Rabu, 30 September 2015

Surat untuk SEIGA

Dipikir-pikir tulisan sebundelku tentang kalian tak kutemukan lagi, dan dipikir aku berhenti menulis tentang kalian sejak lulus sekolah kah?
Jika ku tanya "Hai apa kabar?" akankah kalian menyambutnya? setidaknya memberi kabar jika kalian selalu akan baik-baik saja, alhasil karena tak saling berkabar maka hanya akan menjadi "stalker" yang selalu stalking *ups*
Meski terakhir bertemu saat acara buka puasa bersama tahun 2015 ini, namun SEIGA tak dalam keasaan utuhnya, jadi jika kubilang masih rindu bolehkah? Yang ku tahu kini kalian tengah asyik dengan dunia yang kalian tengah singgahi, entah itu dalam perkuliahan, aktivitas organisasi/komunitas, atau pekerjaan. Sebuah kotak chat hanya kadang terlalu sepi, ingin rasanya bertegur sapa kembali, saling bertukar cerita baik itu masa lalu putih abu atau cerita yang hanya kalian miliki sendiri, ingin rasanya kembali bertukar canda dan tawa yang kini kadang samar ketika mengingatnya. Boleh jika ku bilang rindu? jika tak bisa bertukar sapa dan senyuman dalam visual, bisakah jika lewat sebuah tulisan? meski hanya satu kata "Hai" dan cukup sampai disitu.
Kini satu persatu kalian meniti hidup diatas awan, satu persatu telah mencapai kelulusannya, satu persatu telah mencapai kesuksesannya, satu persatu (*saat ini baru satu sih*) tengah membina keluarga yang penuh kasih. 
Jika tak bisa melihat kalian dimasa kini dan masa mendatang maka aku hanya akan melihat ke masa lalu, dimana ada senyumku yang terlukis karena kalian, tawaku yang lepas karena kalian, canda yang tak lagi terhitung jumlahnya, bahkan jika itu adalah air mata karena kalian, maka indahlah sudah jika masih bisa ku buka kotak waktuku kemasa putih abu lagi, kadang terlalu takut jika ingatan itu tak lagi kumiliki, hanya takut jika memori itu hilang, takut lupa untuk mengingat kalian. Ini memori yang kepalang acak tapi senang bisa mengingatnya...

Ingatkah? selesai dari sebuah drama dari salah satu mata pelajaran yang kepalang abstrak, tapi kurasa ada banyak cerita dalam prosesnya, ada banyak "adeeuuhh" dan "hahahaha" saat pelaksanaanya. Menyenangkan meski lelah karena asli lapangannya panas banget. Senang bisa melihat ekspresi yang mungkin tak bisa kalian tunjukkan dalam kehidupan normal. Boleh jujur? aku banyak tertawa dan terima kasih untuk itu :)
Sedihnya lupa kapan gambar itu dibekukan oleh lensa kamera, yang aku ingat gambar itu ada dalam spanduk Sistem Periodek Unsur di kelas, senang bisa melihat banyak senyuman yang terlukis disana.

Kurasa ini foto kelas pertama kita bukan? ada yang bilang "gayanya Rika gagah, cowo banget, sangar" *lupa siapa yang bilang. Sayangnya SEIGA tak utuh disana, masih kupajang foto itu dalam kamarku :) jika rindu aku hanya akan melihatnya dan mengingat setiap pemilik senyuman itu.

Masih ada Bu Prima disana, kurasa itu saat menjadi petugas upacara di kelas 11, ini yang aku takutkan, aku lupa cerita dibalik gambar itu, sayang tak ada yang membantuku mengingatnya, jurnal harianku dilalap api, jadi sudah hilang menjadi abu, dan kebanyakan tentang kalian...
Terlalu banyak cerita dalam potret itu, mulai dari senyuman, tawa, canda, jeritan, emosi marah, sampai tangisan. Masih bisa kuingat saat awal diadakannya pengumuman karya wisata, terlalu banyak yang tak berminat ikut, dan setelah Bu Prima menyebutkan tugas yang mesti dikerjakan semua yang tadinya tak ikut berubah pikiran *termasuk aku*. Ingat mengumpulkan uang dengan menjadi "pemulung", cari besi sana sini, bersiin botol dari milah, cutting sampai cuci dan diperolehlah dua karung. Ingat mengamen? dan ada yang kena tilang? *meski tak merasakannya tapi aku ingat samar-samar ceritanya*. Saat dilokasi ingat ada korban dari penampakan palsu? ingat bagaimana sorot mata lain memandang kita karena sebuah pakaian? Ingat bagaimana kita semua berkumpul malam-malam disatu kamar *dan please itu kamar yang aku tempatin*, saat itu terlalu kaget dengan yang menjaga lorong seolah mengaku salah semua sembunyi di kamar mandi, kalian ingat itu? aku masih bisa ingat banyak tapak kaki kalian dalam kamar mandi, masih ingat bagaimana aku mesti menjaga pintu untuk berjaga, masih ingat bagaimana kalian lari dari kamar. Padahal saat itu ceritanya kita lagi rapat ya? hehe... Ingat siapa saja yang sedang proses pendekatan? ada yang bilang "Jogja I'm in Love" dan jelas tak lupa dengan kebaikan teramat sangat dari sang wali kelas tercinta :) 
Nonton film, ingat pertama kali kita nonton bareng? ceritanya mau nonton Harry Potter ya pas pertama? tapi ternyata belum muncul, dan ingat apa yang kita tonton? sumpah gak mau inget saat itu, tapi masih inget, dan kedua kalinya Alhamdulillah tontonan yang lebih manfaat dapat diskon tiket yaa? cuma bayar 5000 kalau gak salah? hehe *ekhem saat ini juga sedang ada yang pendekatan yaa? hehe *ups*
Pelajaran seni yang kuingat saat melihat foto ini, disini juga cukup banyak cerita bukan? dari yang katanya kelas terbaik hingga terburuk, karena kesalahpahaman kita dengan sang guru, sampai akhirnya beberapa dari kita pergi meminta maaf dan diberikan kesempatan ke-dua, syukurlah hasilnya tak terlalu buruk bukan? *kepalang banyak yang ambil dispen saat ujian berlangsung*


Ahh rasanya ingin terus mengingat, kurahap kalian juga, silaturahmi gak boleh putus yaa... paling tidak ada kamar chat yang bisa kita singgahi untuk tetap menjaga komunikasi :) 

For all of you... SEIGA



Anggap saja iya

Dalam diam, aku tahu ada yang ingin kusinggahi
Dalam diam, raguku masihlah memuncak
Dalam diam, ada sebuah nama yang kusebut dipenghujung doaku
Dalam diam, merasa membuatku pergi kepuncak asa
Tuhan, biarkan diamku menjadi doaku padaMu
Cukupkah?
Tuhan… jalan yang Kau tunjukan padaku akankah melangkahkan kakiku ke tempatnya
Ada rasa yang tak biasa, membuatku pelik
Jika merasa adalah sebuah anugrah, maka indahkanlah rasaku
Jika merasa adalah ujian dariMu, maka kuatkanlah aku
Perlahan jika Kau mengizinkanku, biarlah aku  menyebut namanya dalam doa
Jika ini takdir yang Kau aturkan untukku, tetapkan hatiku
Bantulah aku menjaga apa yang harusku jaga
Tundukan pandanganku akibat rasaku
Bantu aku memahaminya karenaMu
Bantu aku melangkah padanya atas ridhoMu
Maka pelataran mana yang kan kau aturkan Tuhan?
Disinilah aku menepi untuk memahami
Disinilah aku menepi untuk memulai
Disinilah aku menepi untuk mencari cara
Disinilah aku, menjadikan rasa pada sebuah kisah

nb : mungkin itu yang dirasakan "orang itu" entahlah, hanya sebuah inspirasi yang tiba karena banyak percakapan dalam sebuah kotak chat
iya kan? cc : Ka "B" haha :)
motivator dalam menulis ini ? mmm TH, TW, DB, IR dll yang ada saja yaa hehe *dan ikut terlibat*
bukan sebuah lelucon apalagi sebuah ajang fitnah, apalah arti sebuah tulisan dalam kamar pribadiku ini? hanya sebatas deretan abjad untuk menghibur yang tak menghibur

Selasa, 29 September 2015

Untukku, Dariku, Olehku

Aku, ya ini untuk aku... 
Bisakan berhenti mengeluh? kuyakin itu mudah, karena betapa beruntungnya dirimu masih bisa menikmati waktu dalam aktivitasmu yang belum tentu dimiliki orang lain. 
Aku, ya ini untuk aku...
Belajarlah mengayuh dengan benar, jangan melambat disaat kau lelah, dan cepat disaat kau tengah diburu waktu, jikapun harus melambat dan mempercepat lihatlah ada apa di depanmu, disampingmu dan dibelakangmu. Tidakkah kau lelah diburu waktu?
Aku, ya ini untuk aku...
Bisakah tak selalu melihat keatas, kepalamu akan pegal bukan main jika terus menengadah, kau bisa terjatuh bahkan jika hanya karena kerikil kecil
Aku, ya ini untuk aku...
Jangan melulu melihat ke bawah, salah salah kau akan terbentur, nikmatilah langit diatas sana
Aku, ya ini untuk aku...
Bisakah jaga lisanmu? Kau punya akal dan hati, posisikan dirimu, lisanmu bumerang bagimu, jika itu tajam maka akan berbalik pula padamu
Aku, ya ini untuk aku...
Langkahkan kakimu dengan benar, teliti lagi mana arah yang akan kau tuju, meski tersesat kadang menyenangkan tapi kau harus pulang, ada rumah yang mesti kau tuju, iya... itu mimpimu
Aku, ya ini untuk aku...
Menyerahlah, tak berarti kau kalah, tapi jangan lawan aturan, jika itu bukan untukmu jangan paksakan, kau tau dipaksakan tanpa makna semua hanya sampah
Aku, ya ini untuk aku...
Bergeraklah, tak peduli besar atau kecil, semua memiliki makna, pilihlah yang baik untukmu, tapi jangan egois dengan tak memperhatikan apa yang baik untuk orang lain bahkan jika itu orang asing
Aku, ya ini untuk aku...
Bertanggungjawablah, pilihanmu adalah jalanmu, tuntaskan dan akhiri diwaktu yang tepat, bukan berhenti ditengah tengah karena lelah yang tak ada artinya, egois namanya
Aku, ya ini untuk aku...
Hidup ini bukan hanya persoalanmu saja, bukan hanya tentangmu dan dirimu, bukan hanya kamu
Aku, ya ini untuk aku, ini pesan dariku untukku
Kau punya mata untuk melihat indahnya dunia 
Kau punya telinga untuk menikmati indahnya harmoni alam
Kau punya tangan untuk menyentuh segala kebaikan
Kau punya lisan untuk berbicara yang baik dan berguna
Kau punya kaki untuk terus melangkah
Kau punya hati untuk merasa
Kau punya jantung untukmu agar tetap hidup
Kau punya segalanya yang Tuhan berikan, lantas masih pantaskah untuk mengeluh? masih pantaskah kau mempertanyakan rencana indah-Nya? 
Aku, ya ini untuk aku...
Kau punya akal, anugrah terindah yang Tuhan beri, gunakanlah dengan baik dan pertanggungjawabkan akalmu yang membawamu menjalani kehidupanmu.


nb : teguran hati kecil, entahlah... 

Minggu, 27 September 2015

Dapur dan makanan #KKN

Sebuah tulisan yang pernah kujanjikan, maaf karena baru sempat, sebenarnya kepalang bingung mesti menceritakan apa. Tapi inilah Mekar Mukti...

Sebuah takdir yang Tuhan aturkan untuk kami ber-10, sebuah tempat sederhana dengan ke-khasannya yang sederhana, entahlah mungkin ketika kami berbicara mengenai Mekarmukti kami akan menyebutkan hal yang berbeda. Ketika kerinduan berpusat entah itu rindu "Cilok Manta...P" atau "Batagor yang kehilangan tahunya", atau mungkin "Larutan Penyegar" atau menu sarapan yang kepalang irit, jika itu nasi goreng maka hanya akan ada dua piring, tak lebih mmm... meski kadang tiga tergantung berapa banyak nasi yang ada, sedih? tidak, itu salah satu bahagiaku yang sederhana, disana kami berbagi, meski kadang dan tak jarang niat baik kami berbagi justru berakhir pada kata "Iya da, nasi goreng aku mah gak enak" hahaha, atau sarapan bubur yang satu orang tak cukup satu alas, bisa dua sampai tiga, atau bahkan penghabisan dengan memakannya langsung masih dalam panci besar. 
Ada satu yang kuhindari ketika berada di dapur, goreng kerupuk *emang dasar gak bisa masak, goreng kerupuk aja gosong pffftt... kalaupun jadwal piket masak seringnya jadi assisten atau ambil bagian masak nasi, meski tak jarang nasinya agak lembek *duuh harus belajar masak ya*. 
Berbicara soal makanan karena judul postingannya "Dapur dan makanan" umi jagonya soal bubur, dan candil, ceu edoh 1 jagonya soal bubur sumsum, kabayan jagonya nasi goreng, kalau si duet maut sih udah jago semuanya, kokinya posko...  lebih rela masak dan diam berjam-jam didapur dibanding ikut kegiatan *ups*. Abi yang kalau lagi laper hobinya bikin mie tanpa bagi-bagi, atau pak kyai yang selalu ada disaat bagian penghabisan, dan Salim yang kalau habis makan, itu piring kayak yang gak dipake sama sekali *sumpah bersih banget* entah gimana caranya dia makan, dan itu yang kami semua suka, merhatiin piring Salim kalau selesai makan. Ceu edoh 2? mmm... yang kadang suka asik sendirian masak didapur disaat yang lain lagi entah kemana. 
Pernah gak? beli nasi kuning tapi yang dibuatin malah lontong sayur?jadi ceritanya kalau mau beli harus sambil nunjuk dagangannya hehe. 
Panganan khas? ahhh kalo Sumedang sih udah surganya opak kali yaa, jadi cemilan paling kece ya opak, ada satu lagi sih "cipeng" semacam bikin cireng diatasnya kasih oncom tapi tipiiiiis banget, jadinya kriuk kriuk, satu lagi "surabi" meski udah gak aneh sih tapi itu adalah panganan yang gak dicomot sama sekali kalau disuguhin ke anak KKN desa tetangga *tetangga tapi jauhnya gak ketulungan* haha bosen kali yaa.. 
Apa lagi nih yang mesti diceritain? haha cukup dulu yaa mungkin akan muncul tulisan ketiga tentang hal lain :) 
Kotak waktuku sedikit sulit dibuka, jadi tak banyak cerita yang bisa ku alirkan. Rindu kalian guys... yuuk luangkan waktu untuk mengambil satu gambar :)

Sabtu, 26 September 2015

Dik, untukmu...

Hari ini hanya ingin bercerita saja tak apakan? Di sela rehat dari tugas kuliah yang sudah mendekati DL, bisanya menghibur diri dengan bercerita, kebanyakan lewat tulisan, saat ini tak sengaja menemukan sebuah halaman yang tak asing siapa penulisanya. Seolah sedang mendengarkan setiap ceritanya. Tak bisa kubilang itu adalah cerita keluhan, nyatanya ia tak mengeluh sama sekali, kebanyakan ia justru mengambil pelajaran dari kisah hidupnya. Kata "kasihan" jelas bukan kata yang tepat, ini untuk semua adik-adikku, yang jelas tak bisa kusebutkan satu persatu. Jika bisa, kakak ingin mengenalkan kalian pada mimpi dan membuat kalian semua jatuh cinta karenanya, dik, tahukah? untuk usia yang sering kusebut "bocah" nyatanya kalian lebih siap menghadapi hari esok, nyatanya kalian lebih dewasa, nyatanya kalian selalu berhadapan dengan kenyataan. Sedangkan kakakmu ini terlalu banyak menatap mimpi, kadang takut menghadapi hari esok, kepalang percaya diri bahwa hari esok akan selalu ada, dan tak jarang menghabiskan waktu untuk mengeluh dibandingkan memperbaiki diri. Dik, tahukah? kalian nayatanya lebih unggul soal kehidupan, kakak tahu kalian juga memiliki mimpi mimpi yang indah dan luar biasa, entah itu menjadi polisi, tentara, dokter, guru dan hal hal hebat lainnya. Kalian kadang hanya terlalu sibuk untuk bisa menghasilkan, untuk makan, sekolah dan jajan. Dik, salutlah kakakmu ini pada kalian, tapi bisakah sesekali kalian tengok mimpi-mimpi kalian? Menjadikannya alasan untuk terus bernafas, menjadikannya alasan untuk tak pernah lelah belajar. Maafkan kakakmu ini yaa, yang belum bisa utuh, yang katanya peduli tapi tak melakukan apapun, yang katanya sayang tapi kebanyakan hanya sibuk sendiri, yang katanya selalu rindu tapi singgah untuk jumpa seringnya sulit. Kalian punya rumah untuk berlindung, jalanan menjadi tempat kalian bermain dan menjadi modal untuk hari esok, sekolah menjadi tempat kalian untuk belajar, bisakah mimpipun menjadi rumah bagi kalian? yang kelak langkah-langkah kaki kalian akan sering berpijak disana, tempat yang akan kalian tuju, tempat kalian untuk pulang pada akhirnya dan banyak menghabiskan waktu disana. Kakak tahu kalian adalah jagoan-jagoan hebat yang tak takut bermimpi dan berani wujudkan impian kalian, kelak inginlah mata ini melihat kalian menjadi orang-orang hebat dimasa depan yang gemilang. Fighting !

Rabu, 23 September 2015

Surat yang tersesat

Ceriamu memang tak lagi dapat terlukis dengan jelas dalam kanvas, namun tahukah? sama seperti angin, mungkin aku tak bisa melihatnya ketika ia datang, namun masih bisa kurasakan. Ini seperti sesuatu yang tak dapat kau ukir lalu kau bekukan dengan sebuah lensa kamera, seperti menggerakkan jarimu diatas permukaan air, jari jarimu bergerak membentuk sebuah pola namun tak bisa kau lihat hasilnya, lagi… tak ada bukan berarti tiada. Awalnya hanya sebuah kertas kosong, tanpa ada irama yang membuat jemariku tergerak untuk menumpahkan tinta kedalamnya, boleh kubilang jika itu dulu?
Puitis, itulah dirimu yang didefiniskan oleh susunan susunan abjad yang kau gulirkan dalam rasa, sederhana namun jauh dari itu, sederhana yang tak pernah menjadikannya sederhana. “Tersesat” ingatkah? jika ingatanku mengingatkanku dengan tepat itu adalah sebuah kata pertama yang kau suka dariku, hingga tak lama detik waktu dalam arlojimu berselang, sebuah karya dalam melodi sastramu muncul di kamar pribadimu. Jika bukan dan kau tak kebertan, izinkan aku untuk menganggapnya seperti itu, karena tulisanmu adalah penyulut api untukku dalam kebaikan abjad.
Romantis, yaa… puitis yang romantis tak pernah hilang makna, beralaskan ketulusan adalah pondasi dalam setiap bulir waktumu. Aku tahu, waktu memang tak lagi sama, mungkin iramanya yang berbeda, atau ada beberapa irama yang hilang, atau mungkin iramanya mulai mengasingkan diri dariku, hingga tak lagi aku merasa. Puitis… romantis… tulus, masih kugunakan koma disana, karena tak berhenti disana sosokmu selalu kukagumi.
Sungguh, ada waktu yang teramat ajaib untukku, saat Tuhan mengaturkan lingkaran yang sama. Hangat dan menyenangkan, tambahan dalam koma, seperti dalam sebuah drama yang pernah kusaksikan, hangat akan membuat kenyamanan, dan menyenangkan akan menjadi sebuah pelengkap. Apa aku terlalu banyak membual tentangmu? Kurasa tidak, saat ini aku tak dapat menuliskan kata yang tepat untuk menggambarkan dirimu, sehingga kepingan acak ini tak bisa membuatnya utuh. 
Rinduku memang kadang kusampaikan, tapi terlalu banyak yang tak dapat kusampaikan langsung. Kau pernah menjadi perantara dalam mengatakannya padaku, potongan kata yang tak sama, namun ini yang ada dalam kotak memoriku “Untuk apa bilang rindu, jika bertemupun tidak” ahhh yaa, aku tahu kurasa tidak seperti itu bukan? Namun akankah kerinduanku tersampaikan? karena yang aku tahu, rindu tahu kemana dia harus pergi
“Kak” terima kasih, telah menginsipirasi, maafku terlalu banyak untuk disampaikan, jadi bisakah kuringkas saja ? Tetaplah dengan caramu, puitis, romantis, tulus, ceria, hangat dan menyenangkan, tentu dirimu juga pintar dan cerdas, kak… tetaplah bercerita dalam kamar pribadimu, karena hanya lewat pintu itulah aku setidaknya bisa merasakan hadirmu, dan kembali bisa merasa. Terima kasih untuk waktumu yang pernah singgah, sangat menyenangkan ketika berada dalam waktu yang sama denganmu. Kerinduanku kini akan berwujud doa, aku tahu Tuhan akan menyampaikannya, mungkin lewat angin, hujan atau langit malam yang tengah kau tatap. Untukmu penikmat kopi, ini bukanlah surat yang puitis apalagi romantis, tetaplah cantik, haha… ku tahu kau akan tetap cantik meski usiamu kelak masuk 70-an  karena kecantikan hatimu adalah abadi yang selalu dibentengi dengan ketegaran dan ketulusan. Salamku untukmu yang selalu sayang pada malaikat malaikat kecil yang kerap kau temui. Semoga Tuhan akan kembali mengatur waktu kembali.
Kutahu surat ini akan tersesat, namun jika kelak kau berkunjung ke kamarku, kuharap kau mengetahuinya, jika surat ini kutujukan untukmu… 

Jumat, 18 September 2015

Di sela bertugas

Mengenal, dan aku berhenti pada kata itu, sejauh mana kau bisa mengenal seseorang? berapa waktu yang kau butuhkan untuk bisa mengenalnya? tak hanya sebatas nama dan wajah, tak hanya aktivitasnya ketika sedang duduk dibangku kelas atau kuliah, tak hanya sebatas "dia temanku". Menapaki rangkaian abjad yang indah hari ini, sederhana namun teramat puitis dan romantis. Satu lagi yang menginspirasi, teman sekelasku sendiri, baiklah aku bisa bilang aku mengenalnya, tapi ternyata kini aku akan berkata jika aku tak mengenalnya. Hanya sebatas cover tanpa makna, kini perlahan aku tahu, dia yang seperti itu, begitu cantik tak hanya paras namun juga tulisan dalam akun pribadinya yang bisa dijelajahi tanpa bosan, mungkin mata yang hanya akan lelah saking ketagihannya. 
Setelah dipikir pertemanan adalah sebuah pilihan, dan sahabat? mungkin sebuah takdir yang indah. Ada seseorang yang sudah aku kenal sejak taman kanak kanak tapi aku tak pernah benar benar mengenalnya, ada seseorang yang baru kutemui tahun lalu tapi aku jauh lebih mengenalnya dibanding teman yang kukenal bertahun tahun silam. 
Ahhh sudahlah, ahh iya kini sedang mencoba membayangkan wajah dari teman-temanku, dan tebak siapa yang wajahnya muncul lebih dulu? itukah teman terbaik? entahlah... 
Kadang masih tak bisa kupercaya, terlalu singkat untuk menyimpulkan dan hanya tak ingin salah paham *apasih?* okee *bhay*

Surat Cinta untukmu




Entah harus kumulai dari mana, namun yang jelas surat cinta ini bukanlah surat romantis terlebih puitis... Ini untukmu yang masih menjadi bayangan, terima kasih menanamkan benih benih rindu, karena rindu yang menjadi candu membuatku selalu berpikir tentangmu, betapa bahagianya kelak jika kau bisa kudapatkan, aku tahu akan ada banyak cerita, akan banyak pengorbanan untuk kelak bersanding denganmu. Hingga saatnya nanti, hingga Tuhan mempertemukan kita diwaktu yang tepat, bisakah kau menungguku? Tunggu aku hingga aku siap, siap menjalankan hari hariku bersamamu, untukmu hal indahku, tetaplah disana dan teruslah menatapku, buatku semakin jatuh padamu, hingga yang akan kulakukan hanya berjuang, untukmu masa depanku, terima kasih untuk menjadi salah satu alasanku tetap bernafas, meski kau banyak membuatku terjatuh, namun aku tahu, pada akhirnya kau yang akan mengulurkan tanganmu untukku, membuatku bangkit dari jatuhku, untukmu... lihatlah aku, hanya aku... aku tahu banyak orang diluaran sana yang menginginkanmu, tapi percayalah akupun sangat ingin bersamamu. Jadilah motivatorku, jadilah yang selalu menginspirasiku, saat indah bersamamu sangat kunantikan, waktuku tak banyak, aku tahu itu... kau selalu bilang padaku saat ini bukanlah waktu yang tepat dan aku belumlah pantas, aku tahu itu.. Yang aku tahu aku akan menjadikanmu rumah yang akan kutuju, jadi... tunggu aku pulang yaa, tunggu sampai aku bisa meraihmu dan menjadikanmu bagian dalam kehidupanku, ini surat untukmu mimpi mimpi besarku... 

Senin, 07 September 2015

Surat untuk Rahayu dkk

Hai Rahayu, apa kabar? Apakah sudah waktumu untuk melihat malaikat malaikat kecilmu? Aku sungguh penasaran. Ahhh jika kau disini mungkin kau akan kupernalkan dengan keluargaku, “Kipli” mungkin tak setampan temanmu ( yang kumaksud bukan Bahari ) HAHA.. dan “Adibah” yang begitu cantik dengan rambutnya yang putih dan lebat. Tapi kurasa kalian tak bisa berteman baik, Adibah bukanlah kucing yang mudah berteman, dan Kipli dia terlalu emm “Playcat?” haha, tapi dia juga tampan J
Ingatkah kau denganku, atau dengan kami? kau selalu muncul begitu saja terutama saat jam makan, diantara teman temanmu kau yang paling kami suka, mungkin karena “Kalem”. Ini aneh dan bahkan sangat aneh jika kamu membaca tulisan absurdku ini, tapi baik-baiklah disana J lahirkan anak anak yang cantik, dan menjadi keluarga kucing yang bahagia, (by the way, siapa ayah dari anak anakmu itu?*ooppsss). Sampaikan pada Bahari untuk tidak nakal dan berhenti untuk masuk dapur tanpa permisi *emang bisa?* salam untuk 2 temanmu yang lain, yang tak sempat kami berikan nama. Jaga rumah dengan baik yaa J #Rindu #Mekarmukti

nb : Kurasa aku mulai gila dengan menulis surat semacam ini, ah sudahlah *abaikan*