Selasa, 24 Maret 2015

Diorama #Stage 1

Setiap berkas cahaya sinar matahari adalah setitik harapan kehidupan yang didalamnya ada sebentuk senyuman untuk setiap detik kehidupan kita. Setidaknya itu menurut bunda yang sekarang, mungkin bunda berada tepat didalam surga, dan aku yakin almarhumah bunda layak bahkan lebih dari kata layak untuk itu. Terutama untuk semua hal yang telah bunda berikan  kepadaku selama 13 tahun. 13 tahun aku hidup didampingin sosok malaikat cantik itu, saat dimana aku selalu bisa merasakan hal yang dinamakan dengan kebahagian. Mungkin Tuhan begitu sayang sama bunda sampai Tuhan harus mengambil kembali bunda untuk kembali kesisisnya.
Namaku Zira Stefyani Raharja, aku  hanya seorang gadis remaja kelas 3 SMA di kota Bandung. Untuk sekarang aku tinggal bersama sosok yang orang lain sebut “ayah”,  setidaknya itu menurut orang lain, bukan aku. Karena layaknya seorang ayah seharusnya selalu bisa menemani anak gadisnya yang semata wayang. Aku juga tinggal bersama oppa dan yang pasti aku sayang banget sama beliau. Sosok tua renta berumur 60 tahun yang telah ditinggal isterinya 15 tahun silam, eyang putri.
Seperti kehidupan remaja lainnya aku mempunyai beberapa orang sahabat. Feytsa Putri, dia seorang gadis cantik bertubuh kurang lebih 155 cm tidak gemuk dan tidak kurus, berambut sebahu, dan doyan banget makan ini punya hobby ngepoin semua gebetannya haha, ya setidaknya itu yang aku tau soal dia, siapa saja gebetannya aku sendiri gak bisa hafal secara pasti dan gak bisa aku hitung deh haha soalnya ini anak memang hobby ngeceng hehe. Kedua  ada Vidya, Vidya Pramulia seorang gadis lucu, mungil, dan baik hati ini sungguh beruntung karena dia mempunyai keluarga yang bahagia dan utuh pastinya, dia sangat manis jadi gak heran banyak teman teman sekolah yang suka sama sosok sohib aku yang satu ini, mereka berdua teman semenjak kelas 1 SMA jadi gak heran kalau sekarang kita dekat dan kita sahabatan.
Oh iya, semenjak bunda meninggal aku sendiri  gak terlalu betah didalam rumah, walaupun disitu ada oppa tersayang yang bisa gantiin sosok bunda, bukan seperti ayah yang sibuk sama kerjaannya sampai sampai beliau melupakan segala hal tentang aku, setidaknya itu yang aku rasakan. Tapi tetap sebisa mungkin aku selalu menemani oppa, karena aku gak bakalan tega meninggalkan beliau dirumah sendirian.
Soal kehidupanku disekolah sendiri gak ada yang aneh pastinya, tapi sedikit banyak aku mempunyai image tomboy. Aku bersekolah disalah satu SMA negeri di Kota Kembang ini. Sekolah sederhana yang lokasinya sendiri terhitung sulit diketahui ya aku sama teman teman sendiri sering menyebutnya sekolah pedalaman. Namun sekolah yang berlatarkan cat warna hijau dan bertingkat 2, 1 ruang multimedia atau bisa kita sebut sebagai kelas serba guna, 1 lapangan yang bisa merangkap sebagai lapangan apapun yang kita perlukan, haha ajaib kan, dan 1 ruangan laboratorium MIPA ini adalah salah satu tempat paling menyenangkan. Entah mengapa tapi mungkin seperti kebanyakan orang bilang ‘ masa paling indah adalah masa SMA, masanya putih abu’, well mungkin itu salah satu alasannya
 “Hay Ra?” sapa salah satu seorang teman dikelas, oh iya aku duduk dibangku kelas 12 IPA 3, yang menyapaku itu Saka Putra Tetralogya, seorang teman yang mempunyai nama yang sedikit aneh ini mempunyai postur tubuh ideal, dan sangat smart orangnya juga baik hati pastinya, tapi kalau  ‘gila’nya lagi kumat bisa parah haha dia juga idaman banyak gadis disekolah ini dari adik kelas sampai kakak kelas, ya gak heran lah doi ini sempurna, dan setiap paginya dia memang selalu menyapaku terutama jika ada pekerjaan rumah ya sekedar untuk menyamakan lah atau mungkin menanyakan.
Berbeda sama temen temen aku yang lain, pagi pagi pasti mereka juga menyapaku dengan segudang basa basi yang akhirnya “Ra, PR kamu selesaikan, aku copas gak apa apa kan Ra?” hmm benar benar basi, tapi aku sendiri gak pernah keberatan. Aku seneng karena cuma disini dikelas ini dengan semua teman temanku, tempat dimana aku bisa berkata “say no to GALAU”.
Bel sekolah mulai berteriak juga, pelajaran pertama dimulai dengan “biologi” dari awal belajar sampe sekarang aku gak pernah bisa mengerti apa isi perut dari biologi itu sendiri dengan kata lain aku gak begitu suka sama pelajaran itu, dan parahnya lagi hari ini tuh ulangan, mampus dehhh!!
“ya sekarang kalian ubah posisi duduk kalian, putra dan putri, ayoo cepat waktu kalian hanya 5 menit untuk itu!” tegas guru biologi cantik yang bernama Ibu Adri ini
Anak anak satu kelas mulai berdiri dan mencari pasangan hidup mereka untuk 90 menit kedepan, akhirnya aku cross tempat duduk dengan Saka, dan Zafi Arindra Prawirya teman sebangkunya duduk dengan temen sebangku aku Nifa Bimasetya, emm oke sebelum ulangan dimulai, aku bisa menceritakan sedikit soal mereka, pertama Nifa dia temen seorganisasi, dia berpostur sedikit lebih rendah dariku, berjilbab, baik dan smart, buat info aja dia juga salah satu gadis yang dekat dengan cowok cowok disini, dan kedua Zafi gak begitu jauh berbeda dengan Saka dari segi postur tubuh, ideal dan tinggi semampai namun sedikit lebih berisi dari Saka, yang pasti dia baik dan mau berusaha, oke sepertinya itu informasi yang cukup untuk saat ini.
Selama ulangan tentu saja aku gak bertanya apapun ke Saka dalam rangka memperoleh jawaban lagi pula ini soal soal essai dan dalam satu bangku kita memperoleh soal yang berbeda, gila tengsin kali, aku melakukan sebisanya, menjawab soal seadanya, walaupun aku tahu hasilnya nanti pasti seancur kue yang jatuh kelantai terus dinjak injak sama anak anak sekelas haha, tapi broo kalau soal beginian aku rada anti nyontek, bukan bukan anti tapi cenderung menghindarinya karena  selain gak baik itu juga dosa dan gak jujur itu yang pasti, tapi gak muna juga lah kalau kepepet aku lakuin itu tapi sebisa mungkin tetep aku hindarin haha.
Huuuhh bel berbunyi juga semua hasil ulangan mulai dikumpulkan dan harus kalian tahu gokil saat melihat ekspresi wajah wajah temen temen disini yang serasa udah meres otak sampe kering buat ngerjain soal ulangan haha, dan aku mulai berdiskusi dengan Nifa, Saka, Zafi dan Gerza. Oh iya Gerza ini anaknya oke punya, pinternya gak ada duanya, salah satu anak rohis juga jadi kalian tahu kan dia gak mungkin main pacar pacaran, anti banget dia soal kayak gituan katanya nih ya, ”pacaran itu sama aja kayak zinah, jadi mending taarufan lebih sesuai dengan ajaran islam dan gak dosa” nah untuk yang satu itu pastinya aku sependapat, gimana enggak kalian tahu kan gaya anak pacaran sekarang kayak gimana, semuanya udah mulai mendekati apa yang Gerza bilang dengan zinah.
“Ra? gak pulang? Betah banget disekolah” tanya Zafi, “oh iya besok jangan lupa ya buku yang kamu pinjam waktu itu besok bawa, soalnya aku butuh nih” tambahnya
Aku hanya menjawab “okke” dan soal pertanyaan pertamannya tentu aja aku jawab enggak karna disamping belum mau pulang, ada acara kumpul organisasi juga, lalu dia pamit pulang duluan sama seperti yang lain kecuali Nifa pastinya, gak kerasa ini udah jam 5 sore, mau gak mau harus pulang, lagi pula kasian oppa sendirian, karena aku sendiri belum bisa naik kendaraan apapun inget ya ‘belum’ bukan ‘tidak’ hehe jadi aku pribadi lebih memilih untuk merakyat selain mengurangi tingkat polusi dan kemacetan di kota kembang ini, setidaknya aku juga membantu para supir angkot buat kejar setoran mereka haha.
Sesampainya dirumah, aku gak pernah absen buat peluk plus cium oppa tercinta, sosok tua renta ini selalu menghabiskan  waktunya untuk merawat mawar mawarnya, ya kadang kadang aku  ngebantuin, dan karena itu aku juga suka banget sama mawar, tapi mawar  putih, bunga kesukaan bunda juga, ya banyak orang yang bilang kalau mawar putih itu melambangkan ketulusan dan persahabatan,  “oh iya Ra, tadi ayah kamu telepon katanya dia baru pulang minggu depan dari Surabaya” cerita oppa yang langsung ngaburin kenangan aku sama bunda yang dulu pernah sibuk ngerangkai bunga berdua, aku jujur  gak terlalu menanggapi apa kata oppa, karena itu hal yang memang tidak perlu tanggapan, ayah memang jarang pulang semenjak bunda gak ada, beliau sibuk kerja, sekalinya pulang paling lama hanya 2-3 jam itu pun terkadang saat jam sekolah, jadi otomatis aku gak tatap muka sama ayah.
Aku pamit untuk mandi ke oppa, dan beliau masih sibuk dengan mawar di hadapannya, dengan guntingnya dan dengan semprotan ditangannya. Setelah selesai makan malam, aku menemani oppa sampai dia tidur lelap dikamarnya yang sederhana bergaya klasik dan berlatar coklat muda, disekelilingnya ada banyak foto foto oppa jaman beliau masih muda, ada sofa disamping tempat tidurnya, tempat dimana oppa dulu selalu ngejagain eyang putri kalau eyang lagi sakit.
Aku gak bisa bayangin apa jadinya hidup aku tanpa oppa, setelah satu kecupan dikening oppa, aku langsung masuk kekamarku, kamar dengan latar hijau dan dengan tembok yang penuh dengan hiasan dinding dan foto, salah satu tempat favorit karena dikamar ini aku bisa melakukan apapun, aku langsung naik ke ranjang dan sibuk membalas sms dari teman teman, entah itu menanyakan soal PR atau curhatan curhatan mereka, tentu saja sambil aku sendiri mengerjakan pekerjaan rumah oleh oleh dari guru guru disekolah yang kerajinan buatin soal untuk anak anak sekelas kerjakan.
Terkadang aku suka iri sama Vidya keluarganya begitu utuh dan bahagia, tapi toh aku juga gak bisa berbuat apa punkan, dari pada aku galau dikamar, mending aku pergi ke taman belakang rumah deh yaa, ini sih salah satu hobby untuk tetap jaga mood sambil nongkrongin bintang diatas sana, karena menurutku setiap bintang itu adalah senyuman dan aku selalu ngerasa kalau bintang yang paling terang itu adalah bunda yang sedang memantau keadaanku dari atas sana, bintang juga keajaiban buatku, bagaimana tidak disaat aku lagi sedih hanya dengan satu bintang saja aku bisa langsung tersenyum, kalian bisa bayangin kan diatas sana ada ribuan bahkan miliaran bintang, itu artinya bisa jadi sumber kebahagiaanku seumur hidup haha, gak lama oppa malah nyamperin aku kesini, hmm perasaan tadi oppa kan udah pules.
“aduuh oppa, ini kan udah malem, ya udah Zira anter oppa kekamar lagi yaa” kataku sambil memegang tangan oppa yang begitu hangat
“Ra, kamu juga ngapain malem malem disini, kangen bundamu ya? Coba kamu lihat, bintang yang paling terang itu pasti bunda kamu, gadis kecil oppa” ucap oppa dengan senyuman diraut wajahnya yang sudah sangat berkeriput dengan tatapan oppa menuju bintang yang oppa maksud
“iya opa, Zira tahu kok, ya udah Zira anter opa tidur lagi ya, kan dingin opa disini, nanti opa masuk angin, aku males ah kalau harus kerokin oppa haha”
“hah, dasar cucu gak berbakti sama opanya sendiri” tawa oppa
“haha aduuh oppaku sayang, aku rela kok seumur hidupku buat ngerokin oppa yang masuk angin, haha ya udah ayoo oppa kita masuk”
Gak kerasa matahari udah mulai bersinar aja, setelah sarapan dengan beberapa potong roti dan secangkir susu hangat, aku sama oppa langsung sibuk ngurusin tanaman mawar kita, mumpung ini hari minggu aku cukup mau nemenin opa seharian, hari ini juga oppa harus chek up soal kesehatannya ke rumah sakit maklumlah opa punya penyakit jantung, jadi separah parahnya aku, aku gak pernah buat ulah, aku gak pernah mau kalau suatu saat penyakit oppa kambuh gara gara tingkah laku yang kurang menyenangkan dariku, jadi sebisa mungkin aku selalu jaga sikap menjadi cucu yang baik untuk oppa tersayang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar