Jumat, 27 Maret 2015

Diorama #Stage 21

Silahkan review cerita sebelumnya di stage 20 J

Langit mulai memainkan lagu yang dipilihnya, dan waw suaranya memang bagus, lembut, khas mmmm… sangat indah. Aku sangat bisa menikmatinya, apalagi ini lagu yang aku sukai. Apa ini sisi lain dari Langit? Suaranya begitu lembut dan ohh aku sama sekali tidak bisa mengutarakannya hanya dengan kata kata. Kalian harus mendengarnya langsung maka kalian akan merasakannya. Terlihat dia begitu tulus, sangat... Seperti lagu ini ditujukannya untuk seseorang. Seseorang? Kiara? Mungkin. Ketika lagunya berakhir tentu kita bertiga memberikan tepuk tangan. Tak lama Zafi dan Elang menyanyi sesuai dengan lagu yang dipilihnya. Not bad! Suara mereka cukup enak untuk didengar. Setelah menghabiskan malam di tempat itu. Kita langsung pulang, setelah mengantar Zafi tentunya.
Aku sendiri tertidur saat itu jadi aku bahkan tidak tahu kalau Zafi sudah turun dari tadi, dan ini sudah didepan rumah.
“huaamm sudah sampai?” tanyaku lirih
“ahh sekali keboo tetap saja keboo. Ayolah turun, pergi ke kamar!” ujar Elang
“yee, biarin” jawabku singkat, dan langsung keluar dari mobil, sambil membawa 3 boneka dari orang orang yang menemaniku seharian ini.
Esoknya terlihat Langit sedang mengemasi barang barangnya. Benar juga dia akan kembali ke Bali hari ini. Karena besok dia harus kembali sekolah. Dia mengambil penerbangan siang, jadi setelah selesai sarapan dan pamit pada oppa dengan sejuta kata terima kasih karena dia diijinkan untuk tinggal, akhirnya dia pamit, aku dan Elang mengantarnya ke bandara.
Pesawatnya akan lepas landas sekitar satu jam lagi, tak lama Zafi muncul.
“hhuuuh syukurlah kamu belum pergi!” ucapnya dengan nafas terengah engah
“auuu so sweet!”ujarku dan Elang bersamaan
“hah? Idih sorry yeee, haha ngapain disini?” ujar Langit
“ah yang benar saja aku harus mengantarmu pergi bukan? Haha. Kamu gak akan ke Bandung lagi kan??”ucap Zafi yang kemudian duduk untuk mengatur nafasnya kembali
“jangan khawatir aku pasti kembali. Secara aku kan mau kuliah disini, di UNPAD!” jelasnya
“terserah lah! Untunglah aku berencana kuliah di ITB jadi kita gak akan satu universitas, ya walaupun pilihan lainnya juga UNPAD, tetap saja tidak akan satu fakultas!” jawab Zafi
“kalian ini persis kayak orang yang lagi pacaran tapi sedang bermasalah” ujar Elang
“setuju”jawabku
“ohh are you kidding me? Never! haha. Emm—oh iya Ra, thanks ya buat seminggu ini, ya walaupun kita hanya menghabiskan waktu satu hari tapi aku seneng kok, makasih juga udah mengajarkan aku tentang kehidupan dan kematian pastinya!” ujar Langit 
“iya deh aku minta maaf juga ya soalnya liburan kamu jadi sedikit kurang menyenangkan hehe” jawabku
“oh iya semalem, dadakan sih..nih aku kasih kamu gantungan handphone, ya biasa aja sih, tapi itu yang buat aku sendiri.”tambahku
“waw! Cool, aku suka, emm ada nama aku juga, haha. Thanks ya Ra!” ujarnya
“anytime!” jawabku singkat
Pesawat langit sudah tiba saatnya untuk berangkat, dan dia akhirnya pergi. Dia teman yang baik.
Sepulang dari bandara kita langsung pulang kerumah dan begitu juga dengan Zafi. Baiklah besok akan menyenangkan karena besok saatnya bertemu dengan yang lainnya.
Malam harinya aku sibuk membalas sms sari teman teman sekelasku, sibuk membicarakan hari esok. Sebaiknya aku menyiapkan untuk hari esok. Ya meski gak yakin kalau besok pelajaran akan dimulai efektif.

“Ra? Ayo!” ujar Elang
“emmm iya, oppa Zira sama Elang sekolah ya. Dah oppa. Asalamualaikum oppa!” ujarku pada oppa dengan membawa sepotong roti dimeja makan.
Sesampainya disekolah tak ada yang dilakukan selain menyapa semuanya. Tapi, itu Feytsa kan? Sama Zafi? Wajah Feytsa begitu murung. Ada apa?
“hay Ra!” ucap Zafi dan meninggalkan Feytsa
“oh,hay!” ujarku singkat, dan langsung menghampiri Feytsa
“emm—hay Tsa? Apa kabar? Selama liburan kita gak contectan yaa.. kangen deh” ujarku dan merangkulnya “ Hay juga Vid!” tambahku
“well, kamu pasti udah tahu kan, kalau hubungan aku sama Zafi berakhir?” ujarnya dengan nada yang semakin melemah “hmmm aku harap itu bukan karena kamu Ra” tambahnya lirih.
“apa? Aku? Tsa jelas enggak lah, ya Zafi sih emang udah cerita, tapi aku berharap kamu yang cerita bukan dia. Tsa kamu tahu kan aku sama dia hanya teman, gak lebih, dan gak akan pernah lebih!” jelasku
“kemarin, lusa kemarin aku lihat kamu Ra,sama Zafi!” ucapnya
“ya ampun, kenapa gak say hay sih sama kita. Lagian  kamu juga lihat kan kalau aku tidak hanya berdua, ada Elang sama… satu orang lainnya” jelasku
“ya aku tahu, tapi sangat terlihat kalau Zafi suka sama kamu! Sangat jelas bagaimana dia lihat kamu, senyum sama kamu, bicara sama kamu, dia gak pernah kayak gitu ke aku” ujarnya lagi
Apa? Hmm sekarang harus bagaimana. Lagipula Zafi—dia, dia gak mungkin lah, meski aku tahu Tsa… aku suka sama dia, sangat. Maaf aku gak bisa aku—aku belum bisa cerita sama kamu. Tapi aku janji aku pasti lupain soal perasaan aku, meski aku tahu kamu sudah tidak bersama dia lagi tapi aku juga tahu perasaan kamu masih terlihat sama untuknya atau bahkan lebih..
“emm, ya udah yang jelas spekulasi kamu itu gak mungkin terjadi, aku sama Zafi kita berteman dekat dalam artian dia sahabat yang baik, dan akan selalu seperti itu, sahabat. Ayolah kamu hidup bukan hanya untuk dia kan Tsa, please… senyum dong, aku gak suka lihat sahabat aku sedih” ujarku dan memeluk sosok  temanku yang satu ini.
“iya Tsa, Zira bener, kamu hidup bukan untuk dia. Jadi ayo dong, kita bisa ngeceng ngeceng lagi kan? Haha..ayolah Tsa kamu gak sendiri, ada kita ada aku sama Zira, ohh come on!” ujar Vidya
“thanks ya. Kalian emang the best. Hanya waktu, aku janji aku gak akan kayak gini terus” ujarnya
“nah gitu dong!” ucapku riang.
“Ra, boleh aku bicara sebentar?” tanya Zafi disebrang pintu yang sedang tepat berada di sebelah Elang
“bentar ya Tsa, paling dia cuma mau nagih buku yang aku pinjam,hehe” ujarku dan menghampiri Zafi
“gak apa apa silahkan…” jawab Feytsa.
Setelah aku mengampiri Zafi, kita bertiga termasuk Elang mulai pergi ke kantin untuk berbicara, entah kenapa Elang harus ikut haha. Tapi ini terlihat lebih baik jika dibandingkan aku hanya berdua. Kita hanya membahas soal beberapa hal kecil mengenai tugas tugas sekolah, aku pikir dia mau bahas soal Feytsa ternyata bukan, kita membahas soal tugas tugas akhir, gimanapun sebentar lagi kita memang akan lulus. Setidaknya aku harap begitu
Tidak perlu aku ceritakan tentang kegiatan hari ini disekolah. Yang jelas sekarang sudah saatnya pulang sekolah.
Setibanya dirumah aku langsung naik kekamar untuk mandi. Bagaimanpun hari ini cuaca sangat panas, apalagi aku naik motor bersama Elang, jadi rasanya sangat gerah dan lengket.
Baiklah hari ini aku sudah harus mulai fokus pada UN dan SNMPTN. Jadi belajar belajar dan belajar.
Tapi tunggu ini apa? Mawar? Mawar putih dan coklat? Eh ada cardnya juga

Sebentuk kasihmu menggambarkan mawar putih ini, penuh dengan ketulusan. Tingkahmu sangat manis seperti coklat ini..
Untukmu Zira Stefyani Raharja…

Apa maksudnya? Dan siapa? Tak ada nama, dan ini tulisan, bukan tulisan tangan jadi aku tidak bisa mengenali tulisannya. Orang iseng? Mungkin. Baiklah siapapun aku harap coklat ini tidak beracun, dan hey ini terlihat enak. Baiklah cantik, biar aku simpan kamu di vas bunga ini, sedikit air akan menyegarmu. Oke sekarang belajar!
Makan malam telah tiba, seperti biasa aku makan dengan Elang dan oppa
“Ra? Are you ok? Kamu terlihat senang? Ujar Elang
“emm benarakah? Hanya perasaanmu saja. Aku merasa biasa saja” jawabku dan Elang tersenyum menanggapinya begitu juga oppa
Keesokan harinya aku dapat messege dari nomor yang tidak aku kenal

Lihat mentari telah terbangun, setitik senyummu akan menerangi setiap derap langkah kakiku..
Tetaplah tersenyum biarkan aku perlahan masuk dalam duniamu Zira Stefyani Raharja…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar