Disela sela
mengerjakan tugas kimia yang harus kurampungkan, Hani terus mengabariku
mengenai kebersamaan dirinya dengan Bara, ‘aishh… seharusnya dia bersenang
senang dan fokus dengan keberadaannya bersama Bara, mengapa membawaku ke
suasana seperti ini’ pikirku dalam benakku, aku hanya membalas pesan pesan
singkat yang dikirimkan Hani dengan respon positif dan memintanya cerita saat
dia sudah pulang saja dan memintanya untuk lebih bersenang senang. Denting
waktu terus berlalu saat ku lihat jam dinding kamarku tepat pukul 19.30 rasanya
lapar, aku berjalan menelusuri dapur rumahku, ahh rumahku ini sepi sekali kakakku
sedang menempuh studinya diluar kota bang Ares namanya, kedua orang tuaku? Mereka
sedang bertugas diluar kota. Kubuka pintu lemari pendingin dan melihat bahan
bahan yang bisa kumasak untuk makan malam, belum sempat aku memilih bahan
makanan bel pintu rumahku berdenting dengan nyaring. Saat kuintip lewat jendela
ruang tamu tak ada yang bisa kulihat selain punggung seorang pria, ku buka
perlahan dan ternyata Bara tepat didepan rumahku, “Bara?” ujarku padanya yang
masih mengenakan seragam putih abunya, “Ayo bicara, aku lapar, kamu janji akan
traktir” ujarnya dengan wajah yang dibuat memelas dan itu membuatku tergelitik
sampai aku tertawa kecil, “masuklah, aku akan memasak” ujarku dan meninggalkan
Bara didepan pintu, sampai akhirnya Bara melepas sepatu sport hitamnya,
menyimpan helm merahnya diatas meja lalu mengikutiku ke dapur. Aku bertanya
padanya dari mana dia tahu rumahku, dia hanya menjawab singkat “Hani”. Bara
kini tengah duduk dikursi dengan meja lingkaran, tempatku biasa menyantap
makananku, posisi disana bisa melihatku memasak, entah ini hanya perasaanku
atau apa tapi seolah Bara terus memandangiku. “Ini, hanya ayam goreng dan tumis
sayuran, tak banyak yang bisa dimakan” Bara memandangi masakanku sejenak lalu
diam mengisyaratkan jika aku harus menyiapkan seporsi makanan untuknya, ahh
benar benar menyebalkan, rasa sesak mengingat dia dan Hani hari ini membuatku
tak karuan, kusiapkan porsi sedikit lebih banyak dari makanan yang biasa ku
santap. “Mau bicara apa?” ujarku tanpa basa basi, “Seseorang yang kau ingin
beri kesempatan denganku, dia Hani?” ujarnya tanpa sedikitpun memandangku dan
hanya menyuapkan makanan kedalam mulutnya, “Mmmm” responku singkat. Bara
kemudian manaruh sendok garpu di piringnya lalu menatapku, aku hanya melihat
lalu diam “apa?” responku terhadap reaksinya. “Tidak akan berhasil” singkatnya
dan melanjutkan makan. “Berhubung sudah disini setelah makan ayo kita ngerjain
tugas kimia, aku belum sempat mengerjakannya, but bye theway are you alone
here?” ujar Bara lagi, “Mmm” responku singkat dan Bara tak bertanya lebih
lanjut. Pukul 20.00 WIB karena aku telah mengerjakan tugas kimia jadi aku hanya
melihat Bara mengerjakannya sendirian sesekali dia bertanya dan aku hanya
menjawab pertanyaannya, satu jam berlalu Bara pamit pulang karena malam yang semakin
larut.
“Tidak akan
berhasil” ahh kata kata itu begitu terngiang dikepalaku membuatku benar benar
kesal, tapi sedikit dari bagian dalam diriku mengatakan “Mungkinkah tidak akan
berhasil antara Bara dan Hani? Artinya mungkinkah…” ahh buyar sudah semuanya,
kutarik selimut dan pergi tidur dengan mematikan lampu kamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar