Hari itu hari
pertama kegiatan pembelajaran disekolah dimulai, karena hari itu aku terlambat
tak banyak kursi yang bisa kutempati bahkan nyaris tak ada, kulihat
kesekililing kelas dan terlihat kursi belakang pojok kanan masih kosong dan
begitu ku perhatikan astagaa Bara tepat
duduk didepannya, aku melangkah terburu buru ke kursi tersebut karena bel telah
berbunyi dengan nyaringnya. Bara yang melihatku menyapaku seperlunya dengan
berkata “Hai” aku hanya membalasnya dengan senyuman sederhanaku. Satu minggu
berlalu tak ada progress yang berarti belum ada informasi tambahan dari diri
seorang Bara hingga saat itu ujian Biologi, lebih tepatnya kuis dan posisi
duduk harus dirubah total dan tebak siapa yang duduk disampingku saat itu.. yaa
dia, dia yang ingin aku kenal lebih dalam, Bara Ardiantara. Ada satu kejadian
sederhana yang memulai kedekatanku dengannya, ketika dia lupa dengan jawaban
satu soal pada kuis biologi saat itu, layaknya seorang siswa yang terkadang
berbuat curang, dia bertanya padaku, untunglah aku mengetahui jawabannya,
caranya tersenyum dan mengatakan terima kasih sungguh aku tak pernah
menduganya, sejak itu sejak aku tahu bagaimana dia tersenyum sejak itu aku
menjatuhkan hati padanya, terdengar konyol tapi itulah caraku memulai perasaan
ini padanya hanya dengan melihat senyumannya.
Beberapa minggu
telah berlalu banyak hal lain yang ku ketahui dari diri seorang Bara Ardiantara
meski kami tidak dekat secara personal namun kedekatan dalam hal akademik sudah
membuatku bisa tersenyum setiap harinya karena aku tahu, karena aku tahu orang
pertama yang akan dia sapa adalah aku, orang yang akan duduk disampingku
sebelum bel masuk berbunyi adalah dia meskipun itu karena faktor diskusi akan
setiap tugas tugas sekolah yang diberikan, tapi sungguh itupun tak mengapa aku
masih bisa tersenyum indah karenanya. Perasaan yang sederhana ini aku tak tahu mengapa
terjadi padaku, aku bukanlah orang yang mudah kagum pada orang lain apalagi
sampai merasakan perasaan yang entah aku harus namakan apa. Teman temanku yang
sering melihatku berbincang padanya dan juga pada sahabatnya Aga Trisna Putra
belakangan ini terus menghubungi entah hanya sekedar menitipkan salam pada 2
sahabat itu atau bahkan bertanya bagaimana sosok mereka, apa yang selalu mereka
lakukan, apa yang mereka suka dan hal hal pribadi lainnya. Hingga akhirnya aku
juga harus mencari tahu lebih banyak tentang Aga, terutama untuk sahabatku
Viona, entah apa yang membuat sahabatku itu jatuh hati pada sosok Aga. Well ada
satu 2 orang lagi yang dekat denganku dia Ilyas dan Hani. Hani adalah teman
sebangku dan teman seperjuanganku di salah satu organisasi sekolah dan Ilyas…
entah bagaimana aku bisa cukup dekat dengannya sosoknya yang alim dan sangat
menjaga jarak dengan wanita tapi tidak denganku, sekali lagi.. yaa karena aku
menyebutnya “dekat secara akademik” . Aku, Aga, Bara, Hani dan Ilyas kerap kali
belajar bersama dirumah Aga setiap kali akan ujian, mereka teman diskusi yang
menyenangkan. Tapi sungguh menyebalkan karena kami tak dekat secara personal,
kami jarang bercerita tentang kehidupan kami secara pribadi satu sama lain.. ya
inilah kami yang dijuluki “geng pintar” aneh tapi itulah bagaimana teman teman
sekelasku menyebutnya. Dan inilah awal
yang aku tidak suka saat dimana hal yang tidak ingin ku hadapi terjadi, Hani
pertama kalinya mengungkapkan bagaimana perasaannya pada Bara dan aku hanya
terdiam dengan seulas senyum, bukan senyuman bahagia atau senang tapi sebuah
senyuman dimana ini harus berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar