“itu
namanya keterlaluan, kamu pikir aku hidup untuk kamu? hmmm? Tapi aku bisa
anggap itu permintaan terakhir kamu, jadi aku pasti lakuin itu,hahaha”
“wah
jahat, tapi kamu janji? Karena aku benar benar butuh support dari sahabat
seperti kamu, dan kamu harus selalu doain aku, bahkan ketika aku oprasi”
“perasaan
aku hanya bilang ’satu hal yang ingin kamu minta’ itu terlalu banyak, too much
Zafi, gak sekalian aja kamu tawan aku dirumah sakit ini?”
“aahh..
itu ide yang bagus.. haha” candanya
“maaf
mba Zira, Zafi harus makan siang lalu beristirahat sekarang” ucap salah satu
suster yang datang menghampiri kita berdua
“oh
iya sus, lagi pula aku mau ke bangsal kanker, kamu istirahat yaa Fi, jangan
mikirin aku terus, nanti kamu tambah sakit lagi, hehe”
“apa?
Gak akan pernah Ra, sedikitpun. Oke kalau gitu have fun ya sama anak anak,
thanks yaa Ra, tapi mau temenin aku dulu gak setidaknya hanya sampai ke kamar?
Oh iya tadi juga ada Feytsa disini. Boleh kan sus?” tanyanya sambil mengarah ke
arah suster yang memakai jam tangan hitam dilengannya
“iya
tentu” jawab suster itu tersenyum ringan.
“iya
tadi sebelum kesini juga aku liat dia kok, cuma karena gak enak aja jadi aku
gak nyamperin kalian tadi.” Ujarku sambil berjalan mengantar Zafi ke kamarnya
“aku
jadi tambah gak enak deh Ra sama dia, yaa terutama karena dia punya perasaan
lebih ke aku, aku cuma gak pengen ngasih harapan kosong aja”
“hmm..
apa kamu gak bisa belajar untuk punya perasaan yang sama ke dia?”
“apa
harus? Mungkin ia aku bisa coba, dia sudah terlalu baik sama aku Ra, hmm udah
sampai juga, ya udah makasih ya, salam buat anak anak”
“ya
udah kalau gitu aku pergi ya Fi, selamat istirahat” ujar ku dengan senyuman
yang tulus dan aku pergi.
Aku
langsung ke bangsal kanker, disana tadinya aku gak tahu harus gimana cara
membuat para malaikat kecil ini bisa bahagia hari ini, tapi tiba tiba Cikko
salah satu anak disni minta aku nyanyi, karena dia bilang dia kangen sama
nyanyiannya Bara sama Pasca anak anak yang lain juga malah minta hal yang sama,
padahal aku kan gak bisa nyanyi aku juga udah jelasin kalau suara aku jauh
kalau dibandingin sama suaranya Pasca, tapi anak anak malah tetep maksa.
Ya
mau gak mau deh aku nyanyi dengan suara apa adanya, aku menyanyikan beberapa
lagu anak anak lagu yang cukup riang untuk bisa buat mereka ikut bernyanyi dan
tersenyum untungnya mereka sama sekali gak protes soal suara aku haha.
Karena
ini juga udah masuk waktu mereka untuk istirahat jadi aku pamit pulang, tapi
sebelum aku pulang aku mampir ke makam Afa sekalian kemakam bunda.
Setibanya
di makam…
“Hai
bun, hay Fa, hari ini aku jenguk Zafi, rasanya udah lama banget aku sama dia
gak ngobrol kayak tadi, bun tolong ya bilang sama Allah kalau Allah jangan
pernah ambil Zafi, aku juga selalu doain dia kok, hmmm bunda sama Afa kalian
harus lihat gimana senyuman dia saat aku ngasih mawar itu, aku gak pernah liat
senyuman dia yang seperti itu, ya aku harap sih aku bisa selalu ada untuk dia,
hmm oh iya aku juga seneng karena dia minta hal hal yang membuat aku selalu
bisa ada untuk dia, Fa posisi kamu sekarang terancam dihati aku, tapi enggak
kok aku akan berusaha untuk selalu menganggap dia sahabat buat aku seperti apa
yang dia selalu bilang
Rasanya
hari ini aku gak bisa berhenti tersenyum, ya aku tahu kalau Zafi dia udah
mutusin untuk bisa terima Feytsa, semoga itu awal yang baik ya bun, Fa. Kalian
juga pasti lagi tersenyum diatas sana, kalau gitu aku pamit yaa bunda, Fa.”
“kamu
yakin mau lepas Zafi gitu aja?” ujar Elang yang tiba tiba muncul
“emm…
Zafi sama Feytsa kan sahabat aku jadi
kalau itu kebahagian mereka itu artinya kebahagiaan aku juga, kamu ngapain
disini?” ucapku sambil berdiri dan mulai menghampiri Elang
“waaaww!
Enggak tadi aku abis kemakam sahabat aku, gak nyangka lihat kamu disini”
“apa
yang maksud dengan’waaaw!’. Yaa abis dari rumah sakit aku langsung kesini, aku
jadi penasaran deh siapa sih sahabat kamu itu?, kamu mau gak kenalin aku sama
sahabat kamu itu”
“ooh,
enggak gak maksud apa apa. Enggak aku gak mau!” jawabnya tegas sambil berjalan
perlahan
“loh
ko gitu sih, kalau kamu gak mau kenalin dia ke aku, seenggaknya certain soal
dia ke aku, ya kali aja aku bisa jadi temen curhat yang baik gitu buat kamu”
jawabku dan mulai mengikuti iringan langkah kakinya
“ikut
aku yuuk!!! Mungkin aku bisa certain sedikit soal dia tapi gak disini. Kamu
kira aku apaan cerita dimakam kayak gini”
“tapi
tunggu, kalau kamu disini, oppa sendirian dong?” tanyaku yang teringat akan
oppa
“enggak
kok, oppa pergi kerumah temennya katanya dia baru pulang malem, jadi bukan oppa
yang sendirian tapi aku, makanya aku pergi kesini”
“yeee,
emang aku peduli apa kalau kamu sendirian haha”
Aku
sama Elang akhirnya pergi dari tempat ini, kita kesebuah taman, indah banget,
aku udah lama gak ketempat kayak gini. Aku juga
gak nyangka sosok yang ada disebelah aku ini sekarang jadi sosok yang
lebih bisa damai sama aku, padahal dulu aja hmm ogaah banget deh bisa deket
sama dia
“so,
siapa dia?” Tanyaku sambil perlahan mulai duduk dibangku taman yang disusul
oleh Elang yang juga ikut duduk disebelah aku
“well
dia seorang gadis seumuran kita, dia cantik, dia baik, dia—dia sempurna,
mungkin lebih dari kata sempurna, dari kecil aku udah sama dia, kita sering
banget masak berdua, ketaman berdua, kita selalu sama sama, dia jago banget
main piano sama ngelukis, tapi sayang lima tahun lalu dia harus pergi karena
kecelakaan, saat itu dia—dia dia mau pergi kesebuah taman dimana saat itu aku
ulang tahun, dia bawain lukisan buat aku, potret diri aku, tapi sebelum dia
bisa lakuin itu… dia ketabrak dan gak lama dia pergi, aku ingat betul kata kata
terakhirnya, dia meninggal tepat dipelukanku, dia—dia, terkadang aku selalu
nyalahin diri aku sendiri kalau aja aku gak ngadain perayaan bodoh itu ditaman
mungkin dia masih ada sama aku sekarang, dia masih bisa ketawa sama aku,
dia—dia masih ada disamping aku”
“emmm—aku
udah bisa bayangin sosok seperti apa
gadis kamu itu, kalau boleh tau siapa namanya, dan kata kata terakhir apa yang
dia bilang ke kamu. Kelihatannya dia lebih dari seorang sahabat…?”
“seharusnya
ulang tahun aku itu gak pernah ada, orang tua aku meninggal dan dia meninggal
disaat hari dimana yang bisa buat aku bahagia. Bodoh!!! Kamu gak pernah bisa
ngebayangin gadis aku itu, kalau kamu sendiri gak pernah melihat dia, mahamin
dia, namanya Kiara, Kiara Anindya, tapi aku—aku gak bisa bilang soal apa yang
waktu itu dia ucapin keaku, dihari dia pergi”
“bukannya
kematian itu sudah terjadwal dengan sangat rapi. Jadi meskipun hari itu bukan
ulang tahun kamu, mereka juga pasti akan tetap pergi. Hmmm.. Namanya aja udah cantik banget, oke mungkin
kamu belum mau cerita sama aku, aku kira dia bukan hanya sekedar sahabat kan
buat kamu?”
“dia
segalanya buat aku, segalanya. Oke kamu sendiri?”
“aku?
Apaan?”
“Afa?Zafi?”
“Afa
juga segalanya untuk aku bahkan sampai saat ini walaupun dia pergi begitu cepat
tapi aku senang karena disaat terakhir hidupnya dia masih memberi aku
kesempatan untuk bisa melihat senyumannya. Dan soal Zafi aku harap aku gak pernah
ngalamin hal setragis kamu, apapun soal dia kamu gak perlu tahu cukup aku aja,
ya udah kita pulang yuuk!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar