Senin, 30 Maret 2015

Kaki-kaki Kecil

'Pendidikan' sebuah kata yang entah harus digulirkan seperti apa, sebuah urgensi dalam kehidupan dan sebuah hak yang seharusnya bisa diterima oleh setiap anak anak dinegeri ini. Bagi mereka yang banyak menghabiskan waktu dijalananan sekalipun, seharusnya pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan dasar mereka, bagaimana cara membaca, menulis dan menghitung paling tidak mereka harus pandai melakukannya... bukan hal mudah tapi juga bukan hal yang mustahil untuk selalu menarik mereka.. tidak maksudku untuk selalu menjaga mereka dalam lingkaran pendidikan itu sendiri. Tidak sebatas pada kesadaran mereka akan urgensi dari pendidikan, mmmm... jika hanya mengandalkan kesadaran mereka maka itu tidaklah cukup, harus ada yang mengambil peran sebagai penggerak.. disinilah kami akan berperan. Teringat kejadian yang belum lama ini, waktu belajar disalah satu komunitas sosial di Kota Bandung akan segera dimulai, namun hanya baru ada satu adik yang hadir di sebuah taman tempat kami biasa melakukan pembelajaran, maka anak anak lain harus kami "jemput". Menyusuri jalan tempat mereka mengais rezeki untuk kehidupan mereka. Disanalah, disebrang jalan mata ini menangkap sosok yang kami kenal, yaa salah satu adik kami tengah menyusuri trotoar dengan kresek hitam yang terlingkar di lehernya berisi "tissu" untuk dijualnya, kulihat kaki kaki kecilnya melangkah, langkah demi langkah menghampiri setiap kendaraan yang tengah berhenti karena lampu merah, mengetuk pintu pintu kaca. Hingga titik dimana dia menangkap sosok kami, tersenyumlah dia sembari terus berjalan hingga menyebrang jalan. Aku menghampirinya dan merangkul pundak kecilnya. Langkah kami berjalan menyusuri pinggiran jalan, hingga sampai ditempat dimana orang tuanya tengah duduk berisitirahat, dirogohnya saku oleh anak itu memberikan sejumlah uang hasil jualannya pada sang ibu sembari tersenyum. Sebenarnya ada sekitar 5 adik yang kami lihat namun sayang hanya 2 yang berhasil kami bujuk untuk ikut belajar bersama kami. "Perizinan" itulah hal yang tidak kami dapatkan dari orang tua gadis gadis kecil cantik itu. Entah harus berkata apa kami hanya.. hanya tidak berhasil membujuknya untuk ikut. Sepanjang jalan bercerita dengan sang adik yang terus berceloteh ria soal sebuah permaian tentang tembak tembakan pikiran ini terus melayang, disatu sisi merasa marah disatu sisi juga mengerti kenapa izin tak kami peroleh, hanya bisa mengambil nafas dalam dan mengeluarkannya dalam satu hembusan berat lalu kembali tersenyum menanggapi cerita bocah laki laki disampingku yang tangannya masih kupegangi sedari tadi. Belum ada jalan keluar tapi jalan itu akan kami temukan, pendidikan haruslah menjadi rumah bagi mereka... yaa.. suatu saat nanti...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar