Rabu, 18 Februari 2015

#SMS Chapter 2 "Waktuku Jatuh Padamu"

Hari itu hari pertama kegiatan pembelajaran disekolah dimulai, karena hari itu aku terlambat tak banyak kursi yang bisa kutempati bahkan nyaris tak ada, kulihat kesekililing kelas dan terlihat kursi belakang pojok kanan masih kosong dan begitu  ku perhatikan astagaa Bara tepat duduk didepannya, aku melangkah terburu buru ke kursi tersebut karena bel telah berbunyi dengan nyaringnya. Bara yang melihatku menyapaku seperlunya dengan berkata “Hai” aku hanya membalasnya dengan senyuman sederhanaku. Satu minggu berlalu tak ada progress yang berarti belum ada informasi tambahan dari diri seorang Bara hingga saat itu ujian Biologi, lebih tepatnya kuis dan posisi duduk harus dirubah total dan tebak siapa yang duduk disampingku saat itu.. yaa dia, dia yang ingin aku kenal lebih dalam, Bara Ardiantara. Ada satu kejadian sederhana yang memulai kedekatanku dengannya, ketika dia lupa dengan jawaban satu soal pada kuis biologi saat itu, layaknya seorang siswa yang terkadang berbuat curang, dia bertanya padaku, untunglah aku mengetahui jawabannya, caranya tersenyum dan mengatakan terima kasih sungguh aku tak pernah menduganya, sejak itu sejak aku tahu bagaimana dia tersenyum sejak itu aku menjatuhkan hati padanya, terdengar konyol tapi itulah caraku memulai perasaan ini padanya hanya dengan melihat senyumannya.

Beberapa minggu telah berlalu banyak hal lain yang ku ketahui dari diri seorang Bara Ardiantara meski kami tidak dekat secara personal namun kedekatan dalam hal akademik sudah membuatku bisa tersenyum setiap harinya karena aku tahu, karena aku tahu orang pertama yang akan dia sapa adalah aku, orang yang akan duduk disampingku sebelum bel masuk berbunyi adalah dia meskipun itu karena faktor diskusi akan setiap tugas tugas sekolah yang diberikan, tapi sungguh itupun tak mengapa aku masih bisa tersenyum indah karenanya. Perasaan yang sederhana ini aku tak tahu mengapa terjadi padaku, aku bukanlah orang yang mudah kagum pada orang lain apalagi sampai merasakan perasaan yang entah aku harus namakan apa. Teman temanku yang sering melihatku berbincang padanya dan juga pada sahabatnya Aga Trisna Putra belakangan ini terus menghubungi entah hanya sekedar menitipkan salam pada 2 sahabat itu atau bahkan bertanya bagaimana sosok mereka, apa yang selalu mereka lakukan, apa yang mereka suka dan hal hal pribadi lainnya. Hingga akhirnya aku juga harus mencari tahu lebih banyak tentang Aga, terutama untuk sahabatku Viona, entah apa yang membuat sahabatku itu jatuh hati pada sosok Aga. Well ada satu 2 orang lagi yang dekat denganku dia Ilyas dan Hani. Hani adalah teman sebangku dan teman seperjuanganku di salah satu organisasi sekolah dan Ilyas… entah bagaimana aku bisa cukup dekat dengannya sosoknya yang alim dan sangat menjaga jarak dengan wanita tapi tidak denganku, sekali lagi.. yaa karena aku menyebutnya “dekat secara akademik” . Aku, Aga, Bara, Hani dan Ilyas kerap kali belajar bersama dirumah Aga setiap kali akan ujian, mereka teman diskusi yang menyenangkan. Tapi sungguh menyebalkan karena kami tak dekat secara personal, kami jarang bercerita tentang kehidupan kami secara pribadi satu sama lain.. ya inilah kami yang dijuluki “geng pintar” aneh tapi itulah bagaimana teman teman sekelasku menyebutnya.  Dan inilah awal yang aku tidak suka saat dimana hal yang tidak ingin ku hadapi terjadi, Hani pertama kalinya mengungkapkan bagaimana perasaannya pada Bara dan aku hanya terdiam dengan seulas senyum, bukan senyuman bahagia atau senang tapi sebuah senyuman dimana ini harus berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar