“Hay! Udah pada
cape aja nih, sorry telat… tadi jemput Hani dulu. Illyas gak jadi datang dia
harus ngurusin DKM katanya” ujar Bara yang baru sampai dengan Hani tepat
disampingnya. Aku hanya menyimpulkan seulas senyum di wajahku dan Aga sibuk
berbincang, “Kalian olahraga berdua yaa, tadi kita udah soalnya.. kita tunggu
di tempat istirahat biasa”ujar Aga, dan aku hanya berlalu pergi dengannya. Dari
tempatku duduk aku masih bisa melihat Bara dan Hani tengah berlari kecil
sepertinya saling berbincang, baik Hani maupun Bara saling melempar tawa kecil
mereka, ya ampuun apa yang aku pikirkan… bukankah seharusnya aku juga senang,
nafasku semakin berat rasanya “Ve? Still with me?” ujar Aga menyadarkanku, “ahh
yaa.. maaf efek lelah haha” balasku, “well karena aku yang menang, aku akan
mulai dengan 1 pemintaan” jelas Aga, “yayaya.. pertandingan macam apa itu, pull
up? Jelas aku akan kalah jika itu caranya, tangan tanganku mana bisa bertahan
lama dibandingkan tangan seorang pria” gerutuku, “baiklah 1 permintaan.. apa?”
tambahku dengan nada rendah, “Izinin aku untuk ngelakuin permintaan kamu”
ujarnya menatap tajam kearahku, “tadi kamu bilang, kalau kamu menang kamu akan
mengajukan 1 permintaan, aku akan lakuin itu… kamu hanya harus bilang”
tambahnya. “kamu serius?” ujarku antusias, “malam ini jam 7 di café biasa okee?”tambahku.
Aga mengangguk setuju dan tak banyak menanggapi dia hanya bilang jangan sampai
terlambat. Tak lama Bara dan Hani kembali. Tak banyak yang kami perbincangan
dan lagi.. tak akan jauh dari persoalan akademik.
Matahari semakin
meninggi, ku buka nomor kontak di handphoneku dan ku hubungi Viona, ahh ini
benar benar sebuah kesempatan, rasanya sedikit tidak benar tapi… ada janji yang
harus kutepati pada Viona.
Malam semakin
larut sebenarnya belum terlalu larut, namun disinilah kuhabiskan malam dengan
menatap indahnya bintang. Cahaya yang berkelap kelip itu selalu ampuh untuk
membuatku tersenyum benar benar sangat nyaman saat melihatnya, seperti
menerawang jauh kedalam masa depan yang penuh cahaya. Esok paginya bagianku
untuk piket kelas bersama Viona dan beberapa teman aku sampai dikelas paling
awal, kusimpan tas untuk mulai membersihkan kelas, tunggu… ‘amplop biru’
benakku, amplop yang sama… aku melihat kesekeliling tak ada siapapun atau
bahkan tak ada satu taspun dikelas ini, aku menarik kursi lalu kubuka amplop
biru itu..
“Bagaimana dengan music
yang ku kirimkan? Kau menyukainya?.. disinilah aku membayangkan bagaimana raut
wajahmu saat mendengarnya mungkinkah kamu tersenyum atau justru mengerutkan
keningmu? Aku benar benar penasaran… Kini aku akan mengingatkanmu pada hal lain…
‘Bintang’ saat kamu melihatnya seperti kebiasaanmu.. mulai saat ini bintang
akan mengingatkanmu padaku. Tersenyumlah.. akhir akhir ini senyumanmu
menghilang, aku merindukannya, setidaknya tersenyumlah untuk dirimu sendiri”
Dia tak hanya mengirimkan surat tapi juga sebuah gantungan, entahlah ini
seperti gantungan HP dengan bandulnya yang berbentuk bintang, ku akui itu
sangat cantik, ku raih ponsel ditasku dan kupasangkan gantungan itu. Tapi…
bagaimana reaksi Aga saat dia tahu dia disana bertemu Viona… Viona juga belum datang,
tak lama beberapa teman yang piket hari ini mulai datang dan kubereskan sebuah
ruangan yang menjadi saksi perjalananku di masa putih abu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar