Jumat, 27 Maret 2015

Diorama #Stage 24 "Ending"

Silahkan review cerita sebelumnya di stage 23 J


Datanglah malam ini ditaman dekat rumahmu.. dan kamu akan tahu siapa aku. Setelah isya temui aku Zira..

Itu isi card pagi ini, masih dengan mawar dan coklat yang sama. Akhirnya rasa penasaran aku akan sosok ‘dia’ akan berakhir malam ini. Tapi kenapa malam ini? Seharusnya malam ini aku lebih bersama Elang ini kan malam terkahirnya…
Tadinya aku memutuskan untuk tidak datang menemui ‘dia’ tapi berhubung Elang lagi dirumah Gerza jadi mending aku kesana deh. Tinggal satu jam lagi sebaiknya aku bersiap siap.
Selesai sholat aku langsung pamit pada oppa dan pergi ketaman. Setiap langkah aku selalu memikirkan siapa dia? apakah aku mengenalnya? siapa namanya?dan seperti apa?. Semua pertanyaan itu membuatku sampai dibangku taman ini. Tapi tak ada siapapun disini. Apa aku terlalu cepat. Tunggu di bangku itu … ada mawar dan sebuah card lagi tanpa coklat.

Arahkan badanmu ke utara dan lihat kearah pukul 7
                    
Apa maksudnya? Eh ada kuntum kuntum mawar putih dibawah sepertinya membentuk sebuah jalan. Aku mengambil satu persatu dan  akhirnya sampai disisi lain taman ini. Dan waw! aku berada tepat ditengah tengah sebuah lingkaran yang dibentuk lilin lilin kecil dan kelopak mawar putih tersebar didalam atau luar lingkaran ini. Sangat indah. Tapi dimana dia…
Hey apa itu? Ada sebuah kotak berwarna putih disana. Perlahan aku meraihnya. Ini… ahh yang benar saja kenapa sebuah kartu lagi

Dibelakangmu..

Dibelakang? Saat aku berbalik.. ahh aku tidak bisa melihatnya dengan jelas terlalu gelap, cahaya lilin ini masih mengaburkan wajahnya. Perlahan sepertinya dia mulai mendekat dan sedikit banyak aku bisa melihatnya, semakin dekat semakin jelas…
“Elang…”
“hay Ra!”
“jadi selama ini.. kamu?”
Dia sama sekali tidak menanggapinya dan berjalan menuju bangku taman tak jauh dari sini, terpaksa aku mengikutinya. Untuk beberapa saat dia masih terdiam
“hey..jelaskan?” ujar ku  mulai kesal
“iya itu semua aku, mawar, coklat, kartu, lilin semuanya aku Ra…” ujarnya tenang
“kenapa?”
“semenjak kamu menumpahkan kuah mie kebadan aku, semenjak itu dan semakin saat kamu membawa aku kerumah sakit sampai saat ini.”
“intinya…”tanyaku mulai gusar
“oh Zira… berhentilah membuat hatiku serba salah karenamu. Entah apa ini namanya. Tapi perasaan seperti ini adalah perasaan yang dulu aku pernah merasakannya pada Kiara dan aku –akui tidak sepenuhnya sama, berbeda tapi ini perbedaan yang lain yang membuatku semakin aneh”
“tapi kenapa aku? Dan setiap aku tanya siapa soal kiriman itu dan juga nomor itu, kamu terlihat cuek acuh dan santai. Kamu selalu berkata kamu tidak tahu”
“aku pintar dalam menyembunyikan perasaanku sepertimu, saat tiba saatnya aku akan memberitahu. Dan ini saatnya”
“oh saat terakhir kamu? Saat dimana esok justru kamu akan pergi? Bagaimana bisa kamu melakukan semua ini. Lagi pula kamu tahu persis seperti apa dan untuk siapa kini perasaanku” ujarku semakin melemah
“ya, Zafi… I just want to say  it! Kamu tak perlu menjawabnya saat ini, dan aku cukup senang dan lega karena perasaanku. Setidaknya aku tidak menyukai orang yang salah!”
“yang benar saja jawaban apa? Sama sekali tak ada pertanyaan darimu. Jika kamu sendiri tahu kalau aku sampai saat ini… sampai detik ini masih dan masih—perasaanku untuknya. Kenapa masih melakukan semua ini?”
“soal bagaimana kamu akan menyikapi semua ini. Jadi menurutmu aku salah? Aku hanya ingin kamu mengetahuinya, ya aku tahu semua ini—ahh aku tahu hanya Zafi dan Zafi tapi …”
“tentu ini bukan sebuah kesalahan Elang, itu—itu semua hak kamu karena ini perasaan kamu. Aku gak akan pernah membuat kamu menunggu. Kamu tahu jawabannya. Aku gak bisa untuk membalas ketulusan yang udah kamu kasih, karena kamu tahu bagaimana isi perasaanku, meski aku tahu aku gak akan pernah bisa bersama Zafi, dan akan selalu menjadi sahabatnya, aku sama sekali tidak merasa keberatan untuk itu dan aku menikmatinya, lagi pula dengan menjadi sahabatnya aku masih bisa untuk selalu ada disampingnya dan membantu setiap  persoalannya. Lagi pula dengan persahabatan kita bisa seperti ini selamanya setidaknya sampai aku meninggalkan dunia ini. Dan aku juga menginginkan hal seperti ini sama kamu, kamu yang selalu menjadi teman, sahabat, musuh dan bahkan keluarga untukku. Aku sama sekali tidak ingin merubah semua ini Elang..”
“baiklah aku mengerti Ra, meski setelah semua ini rasanya akan ada hal yang berubah tapi aku harap perubahan itu tidak terlalu buruk.” Ujarnya
“oh ayolah.. aku janji tak akan pernah ada yang berubah. Dan aku sangat sangat sangat berterima kasih untuk hal ini. Kamu hal terindah setidaknya salah satu hal terindah yang hadir dihidup aku. Oke sudahlah kita tak perlu membahas semua ini lebih jauh. Jadi kamu tidak akan berkemaskan? Kamu akan kembali kesini setelah kamu ke Bali?”
“setidaknya aku yang harus berterimakasih Ra. Well perubahan rencana, oppa ku di Bali memintaku untuk langsung pulang kesana jadi sepulang dari sini aku akan berkemas Ra. Dan entah kapan aku akan kembali”
“jahat! Jadi kemungkinan besar ini malam terakhir untuk aku bertemu kamu ?”
“sepertinya, aku ikut penerbangan pagi. Ayolah suatu saat aku akan kembali untuk kamu dan oppa. Atau justru kamu yang akan menemuiku?”
“ahh tidak janji Elang haha”
“ini sudah malam, ayolah kita pulang!”ujarnya
“baiklah my secret admire!” godaku
Dan respon Elang hanya tersenyum dengan sikap salah tingkah khasnya…
Setelah aku membantu Elang berkemas malam ini aku kembali kekamar, aku masih bingung apakah kejadian hari ini benar benar nyata? aku sama sekali tak menyangkanya. Bagaimana mungkin seorang Elang yang sering kali acuh bahkan bertindak menyebalkan bisa seperti ini.
Keesokan harinya aku dan oppa bahkan Zafi menemani Elang kebandara
“seriusan gak akan kuliah disini Lang? wahh Zira pasti sedih tuh” ujar Zafi
“semuanya ada yang harus oppa urus disini. Oppa tinggal ya, sebentar” ucap oppa dan pergi, kami hanya menangguk pelan
“iyalah.. kenapa? Ohh apa justru kamu yang sedih aku tinggal Fi? Haha.. jelas Zira pasti kehilangan banget secara gitu aku ini sosok yang tidak tergantikan. Haha”
“idihhh males banget! Haha. Jadi kapan balik lagi ke Bandung?” tanya Zafi
“gak tau lah Fi, biar waktu yang menjawab.”ujar Elang
“nah Elang ini tiket kamu, dan sudah saatnya kamu berangkat!” ujar oppa yang telah kembali.
“baiklah, sudah saatnya. Hati hati yaa!” ujarku dengan seulas senyuman
“kamu  juga ya. Fi jagain nih Zira oke! oppa makasih ya selama ini Elang dibolehin tinggal dirumah oppa sama Zira. Makasih untuk semuanya oppa!”
“iya salam untuk oppamu disana. Bilang sama dia lain kali berkunjunglah ke Bandung” timpal oppa
“siap oppa. Semuanya terima kasih yaa.. bye!”ujar Elang melangkah pergi.
Setelah pesawat Elang benar benar lepas landas kita semua pulang. Zafi akan pulang kerumahku untuk belajar bersama. Diperjalanan, semua hal tentang Elang mulai muncul diingatanku. Terutama soal peristiwa kemarin malam ditaman.
Setelah kita tiba, aku pamit pada Zafi untuk mengambil buku dikamar. Saat mencari buku kumpulan soal soal snmptn. Loh itu kan box putih yang kemarin kok bisa ada disini perasaan aku tidak membawanya. Eh  ada foto? Ini kan foto aku dan Elang. Ada kalung juga? Tapi jelas sini kalung yang tidak bisa dibilang cantik. Tapi keren haha gimana enggak kalung ini lebih mirip kalung untuk seorang pria dengan bandul berbentuk bintang masing masing di bandan bintang itu ada inisial Z dan E. Sepertinya aku tahu apa maksudnya. Ada suratnya juga ternyata..

Well saat kamu baca ini pasti aku lagi terbang deh sama pesawatnya atau justru aku sudah sampai diBali. Kamu harus simpan foto itu, foto yang diambil waktu kita jalan jalan bareng Langit sama Zafi. Dan kalungnya aku tahu kamu tidak bisa dibilang seorang wanita haha tapi aku harap kamu suka. Aku yakin kamu tahu apa arti dari inisialnya. Thanks ya buat semuanya. Biarkan aku juga untuk menyimpan semua perasaan aku ya.. sampai aku siap untuk melepasnya…
Elang
Elang Elang, tentu saja aku menyukainya. Eh ya ampun Zafi aduuhh lupa lagi. Ah itu dia bukunya.
“maaf ya nunggu lama, hehe” ujarku
“aku harap tadi kamu gak ketiduran Ra, haha” timpalnya
“ya enggaklah, kita bahas paket 5 kan sekarang? Baiklah”
“thanks ya”
“untuk?”
“kamu seharusnya kan liburan apalagi kamu tinggal kuliah tanpa harus tes, tapi malah ngelesin aku”
“tak apa” ujarku singkat.
“aku janji deh nanti kalau aku diterima aku pasti teraktir kamu dimanapun kamu mau?gimana?”ujarnya
“baiklah  aku  pegang janji kamu yang satu itu oke!”

Sekarang rasanya rumah ini sepi. Bahkan setelah dia pergi dia tak pernah sekalipun menghubungiku. Katanya suka tapi apa sekarang?. Ternyata benar kita tak pernah tahu berapa berartinya seseorang sebelum kita kehilangannya. Terkadang aku membuka kembali box yang diberi Elang waktu itu yang kini aku isi dengan semua card yang pernah dia kasih secara tidak langsung. Benarkah ini Elang? Kata kata semanis ini, mawar mawar yang telah dia berikan tentu saja aku menyimpannya kini terlihat sangat layu bahkan kering. Beberapa ada yang sudah menghitam. Tapi rasanya masih terlihat indah.
Hari yang berlalu dengan cepat, sebagian besar aku habiskan untuk memikirkan Elang, mengunjungi rumah sakit dan pergi kemakam Afa dan bunda. Pastinya untuk Zafi juga. Handphoneku bergetar,ada pesan dari … Elang???

Buka email kamu…

Email? Aku langsung meraih laptop. Ternyata benar ada beberapa pesan dari Elang. Dia kan tahu aku jarang banget buka email.

Ini email dari  Elang tanggal 28 mei
Hay Ra? Apa kabar kamu? Aku malas ah kalau harus nelepon atau kirim kamu sms nanti kamu pasti GR. Oh iya Langit nanyain terus tuh. Kamu suka sama hadiah yang aku tinggal di kamar kamu? Aku harap jawabannya iya…

Yang ini tanggal 2 juni
Andai kamu ada disini Ra? Dulu segalanya baik baik saja tanpa kamu disini, kenapa sekarang rasanya tidak menyenangkan… Kenapa kamu sama sekali gak kabarin aku? Kamu gak sms, gak nelepon bahkan kamu gak bales email aku..
Pasti lagi sibuk sama Zafi ya??? Yaahhh patah hati deh…

Yang ini e mail darinya tanggal 6 juni
Ra? Ayo dong kenapa sih e mail aku belum kamu balas juga. Kamu gak tahu apa kalau aku kangen sama kamu!!! Oh iya ada salam dari Langit. Banyak banget sih fans kamu!!! Please bales dong Ra… 

Tanggal 20 juni
Aku gak tahu apa hasilnya akan baik atau enggak soal ujian itu. Aku harap aku masuk. Yang perlu kamu tahu perasaan ini belum bisa aku melepasnya… jadi biarkan ini sedikit lebih lama lagi ya Ra..

Tanggal 25 juni
Aku sayang kamu  Ra….


Tanggal 2 juli
Sampai kapanpun kayaknya aku belum bisa lepasin ini semua. Syal dari kamu selalu bisa ngobatin kangen aku ditambah album foto yang kamu kasih.. I miss u…

Tanggal 7 juli
Aku LOLOS Ra, Zira aku LOLOS!!!

Yang terakhir itu baru saja dia kirim sepuluh menit yang lalu. Saat aku mau membalas semua e mailnya tiba tiba handphoneku bergetar.

Zira!!! Aku tembus PTN.. Aku LOLOS Ra!!! Aku LOLOS!!!... Temui aku ditempat terakhir kali kita bertemu. SEKARANG!!!

Itu pesan dari Zafi. Rasanya hati aku langsung ikut bahagia mengetahui dia berhasil. Aku langsung menyimpan laptop dan bergegas menemui Zafi. Elang aku janji sepulang dari sana aku akan balas semua email kamu. Maaf aku harus pergi.
Tunggu! Aku gak mungkin hanya dengan tangan kosong bagaimanapun aku harus memberikan sesuatu  untuk Zafi. Kebun oppa mawarnya belum bisa aku petik. Baiklah aku akan membelinya. Diperjalanan aku mampir ketoko bunga dan membeli tujuh kuntum mawar putih dan cup cakes dadakan untuknya dengan ucapan” selamat! Kamu LOLOS!!!” dengan sebuah coklat yang dibentuk seperti anak laki laki dan sebuah nama perguruan tinggi yang dia inginkan.
Ah itu dia Zafi... Tunggu dulu! Ya ampun anak kecil itu ngapain ditengah jalan, astaga  mobil !!!. Aku dengan cepat berlari dan mendorong anak itu, setelah itu……


Tidak ada komentar:

Posting Komentar