Laut tak mengindahkan bumi, menjadi pemisah dalam sebuah nama, kapan langit akan memihak? siapa yang tahu, langit memiliki pesonanya sendiri, entah mengirama dengan cahaya filtrasi mentari, atau menjadi abu abu dengan lingkaran awan mendung yang bersiap menumpahkan rinainya. Siapa peduli langit akan memihak, langit memiliki ceritanya sendiri.
"Banyu, dia tak mengindahkanku"
"Jawab pertanyaanku lebih dulu, haruskah dia mengindahkanmu? mungkin kau juga tak mengindahkannya, jadi jangan salahkan dia"
"Entahlah, aku selalu mencoba ada pada dimensi yang sama, salahkah jika itu sulit? ada perbedaan yang tak bisa kulukisakan, hingga ia tak mengetahuinya"
"Jadi siapa yang harus disalahkan?"
"Tak ada, kukira.. mungkin dia hanya merah, dia pun tak bisa memasuki dimensi ku, bahkan tanpa mencoba, jadi siapa yang paling pengecut?"
"Kamu... dia yang tak mencoba, dan kamu yang memaksakan. Jika memang tak bisa beriringan untuk apa?"
"Ahh sudahlah, aku tak pernah mengerti kata katamu... terlalu sulit untuk si bodoh seperti ku"
"Baiklah jangan memaksa terlalu keras, beri ruang untuk otak kecilmu itu. Jika dia mulai menyerah, biarkan saja, mungkin suatu saat dia akan mencoba lagi, untuk berada pada dimensi yang sama, sampai akhirnya kembali mengirama denganmu"
Banyu... kau bodoh atau memang aku yang terlalu idiot, mungkin dia yang tak ingin mengenalku, bahkan untuk berteman sekalipun untuknya sangat sulit, dimana aku harus memuncak? dan dimana aku harus turun? waktupun jika ku tunggu tak akan memberiku solusi, sebuah kekosongan dalam penuh, hambar
"Simpan saja ceritaku, bisa kita lanjutkan dengan ceritamu?"
"Kau tahu debu?"
"Kau anggap aku sebodoh itukah?"
"Ra, kurasa ada debu dipelupuk mataku, perih hingga air mataku terjatuh pelan, hingga sulit kubuka mataku lebar, jadinya samar, tak jelas"
"Basuhlah, kau akan merasa nyaman setelahnya"
"Bagimana bisa jika sekarang? kau satu satunya air yang dapat membasuh debu dimataku, sedang kau tak disini, bagaimana caraku untuk membasuh?"
"Benarkah? sayang sekali, aku tak bisa membantumu kini, mungkin kau yang harus kemari"
"Haruskah?"
"Jika matamu ingin melihat lagi dengan sempurna, tentu kau harus melakukannya, berjalanlah perlahan dan hampiri aku, saat itulah aku akan membuatnya lebih jelas"
"Ahh.. kau ini, baiklah sepertinya aku harus mencari air yang lain, terlalu sulit melangkah ke dimensi mu bukan?"
"Menyebalkan.. carilah air mu itu dan beritahu aku jika kau menemukannya, aku yakin tak semanjur diriku"
Banyu, cepatlah kembali, tak kau dengarkah kerinduanku? barang sebentar saja, setidaknya ijinkanku melihat senyuman itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar