Aku
membalasnya dengan menanyakan siapa dia. Tapi tak ada balasan. Kata katanya
cukup manis untuk bisa membuatku tersenyum.
“Zira……”
terdengar suara teriakan dari bawah, sepertinya itu Elang, ooouu kenapa aku
masih di sini, aku bisa terlambat
“maaf,
hehe ayo!” ujarku
“ini!”
ucap Elang dan memberikan setangkai mawar putih dan coklat yang sama seperti
kemarin, ada cardnya juga
“jadi
ini dari kamu?”tanyaku memastikan
“bukan!”
jawabnya pasti
“ya
sih gak mungkin kamu juga, sejak kapan kamu baik, dan bisa menulis kata kata
yang manis. Jadi kamu bisa kasih tahu siapa?” tanyaku
“entahlah,
sudah ada depan meja luar dekat pintu, aku lihat ada namakamu, jadi mungkin itu
untukmu. Ahh sudahlah ayo naik” bentaknya
“iya
iya baiklah!” ujarku sambil memasukannya kedalam tas, dan membaca cardnya
Pelangi pelangi itu bersinar dengan
semua warna ketulusannya tepat di wajah dan hatimu
Aku hanya terpaku tak tahu harus
berucap, kau yang manis dan lembut seperti coklat ini…
Untukmu Zira Stefyani Raharja
Dia
tahu nama lengkapku, jelas dia mengenalku, tapi tak ada nama. Hmmm ini kedua
kalinya. Apa dia juga yang memberiku pesan tadi. Nomor siapa ini?
Sesampainya
disekolah aku melupakan sesaat soal kiriman kiriman ini, biarlah cepat atau
lambat aku akan mengetahuinya. Aku harap..
Semenjak
kepergian Zoya aku belum lagi menginjakan kaki dirumah sakit. Baiklah mungkin
weekend ini. Mungkin. Bagaimanapun aku harus bisa fokus.
“jadi
kamu ambil jurusan kependidikan?” tanya Gerza
“tentu,
itu salah satu cita cita kan, sebenarnya aku juga tertarik dengan kedokteran di
Unpad yaa setidaknya semenjak aku mengenal Vea dan anak anak yang lain. Tapi
aku gak yakin, kamu tahu aku gak suka biologi dan medis? Aku juga tidak begitu
menyukainya” ujarku
“lagi
pula kamu lebih cocok menjadi seoarang guru kan? Haha” ujarnya
“kamu
sendiri?”
“entahlah,
aku masih galau, ITB, UI atau UNPAD. Entah mana yang tepat”
“haha
baiklah, kamu cukup mampu dan bisa untuk meraihnya bukan? You are so smart!
Jadi gak akan terlalu ada kesulitan”
“haha
tetap saja, SNMPTN itu berbeda Zira”
“iya
sih, hehe gimanapun harus tetap berjuang keras yaa”
“eh
apaan tuh dikolong meja kamu?” tanya Gerza, “wah wah wah penggemar yaa. Cieee”
goda Gerza
“mungkin
haha”
Ini
mawar lagi, namun tanpa coklat hanya mawar putih dan sebuah card berwarna biru
Ketika aku melukis diantara ribuan
bintang yang terpendar, ternyata yang terlukis hanya senyumanmu
Ketika aku mengukir diantara
indahnya warna pelangi, ternyata yang terukir hanya bayanganmu
Semoga kamu suka Zira Stefyani
Raharja
Suka?
Yang benar saja menurutku ini indah.
Selama
dua minggu penuh aku selalu mendapatkan mawar dan coklat yang sama dan lengkap
dengan tulisan computer yang manis. Sms juga selalu aku terima, namun setiap
aku membalas dan mencoba untuk meneleponnya selalu tidak ada reaksi. Benar
benar secret admire. Hmmm.
Hari
ini aku akan pergi ke rumah sakit karena memang sudah lama aku tidak kesana.
Hari ini Zafi juga menemaniku, tadinya Elang akan ikut namun dia diminta oppa
untuk mengantarnya ke Jakarta. Jading hanya aku dan dia.
“hmmm
anak anak itu menyenangkan bukan, sangat cocok untuk refreshing ditengah tengah
beban soal ujian. Benarkan?” ujar Zafi
“iya,
itu salah satu alasan untuk menghilangkan rasa penat. Menyenangkan, sangat...”ujarku
“oh
iya kamu sudah tahu soal dia yang.. emm secret admire?”
“belum,
tapi sampai sekarang dia masih selalu melakukan hal yang sama, coklat, mawar,
sweet card, sms” ujarku
“pernah
jatuh cinta?” ujarnya sambil merebahkan badannya kesandaran bangku taman sambil
menyilangkan tangan.
“mungkin
iya (denganmu ), kenapa? Kamu sedang jatuh cinta?” tanyaku memastikan dengan
pandangan kearahnya, dan dengan hati yang masih berdebar, apa dia bisa
mendengarnya? Oohhh
“sepertinya.
Bagaimana menututmu? Bagaimana rasanya jatuh cinta?”Ujarnya
“kamu
tahu, aku geli rasanya mendengar kata itu ‘jatuh cinta’ benar benar
menggelikan” ujarku
“oh
ya? Bagaimana menurutmu soal.. jantung yang berdetak lebih cepat saat kita
melihatnya, kaku dan perasaan ingin menjauh saat bersamanya, tapi saat jauh
rasanya ingin sekali untuk melihatnya. Jika bertanya kenapa dan bagaimana?
Rasanya tidak pernah ada jawaban. Bagaimana menurutmu?” ujarnya
“ohh
kamu benar benar sedang dimabuk cinta Zafi, disaat seperti ini kamu masih bisa
merasakannya? Disaat kita akan menghadapi dua ujian besar? Yang benar saja”
“yah,
rasanya memang menyebalkan, tapi seberapa keraspun aku mencoba untuk tidak
memikirkannya, bayangannya selalu muncul tiba tiba. Aneh bukan?”
Perasaan
seperti itulah yang aku rasakan Zafi, persis seperti itu…
“kamu
tahu, jika semua ini ada kesalahan maka ini adalah kesalahan terindah yang
pernah aku perbuat” tambahnya
“wah
wah wah, aku sepertinya bisa memahaminya. Jadi siapa gadis ini? Gadis yang
membuatmu seperti ini?” ujarku
“rahasia
dong, haha” tawanya
“baiklah,
saat kamu ingin bercerita, memberitahu siapa dia, dia yang telah kini ada
dihatimu. Carilah aku! Sahabatmu!” ujarku
“sahabat?”
“ya
persis seperti yang selalu kamu katakan”
“benar,
sahabat…” ucapnya tenang, “baiklah menurutmu apa yang harus aku lakukan
sekarang? Selain memberitahu gadis itu kalau aku sangat menyukainya? Karena aku
sama sekali belum siap untuk itu” tambahnya
“payah…
tapi selama kamu bisa lebih dekat dengannya mungkin akan lebih baik!”
“yaa
aku selalu merasa sangat sangat bisa jauh lebih baik dan nyaman saat bersama
dia, dia yang aku suka” ujarnya dengan seulas senyuman diwajahnya, sangat
tulus.
“haha,
senang rasanya bisa melihatmu bahagia seperti ini. Bukankah gadis itu sangat
luar biasa bisa membuatmu seperti ini haha!” godaku
“mungkin.
Ayolah perasaanku sedang baik hari ini. Aku teraktir sahabatku makan bagaimana?
Mau?”
“tak
akan menolak!” ujarku dengan seulas senyum.
“bagaiman
dengan Langit? Kamu suka sama dia?” tanyanya
“aku?
Dan Langit? Bayangin aja bagaimana aku dan Elang. Sama seperti itu, Langit dia
memang menyenangkan dan manis tapi untuk sesuatu yang lebih. Tidak. Ayolah aku
lapar Fi, katanya mau teraktir, sekarang?” tanyaku riang
“oke”
jawabnya singkat
Setelah
selesai memesan, kita hanya berbincang ringan soal ujian nasional dan ujian
untuk PTN. Tak lama..
“Zira
Zafi?” sahut Feytsa
“hay
Tsa, mau gabung?” tanyaku sungkan, kau tahu rasanya tidak menyenangkan saat
ketahuan makan berdua dengan mantan sahabatmu. Terdengar seperti ‘penghinat’.
Walaupun aku tahu semua ini tak terlihat seperti itu
“tak
apa, aku cari tempat makan lain, daahh” ujar Feytsa yang langsung pergi begitu
saja. Sudahlah mengejarnyapun akan percuma.
Hmmm.
Begitu terlihat jelas dari matanya, dia sedih, kecewa, marah atas apa yang
telah dilihatnya. Tapi aku sendiri tak tahu harus berbuat apa. Raut wajah Zafi
terlihat datar. Apa dia benar benar tak berperasaan bagaimanapun Feytsa adalah…
ahhh sudahlah Zira ini sama sekali bukan urusanmu. Tak lama handphoneku
bergetar.
“sorry,
bentar ya Fi” ujarku dan mengangkat telepon, dia hanya mengangguk pelan
“halo,
ada apa Elang?”
“kamu
dimana? Kenapa gak ada dirumah sakit?”
“oh
aku lagi makan, gak jauh dari rumah sakit kok, tempat makan seafood,”
“oh
iya aku tahu itu dimana, sama siapa? Zafi?”
“iya”
“tunggu
aku kesana”
“tapi..”
ahhh teleponnya terputus.
“siapa?
Elang Ra?” ujar Zafi
Aku
hanya mengangguk pelan, dan bilang padanya kalau Elang akan menyusul kesini.
Sedikit bayangan akan kejadian tadi saat Feytsa muncul benar benar menganggu
pikiranku. Bagaimanapun aku tahu perasaannya, aku bisa merasakan kebenciannya
akan apa yang dilihatnya tadi. Ehh handphoneku bergetar lagi ada sms.. dari..
secret admire. Hmmm
Tunggu dan lihatlah cahaya bintang
dimatamu tak akan pernah padam. Tunggu dan aku akan ada bersamamu..
Zira Stefyani Raharja..
Sebenarnya
siapa dia? Aku balas dan bertanyapun pasti tak akan diresponnya. Tapi semakin
lama ini membuatku takut. Bagaimana tidak rasanya seperti ada yang menerormu
namun dengan kata kata yang sangat manis. Apa dia ada disini? Apa dia selalu
ada didekatku? Pertanyaan yang selalu muncul ketika aku mengingatnya.
“kenapa?”
tanya Zafi
“nothing.
Tuh pesenannya udah datang”
“kita
gak nunggu Elang?”
“gak
usah aku udah laper.hehe”
“baiklah”
Kita
terdiam satu sama lain. Sama sekali tak ada perbincangan saat makan. Tak berapa
lama Elang tiba dan dengan wajah yang kurang mengenakan. Ada apa dengannya? Dia
memaksaku untuk pulang alasannya karena oppa ingin aku pulang. Biasanya kalau
ada apa apa oppa pasti hubungin aku. Tapi rona wajah Elang benar benar
menyebalkan.
“dia
lagi makan Elang? Gak bisa tunggu sampai kita selesai?” ujar Zafi sambil
menahan tangan Elang dan menarikku
“dia
harus pulang. Sekarang!” timpal Elang
“sudahlah
cukup. Fi aku sebaiknya ikut Elang karena aku yakin dia gak bohong soal oppa
yang minta aku pulang. Maaf ya”
“tak
masalah. Baiklah. Hati hati ya!” ujar Zafi
“pasti.
Makasih untuk teraktirannya!” ucapku dan pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar