Bel sekolah
berbunyi nyaring bertanda waktu istirahat tiba, aku hanya diam dikelas
mengobrol dengan Hani, yapp dia sibuk menceritakan apa saja yang dilakukannya
kemarin “ya gitu deh, asli Ve, aku seneng banget ya walaupun hanya nemenin dia
di toko buku tapi itu hal yang menyenangkan sebelum pulang kita sempet mampir
makan juga, dinner Ve.. aku sama dia” ujarnya penuh semangat karena Bara tidak
ada dikelas melainkan dikantin bersama sahabatnya Aga. ‘But.. wait.. dinner?’
dalam benakku, aku bertanya jam berapa sebenarnya mereka pulang, jika Bara
tengah makan dengan Hani, tak ada alasan baginya untuk merasa lapar apalagi
kemarin dia terlihat lahap saat makan, yang aku tahu Bara adalah tipikal orang
yang mudah kenyang dan tak begitu suka makan banyak apalagi sampai dua kali
makan, “entahlah setengah 7 kita makan dan aku sampai rumah jam 7, oh iya Bara
kerumah kamu kemarin?” tanya Hani membuatku kaget karena dia tahu Bara mampir
kerumah, “ahh iya.. dia bilang tahu rumahku dari kamu, dia mampir mengerjakan
tugas kimia hari ini” ungkapku “mmm aku tahu, dia bilang dia akan mampir
kerumah kamu menanyakan beberapa soal kimia, padahal dia bisa bertanya padaku”
ungkap Hani dengan nada kecewa. Untuk mencairkan suasana aku mengajaknya ke
kantin sebelum jam istirahat berakhir, kami berpapasan dengan Bara dan Aga yang
baru saja makan dikantin dan aku hanya menyapa sekedarnya tentu tidak dengan
Hani yang terus memberikan senyum hangatnya pada Bara.
Kelas olah raga
telah berakhir saat aku kembali ke kelas untuk mengambil seragam putih abu
untuk kuganti pakaianku, aku melihat sebuah novel tepat dimejaku, ‘ahh mungkin
milik orang lain’ benakku dan aku hanya melewatkannya lalu keluar untuk
berganti pakaian. Sekembalinya ke kelas novel itu masih diposisi yang sama,
kuambil dan kubuka untuk tahu siapa tahu ada sebuah nama didalamnya dan yaa ada
tapi.. “Vea Prisillia Permata, 12 IPA 3” lengkap dengan tanggal “18 September
2010” sebuah format tulisan yang sama seperti yang selalu kulakukan untuk
setiap novel miliku, ‘Kapan aku membelinya? Bagaimana bisa disini tercantum
namaku?’ pikirku dalam dalam, tak lama bel sekolah menandakan jam pelajaran
berikutnya berbunyi aku hanya memasukan novel itu kedalam kolong meja.
Sesampainya
dirumah kubongkar semua isi tasku untuk ku ganti dengan mata pelajaran esok
hari, aku melihatnya lagi sebuah novel yang mengatas namakanku sebagai pemiliknya,
tulisannya berupa ketikan mesik komputer jadi aku tak bisa memprediksi jenis
tulisannya, tunggu apa ini… sebuah amplop biru terselip tepat di Chapter 10
novel itu yang berjudul “Hanya Kau”. Lagi.. tulisannya bukan tulisan tangan
tapi tulisan komputer, aku hanya membacanya dalam diam..
“Bacalah.. novel
ini menarik, aku yakin kau akan menyukainya, tak perlu khawatir akan siapa yang
memberimu novel ini, cukup hargai dia yang mengirimkannya dengan membaca novel
ini. Kelak akan kuperkenalkan diriku secara langsung, tapi tidak sekarang
karena sedang ada hal yang ingin kupastikan. Oh iya untukmu yang mungkin akhir
akhir ini terluka, aku mohon jangan terluka karena aku akan terluka bersamamu,
aku merindukan senyuman itu, senyuman yang tak pernah lagi kau berikan untukku,
tersenyumlah seperti sebelumnya… sebelum kau terluka”
Surat itu berhenti
disana tanpa nama bahkan tanpa inisial. ‘Terluka?’ aku tak pernah menceritakan apapun tentang
kehidupan pribadi diriku pada orang lain. Kusimpan novel itu diatas koleksi
novelku sebelumnya dan mengambil buku matematika untuk mengerjakan tugas yang
harus dikumpukan besok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar