia akan kuliah di Bali, Langit malah pengen kuliah disini. Emm rasanya aku harus membuat sedikit perpisahan untuk Elang, bagaimanapun selama disini dia yang nemenin aku sama oppa.
“Ra!hey! kok bengong?” tambahnya, “oh kamu sedih kan aku mau pergi?” ujarnya
“eh apa? Enggak kok ya udah sana sekarang aja kalau bisa haha!” timpalku
“yakin?” goda Elang
“iya! Haha.. jangan dong gimanapun rasanya pasti akan berbeda tanpa kamu, dan soal gadis itu?dia siapa?” godaku
“S-E” ujarnya dengan mengeja menggunakan bahasa inggris.
“se…”ujarku memotongnya
“C-R-E” tambahnya
“secre..” aku yang nampak masih sangat bingung
“T” jelasnya dan mengalihkan pandangannya dariku
“secret??? Ahhh huuuff..” timpalku
“haha… akan ada waktunya untuk kamu tahu siapa dia, jadi sampai sekarang masih Zafi? Sebenarnya apa sih yang kamu lihat dari dia? Dia bahkan hanya menganggapmu sahabat. Lagi pula kamu tahu kan dia seperti apa?” ujarnya tenang
“sepertinya.. jangan pernah tanya kenapa, sampai kapanpun aku gak akan pernah tahu jawabnnya. ‘Sahabat’ tak hanya sekedar ‘hanya’, kamu tahu itu lebih dari sekedar ‘hanya’ Elang…” ujarku
“baiklah baiklah.. percuma berdebat, kamu akan terus membelanya kan? haha.. ayolah kita pulang!” ujarnya
“oke”jawabku singkat.
Kita mulai melangkah perlahan kearah motor hitam milik Elang.
Sudah beberapa hari ini orang orang yang biasa belajar bersama dirumahku sering kerumah untuk membahas beberapa materi dan soal, terkadang hanya aku bertiga dengan Zafi atau mungkin hanya berdua karena Elang harus pergi mengantar oppa atau saat dia malas.
Aku sangat bisa merasa biasa dengan Zafi saat belajar tapi saat kita sama sama terdiam tak sedang melakukan hal apapun rasanya hatiku meloncat loncat dan dekup jantungku masih berdebar kencang. Entahlah apa dia bisa mendengarnya atau tidak. Aku harap tidak sama sekali.
Tiba saatnya untuk kelulusan tiba, aku dan Elang bersabar sampai pak pos mengantarkan sebuah surat atau lebih tepatnya dua buah surat untuk kami, menunggu seseorang yang akan menekan bel. Bagaimanapun rasanya belum tenang jika surat itu belum ada ditanganku. Tepat pukul 11.00 siang seseorang dengan motor berwarna oranye tiba dirumah dan membawa dua buah surat. Dan saat kami berdua membukanya “LULUS”…. YIPPPYYY!!! Aku dan Elang sama sama bersorak, oppa juga turut menikmatinya.
Hari ini masih ada yang aku tunggu, yaa pengumuman jalur undangan yang akan diumumkan secara online jam lima sore nanti berharap aku tak perlu mengikuti ujian tulis keperguruan tinggi. Elang, Zafi, Saka dan Gerza juga menunggu hal yang sama denganku.
Rasanya senang karena teman temanku mengabariku soal kelulusan mereka. Untunglah sekolah kami lulus 100% jadi semuanya bersorak gembira hari ini. Tapi tenang sepertinya kami semua tidak bertindak arogan seperti mengadakan konvoi atau melakukan aksi corat coret jadi semuanya aman terkendali.
Kini aku dan Elang sama sama berada didepan laptop kami masing masing diruang tengah. Perlahan mulai mengetik alamat web untuk melihat hasilnya. Setelah muncul jendela utama kita sama sama melempar pandangan satu sama lain dan mulai memasukan nomor pendaftaran juga tanggal lahir untuk dapat melihat hasilnya dan aku… “Selamat Anda Lolos Seleksi” ahhh dunia berpihak padaku hari ini. Terima kasih Ya Allah..Alhamdulillah.
Aku hanya tersenyum kecil namun penuh arti, dan kemudian mengalihkan pandanganku kearah Elang dengan ekspresi yang seolah bertanya ‘bagaimana?’. Dia hanya menggelekan kepalanya ringan mengisyaratkan secara pasti dia tidak mendapat kebahagian yang sama denganku.
“masih ada ujian tulis!” ujarnya bersemangat
“jadi kapan ? ujianmu pasti di Bali kan?” ucapku lirih
“hey, itu pasti! Pendaftaran akan ditutup lima hari lagi jadi aku akan pulang sekitar tiga hari lagi Ra”
“secepat itu?”
“sepertinya, apa kamu tidak rela kalau aku pergi dari sini? Haha tenang saja Ra aku pulang kesana untuk mendaftar saja aku masih punya sekitar 2 minggu sampai ujian dilaksanakan, beberapa hari sebelum itu aku akan kembali untuk mengemasi semua barangku disini dan pamit pada Kiara dan orang orang dirumah ini”
“semuanya akan kembali seperti dulu, dirumah ini hanya akan ada aku dan oppa. Baiklah sebelumnya sangat tidak apa apa tanpamu dan sepertinya bisa kembali seperti itu lagi haha. Oh iya.. ini! Ambilah sedikit kenang kenangan dariku dan oppa aku sudah menyiapkannya”
“apa ini? Emm aku suka boxnya!” ujarnya riang
“bukan boxnya Elang tapi sesuatu yang ada didalamnya!” keluhku
“iya iya baiklah! Gantungan handphone? Syal? Dan jam tangan. Hey tunggu apa ini? Album foto?”
“untuk gantungan handphone dan syal aku sendiri yang membuatnya jadi maaf kalau sedikit aneh, hehe aku belum ahli merajutnya. Itu jam tangan dari oppa. Dan album foto itu, itu semua foto yang kita lakukan selama kamu disini”
“oh ya sangat terlihat jelas kalau ini buruk. Tapi aku sangat sangat menyukainya. Terimakasih. Wah wah apa sebanyak ini kenangan aku selama berada disini?” ujarnya
“aku rasa lebih dari sekedar itu. Haha”
Ternyata hanya aku dan Saka yang mendapatkan satu kursi di universitas melalui jalur undangan. Zafi dan Gerza tidak mendapatkannya.
Meski sebenarnya aku tak perlu lagi untuk membuka buku buku ini lagi. Tapi aku masih tetap melakukannya hanya sekedar membantu Zafi atau Elang untuk belajar.
Besok Elang akan kembali ke Bali.

Datanglah malam ini ditaman dekat rumahmu.. dan kamu akan tahu siapa aku. Setelah isya temui aku Zira..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar