Rabu, 18 Februari 2015

#SMS Chapter 3 "Melepasmu"

Kini segalanya terasa aneh dan harus menjadi berbeda, karena aku tak mungkin menetapkan hati ini lagi, kini jika hanya ada aku, Hani dan Bara maka aku akan memilih pergi sungguh selalu menjadi hal yang indah saat melihat seyuman seorang sahabat yang tengah bahagia meski ada sesuatu yang terasa tak nyaman dengan apa yang kau sebut perasaan. Suatu hari hanya ada aku dan Bara di salah satu meja perpustakaan, “Hai” sapanya dengan hangat seperti biasanya, aku hanya membalas sekedarnya, “ini aku yang ngerasa GR atau kamu yang emang sekarang sekarang menghindar Ve?” ujarnya tanpa menatapku, dia hanya menatap sebuah novel yang entah dia baca atau tidak, “mengindar? Tak ada alasan untuk melakukannya, hanya mungkin kamu GR” ujarku dengan seulas senyum yang kupaksakan, ohh Tuhan aku harap dia tak menyadarinya, “Baiklah” singkatnya lalu pergi. Aku hanya menghela nafas dengan berat memandangi punggungnya yang semakin menjauh dan kemudian hilang tak bisa kujamah dengan indra pengelihatanku. Aku menutup wajahku dengan sebuah novel yang tengah kupegang.
Bel dering pulang sekolah berbunyi seperti biasa aku pulang harus berjalan kaki hingga bisa mencapai jalan raya kurang lebih 400 meter, sampai digerbang sekolah seseorang menyapaku “Hai, ayo naik.. aku antar sampai depan tempat kamu biasa naik angkutan umum” ujar Bara yang mengagetkanku, sebelumnya dia tak pernah mengajakku seperti ini, aku melihat sekeliling jika ada Hani maka aku akan hanya melepasnya pergi dengan penyeselan, namun tak sempat aku melihat sekeliling Bara menarik tanganku dan mengisyaratkanku untuk naik motor merahnya. Tanpa berusaha menolak aku menurut, tapi tunggu Bara tiba tiba berhenti disebuah tempat makan bakso tempat kita ber-5 biasa mengobrol atau sekedar mengerjakan tugas. “kamu mau makan? Baiklah aku pulang jalan kaki dari sini. Terima kasih” tuturku padanya dengan seulas senyum, belum aku melangkah Bara menarik tanganku dan mendorongku duduk disalah satu meja tempat makan bakso itu “Bang, bakso yamin 2 ya, yang satu gak pake bawang goreng” ujarnya pada bang Trisno, abang penjual bakso. ‘Tanpa bawang’ itu yang selalu ku pesan, aku tidak menyukai tanpa alasan. Aku hanya terdiam menunggu Bara membuka pembicaraan…

“Jujur, ada apa? Kamu mungkin gak tahu kalau aku tahu saat kamu berbohong. Aku kasih kamu 5 menit… kasih tahu aku alasan kamu menghindar, apa aku berbuat sesuatu yang salah?” ucap Bara dengan menatap mataku, dan ini pertama kalinya aku merasa Bara benar benar melihat kedalam mataku, “Bukan menghindar… tapi memberikan kesempatan” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar