Setiap
berkas cahaya sinar matahari adalah setitik harapan kehidupan yang didalamnya
ada sebentuk senyuman untuk setiap detik kehidupan kita. Setidaknya itu menurut
bunda yang sekarang, mungkin bunda berada tepat didalam surga, dan aku yakin
almarhumah bunda layak bahkan lebih dari kata layak untuk itu. Terutama untuk
semua hal yang telah bunda berikan
kepadaku selama 13 tahun. 13 tahun aku hidup didampingin sosok malaikat
cantik itu, saat dimana aku selalu bisa merasakan hal yang dinamakan dengan
kebahagian. Mungkin Tuhan begitu sayang sama bunda sampai Tuhan harus mengambil
kembali bunda untuk kembali kesisisnya.
Namaku
Zira Stefyani Raharja, aku hanya seorang
gadis remaja kelas 3 SMA di kota Bandung. Untuk sekarang aku tinggal bersama
sosok yang orang lain sebut “ayah”,
setidaknya itu menurut orang lain, bukan aku. Karena layaknya seorang
ayah seharusnya selalu bisa menemani anak gadisnya yang semata wayang. Aku juga
tinggal bersama oppa dan yang pasti aku sayang banget sama beliau. Sosok tua
renta berumur 60 tahun yang telah ditinggal isterinya 15 tahun silam, eyang
putri.
Seperti
kehidupan remaja lainnya aku mempunyai beberapa orang sahabat. Feytsa Putri,
dia seorang gadis cantik bertubuh kurang lebih 155 cm tidak gemuk dan tidak
kurus, berambut sebahu, dan doyan banget makan ini punya hobby ngepoin semua
gebetannya haha, ya setidaknya itu yang aku tau soal dia, siapa saja gebetannya
aku sendiri gak bisa hafal secara pasti dan gak bisa aku hitung deh haha
soalnya ini anak memang hobby ngeceng hehe. Kedua ada Vidya, Vidya Pramulia seorang gadis lucu,
mungil, dan baik hati ini sungguh beruntung karena dia mempunyai keluarga yang
bahagia dan utuh pastinya, dia sangat manis jadi gak heran banyak teman teman
sekolah yang suka sama sosok sohib aku yang satu ini, mereka berdua teman
semenjak kelas 1 SMA jadi gak heran kalau sekarang kita dekat dan kita
sahabatan.
Oh
iya, semenjak bunda meninggal aku sendiri
gak terlalu betah didalam rumah, walaupun disitu ada oppa tersayang yang
bisa gantiin sosok bunda, bukan seperti ayah yang sibuk sama kerjaannya sampai
sampai beliau melupakan segala hal tentang aku, setidaknya itu yang aku
rasakan. Tapi tetap sebisa mungkin aku selalu menemani oppa, karena aku gak
bakalan tega meninggalkan beliau dirumah sendirian.
Soal
kehidupanku disekolah sendiri gak ada yang aneh pastinya, tapi sedikit banyak
aku mempunyai image tomboy. Aku bersekolah disalah satu SMA negeri di Kota
Kembang ini. Sekolah sederhana yang lokasinya sendiri terhitung sulit diketahui
ya aku sama teman teman sendiri sering menyebutnya sekolah pedalaman. Namun
sekolah yang berlatarkan cat warna hijau dan bertingkat 2, 1 ruang multimedia
atau bisa kita sebut sebagai kelas serba guna, 1 lapangan yang bisa merangkap
sebagai lapangan apapun yang kita perlukan, haha ajaib kan, dan 1 ruangan
laboratorium MIPA ini adalah salah satu tempat paling menyenangkan. Entah
mengapa tapi mungkin seperti kebanyakan orang bilang ‘ masa paling indah adalah
masa SMA, masanya putih abu’, well mungkin itu salah satu alasannya
“Hay Ra?” sapa salah satu seorang teman
dikelas, oh iya aku duduk dibangku kelas 12 IPA 3, yang menyapaku itu Saka
Putra Tetralogya, seorang teman yang mempunyai nama yang sedikit aneh ini mempunyai
postur tubuh ideal, dan sangat smart orangnya juga baik hati pastinya, tapi
kalau ‘gila’nya lagi kumat bisa parah
haha dia juga idaman banyak gadis disekolah ini dari adik kelas sampai kakak
kelas, ya gak heran lah doi ini sempurna, dan setiap paginya dia memang selalu
menyapaku terutama jika ada pekerjaan rumah ya sekedar untuk menyamakan lah
atau mungkin menanyakan.
Berbeda
sama temen temen aku yang lain, pagi pagi pasti mereka juga menyapaku dengan
segudang basa basi yang akhirnya “Ra, PR kamu selesaikan, aku copas gak apa apa
kan Ra?” hmm benar benar basi, tapi aku sendiri gak pernah keberatan. Aku
seneng karena cuma disini dikelas ini dengan semua teman temanku, tempat dimana
aku bisa berkata “say no to GALAU”.
Bel
sekolah mulai berteriak juga, pelajaran pertama dimulai dengan “biologi” dari
awal belajar sampe sekarang aku gak pernah bisa mengerti apa isi perut dari
biologi itu sendiri dengan kata lain aku gak begitu suka sama pelajaran itu,
dan parahnya lagi hari ini tuh ulangan, mampus dehhh!!
“ya
sekarang kalian ubah posisi duduk kalian, putra dan putri, ayoo cepat waktu
kalian hanya 5 menit untuk itu!” tegas guru biologi cantik yang bernama Ibu
Adri ini
Anak
anak satu kelas mulai berdiri dan mencari pasangan hidup mereka untuk 90 menit
kedepan, akhirnya aku cross tempat duduk dengan Saka, dan Zafi Arindra Prawirya
teman sebangkunya duduk dengan temen sebangku aku Nifa Bimasetya, emm oke
sebelum ulangan dimulai, aku bisa menceritakan sedikit soal mereka, pertama
Nifa dia temen seorganisasi, dia berpostur sedikit lebih rendah dariku,
berjilbab, baik dan smart, buat info aja dia juga salah satu gadis yang dekat
dengan cowok cowok disini, dan kedua Zafi gak begitu jauh berbeda dengan Saka
dari segi postur tubuh, ideal dan tinggi semampai namun sedikit lebih berisi
dari Saka, yang pasti dia baik dan mau berusaha, oke sepertinya itu informasi
yang cukup untuk saat ini.
Selama
ulangan tentu saja aku gak bertanya apapun ke Saka dalam rangka memperoleh
jawaban lagi pula ini soal soal essai dan dalam satu bangku kita memperoleh
soal yang berbeda, gila tengsin kali, aku melakukan sebisanya, menjawab soal
seadanya, walaupun aku tahu hasilnya nanti pasti seancur kue yang jatuh
kelantai terus dinjak injak sama anak anak sekelas haha, tapi broo kalau soal
beginian aku rada anti nyontek, bukan bukan anti tapi cenderung menghindarinya
karena selain gak baik itu juga dosa dan
gak jujur itu yang pasti, tapi gak muna juga lah kalau kepepet aku lakuin itu
tapi sebisa mungkin tetep aku hindarin haha.
Huuuhh
bel berbunyi juga semua hasil ulangan mulai dikumpulkan dan harus kalian tahu
gokil saat melihat ekspresi wajah wajah temen temen disini yang serasa udah
meres otak sampe kering buat ngerjain soal ulangan haha, dan aku mulai
berdiskusi dengan Nifa, Saka, Zafi dan Gerza. Oh iya Gerza ini anaknya oke
punya, pinternya gak ada duanya, salah satu anak rohis juga jadi kalian tahu
kan dia gak mungkin main pacar pacaran, anti banget dia soal kayak gituan
katanya nih ya, ”pacaran itu sama aja kayak zinah, jadi mending taarufan lebih
sesuai dengan ajaran islam dan gak dosa” nah untuk yang satu itu pastinya aku
sependapat, gimana enggak kalian tahu kan gaya anak pacaran sekarang kayak
gimana, semuanya udah mulai mendekati apa yang Gerza bilang dengan zinah.
“Ra?
gak pulang? Betah banget disekolah” tanya Zafi, “oh iya besok jangan lupa ya
buku yang kamu pinjam waktu itu besok bawa, soalnya aku butuh nih” tambahnya
Aku
hanya menjawab “okke” dan soal pertanyaan pertamannya tentu aja aku jawab
enggak karna disamping belum mau pulang, ada acara kumpul organisasi juga, lalu
dia pamit pulang duluan sama seperti yang lain kecuali Nifa pastinya, gak
kerasa ini udah jam 5 sore, mau gak mau harus pulang, lagi pula kasian oppa
sendirian, karena aku sendiri belum bisa naik kendaraan apapun inget ya ‘belum’
bukan ‘tidak’ hehe jadi aku pribadi lebih memilih untuk merakyat selain
mengurangi tingkat polusi dan kemacetan di kota kembang ini, setidaknya aku
juga membantu para supir angkot buat kejar setoran mereka haha.
Sesampainya
dirumah, aku gak pernah absen buat peluk plus cium oppa tercinta, sosok tua
renta ini selalu menghabiskan waktunya
untuk merawat mawar mawarnya, ya kadang kadang aku ngebantuin, dan karena itu aku juga suka
banget sama mawar, tapi mawar putih,
bunga kesukaan bunda juga, ya banyak orang yang bilang kalau mawar putih itu
melambangkan ketulusan dan persahabatan,
“oh iya Ra, tadi ayah kamu telepon katanya dia baru pulang minggu depan
dari Surabaya” cerita oppa yang langsung ngaburin kenangan aku sama bunda yang
dulu pernah sibuk ngerangkai bunga berdua, aku jujur gak terlalu menanggapi apa kata oppa, karena
itu hal yang memang tidak perlu tanggapan, ayah memang jarang pulang semenjak
bunda gak ada, beliau sibuk kerja, sekalinya pulang paling lama hanya 2-3 jam
itu pun terkadang saat jam sekolah, jadi otomatis aku gak tatap muka sama ayah.
Aku
pamit untuk mandi ke oppa, dan beliau masih sibuk dengan mawar di hadapannya,
dengan guntingnya dan dengan semprotan ditangannya. Setelah selesai makan
malam, aku menemani oppa sampai dia tidur lelap dikamarnya yang sederhana
bergaya klasik dan berlatar coklat muda, disekelilingnya ada banyak foto foto
oppa jaman beliau masih muda, ada sofa disamping tempat tidurnya, tempat dimana
oppa dulu selalu ngejagain eyang putri kalau eyang lagi sakit.
Aku
gak bisa bayangin apa jadinya hidup aku tanpa oppa, setelah satu kecupan
dikening oppa, aku langsung masuk kekamarku, kamar dengan latar hijau dan
dengan tembok yang penuh dengan hiasan dinding dan foto, salah satu tempat
favorit karena dikamar ini aku bisa melakukan apapun, aku langsung naik ke
ranjang dan sibuk membalas sms dari teman teman, entah itu menanyakan soal PR
atau curhatan curhatan mereka, tentu saja sambil aku sendiri mengerjakan
pekerjaan rumah oleh oleh dari guru guru disekolah yang kerajinan buatin soal
untuk anak anak sekelas kerjakan.
Terkadang
aku suka iri sama Vidya keluarganya begitu utuh dan bahagia, tapi toh aku juga
gak bisa berbuat apa punkan, dari pada aku galau dikamar, mending aku pergi ke
taman belakang rumah deh yaa, ini sih salah satu hobby untuk tetap jaga mood
sambil nongkrongin bintang diatas sana, karena menurutku setiap bintang itu
adalah senyuman dan aku selalu ngerasa kalau bintang yang paling terang itu
adalah bunda yang sedang memantau keadaanku dari atas sana, bintang juga
keajaiban buatku, bagaimana tidak disaat aku lagi sedih hanya dengan satu
bintang saja aku bisa langsung tersenyum, kalian bisa bayangin kan diatas sana
ada ribuan bahkan miliaran bintang, itu artinya bisa jadi sumber kebahagiaanku
seumur hidup haha, gak lama oppa malah nyamperin aku kesini, hmm perasaan tadi
oppa kan udah pules.
“aduuh
oppa, ini kan udah malem, ya udah Zira anter oppa kekamar lagi yaa” kataku
sambil memegang tangan oppa yang begitu hangat
“Ra,
kamu juga ngapain malem malem disini, kangen bundamu ya? Coba kamu lihat,
bintang yang paling terang itu pasti bunda kamu, gadis kecil oppa” ucap oppa
dengan senyuman diraut wajahnya yang sudah sangat berkeriput dengan tatapan
oppa menuju bintang yang oppa maksud
“iya
opa, Zira tahu kok, ya udah Zira anter opa tidur lagi ya, kan dingin opa
disini, nanti opa masuk angin, aku males ah kalau harus kerokin oppa haha”
“hah,
dasar cucu gak berbakti sama opanya sendiri” tawa oppa
“haha
aduuh oppaku sayang, aku rela kok seumur hidupku buat ngerokin oppa yang masuk
angin, haha ya udah ayoo oppa kita masuk”
Gak
kerasa matahari udah mulai bersinar aja, setelah sarapan dengan beberapa potong
roti dan secangkir susu hangat, aku sama oppa langsung sibuk ngurusin tanaman
mawar kita, mumpung ini hari minggu aku cukup mau nemenin opa seharian, hari
ini juga oppa harus chek up soal kesehatannya ke rumah sakit maklumlah opa
punya penyakit jantung, jadi separah parahnya aku, aku gak pernah buat ulah,
aku gak pernah mau kalau suatu saat penyakit oppa kambuh gara gara tingkah laku
yang kurang menyenangkan dariku, jadi sebisa mungkin aku selalu jaga sikap
menjadi cucu yang baik untuk oppa tersayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar