Selasa, 24 Maret 2015

Diorama #Stage 2

Silahkan flash back ke stage sebelumnya ….
Setibanya dirumah sakit oppa melakukan serangkaian tes kesehatan dengan dokternya, dan itu butuh waktu lama, dan aku gak bisa berpartisipasi didalamnya, jadi dari pada aku lumutan mending aku cukup berjalan jalan di taman rumah sakit ini, tapi kok ada anak kecil sendirian sih, aku samperin aja deh
“hay, ko sendirian sih, mama sama papa kamu mana?” tanyaku namun taka da respon dari gadis kecil itu,  “Oh iya kenalin nama kakak kak Zira, kamu siapa?” tanyaku lagi pada seorang gadis kecil yang duduk terdiam di bangku taman, gadis yang memakai piama dengan rambut sebahu yang terurai ini sangat lucu dan cantik, ditambah dengan bibirnya yang mungil. Dia hanya menoleh kearahku namun perlahan senyumannya mulai terlukis diwajah imutnya itu.
“hay ka Zira, aku Ve, mmm… iya soalnya suster lagi ambil obat , kakak sendiri ngapain disini? Kakak gak terlihat sakit?” jawab gadis kecil itu dengan polosnya dengan pandangan kearahku
“oh kakak emang gak sakit Ve, tadi kakak lagi nemenin kakek kakak, terus kakak jalan jalan deh, emang Ve sakit apa?”
“aku sakit kanker kak, mama sama papa bilang sakit Ve itu kayak kalau Ve lagi sakit batuk, jadi gak parah, mama sama papa Ve bilang, kalau Ve harus rajin minum obat biar Ve bisa cepet pulang kak, makanya Ve rajin minum obat biarpun Ve gak suka, sebenernya Ve tahu kak sakit Ve itu mungkin bisa buat Ve gak bisa lihat papa sama mama lagi, makanya Ve selalu pengen cepet sembuh kak, soalnya Ve gak mau ninggalin papa sama mama ” balasnya dengan senyuman polos di wajah malaikat kecilnya, ahhh dari jawabannya dia benar benar senang bercerita…
Aku hanya terdiam untuk sesaat dalam benakku “Oh ya ampun, kanker? Hmmm sosok mungil seperti malaikat kecil ini punya penyakit kanker?”
Entah gadis disampingku ini mendengar helaan nafasku atau tidak, aku tersenyum kearahnya dan berkata n “iya dong Ve harus semangat yaa, harus! Ohiya Ve, nih kakak punya bunga mawar putih buat Ve, cantik kan kayak Ve, tuh kayaknya suster Ve udah datang, kalau gitu kakak pergi dulu yaa cantik, daaah Ve”
Aku pergi diiringi senyuman Ve yang begitu tulus, aku jadi kembali teringat dengan sahabat kecilku dulu yang meninggal karena sakit kanker, wajah Ve begitu mencerminkan sosok Afa, sosok kecil Afa. Afa itu sahabat aku dari kecil, setidaknya bahkan kita bersahabat sampai Afa menghembuskan nafas terakhirnya. Dan yang aku tahu kepergian Afa membuat banyak orang terluka.
Semenjak itu aku janji kalau aku bakalan terus terusan jengukin Ve, mastiin kalau apa yang terjadi sama Afa gak akan pernah terjadi sama Ve kecil, aku inget kata kata terakhir Afa 7 tahun yang lalu, saat itu dirumah sakit, dan Afa menatapku sembari berkata…
“Ra, kamu janji kan selamanya jadi sahabat aku, kelak saat aku pergi ketemu eyang putri kamu disurga sana, kamu gak boleh sedih yaa, oh iya bintang yang waktu itu kita lihat itu bintang kamu sama aku yaa Ra, jadi saat kamu kangen sama aku kamu bisa lihat terus bintang itu”
Itu ucapan terakhir Afa saat dia mau oprasi. Bayangin aja anak sekecil itu begitu siap dengan kematiannya tanpa menangis dia bahkan masih tersenyum saat nafas terakhirnya. Setidaknya masa kecil aku indah Fa karna kamu, dan aku tepatin janji kalau aku gak akan nangis bahkan saat kamu pergi, dan aku janji sama diri aku sendiri tidak hanya Ve yang aku harus hibur tapi anak anak lain yang mempunyai cerita hidup hal yang sama seperti Ve dan Afa. Oppa sepertinya sudah selesai, kalau begitu ini waktunya aku pulang.
Setibanya dirumah aku mulai mengumpulkan mainan mainan semasa kecilku untuk aku bawa kerumah sakit. Setelah dirasa cukup, aku kembali masuk kekamar oppa dan memberi ucapan selamat malam. Sedikit flash back aku inget saat bunda pergi oppa adalah orang yang selalu disampingku, oppa yang hapus air mata aku, yang ngehibur aku, sementara ayah dia teralu sibuk nyalahin dirinya sendiri karena waktu itu ayah gak ada disamping bunda, bunda menderita sakit, dia gagal ginjal, sayang saat itu tidak ada donor ginjal yang cocok untuk bunda sampai bunda akhirnya harus pergi. Terkadang dulu aku selalu ngerasa kalau bunda masih ada dan dia selalu ada disamping aku disaat aku mau tidur, membelai halus rambutku, mencium keningku, nyelimutin disaat aku sudah terlelap, aku masih bisa melihat dengan jelas wajah bunda yang begitu bersinar dan tulus, cantik dan penuh kasih sayang. Tapi itu dulu sekarang aku tahu bunda bahagia diatas sana, oppa sering bilang kalau bunda sedikitpun gak pernah pergi dia selalu ada di hati dan pikiran aku setiap saat bahkan ketika aku sendiri gak sadar.
Langit yang penuh bintang kini perlahan lahan sirna, menjadi lebih cerah dan berwarna, itu artinya rutinitas  sebagai pelajar kembali dimulai, karena aku punya planning langsung kerumah sakit hari ini jadi aku langsung bawa box mainan yang sebelumnya sudahku persiapkan, repot sih tapi pasti kebayar saat tiba dirumah sakit dan aku bisa lihat senyuman mereka semua, senyuman malaikat malaikat kecil. Aku juga ngerangkai bunga mawar putih buat mereka semua, walaupun aku gak tau pasti ada berapa anak disana. Setibanya dikelas aku kerepotan sendiri menyimpan barang barang yang aku bawa haha.
“Ra, bawa apaan tuh? Sini biar aku bantu. Oh iya bukunya bawa kan? ” sahut Zafi
“oh thanks yaa, ini mainan sama bunga buat temen temen kecil  aku yang lagi sakit, oh iya kalau kamu punya hati seperti malaikat, mungkin kamu mau nyumbangin mainan kamu yang masih bagus pastinya hehe. Iya ada kok ditas”
“teman teman kecil? Jadi selama ini kamu bisa punya temen Ra? Waahh gak nyangka, haha” katanya sambil menyimpan barang barang yang aku bawa dipojok kelas
“waahh ngeledek ni anak, serius nih, satu mainan yang kamu kasih bisa jadi senyuman loh buat mereka” ujarku sambil mengeluarkan buku yang Zafi minta
“oke deh besok aku bawa deh, tapi gak janji Ra, kamu tahu kan aku masih punya  adik mereka juga masih butuh mainan hehe”
“iya iya oke deh. Oh iya nanti pulang sekolah mau nemenin gak? repot juga nih kalau sendirian,  Feytsa sama Vidya gak bisa diharepin nih kalau hari ini, mereka punya agenda sendiri soalnya” bujukku dengan wajah memelas pada cowok yang memakai jaket hitam ini.
“yaah sip deh tapi aku juga gak bakalan bisa lama Ra, aku kan ada les bahasa inggris hari ini” jawabnya
“gak apa apa kok thanks yaa” ucapku sambil tersenyum padanya
Zafi hanya tersenyum, seenggaknya ada yang  bantuin aku bawa barang barang ini, sebenernya sih aku juga agak sedikit ngerasa bersalah ngajak Zafi, Feytsa pasti pasang muka gak enak kalau tahu soal ini haha secara dia naksir berat sama Zafi, tapi aku yakin dia pasti ngerti. Hari ini aku gak begitu bisa fokus karena gak sabar pengen cepet cepet kerumah sakit mudah mudahan mereka suka sama yang bakalan aku kasih hari ini.
“yuk Ra, sekarang kan?”
Aku hanya mengangguk menanggapi ajakan Zafi. Feytsa, Vidya, Nifa, dan Saka yang mendengar ajakan Zafi jelas bingung, mungkin dalam hati mereka bertanya tanya ‘mereka berdua mau kemana ya?’. Aku ngejelasin semuanya, aku juga ajak mereka tapi bingo seperti yang aku duga sebelumnya Feytsa sama Vidya gak bisa, Nifa harus langsung pulang karena adiknya yang sakit tapi Saka bersedia ikut.
Kita langsung berangkat kerumah sakit, sesampainya disana aku mencari susternya Ve, aku menanyakan soal bangsal kanker, dan menjelaskan apa maksud dari kedatangan kita semua. Suster yang bertubuh tinggi semampai dan berkulit kuning langsat yang pastinya cantik dan yang entah namanya siapa itu sepertinya merespon baik niat tulus kami. Tepat ini jamnya anak anak yang punya penyakit kanker untuk bermain atau bisa dibilang ini jam bebas mereka, ternyata setelah aku sampai disitu juga ada seorang gadis dan seorang pemuda, si gadis sedang bernyanyi dan si pemuda mengiringi dengan gitarnya, mereka berdua membawakan sebuah lagu dari Westlife yang berjudul ‘I have a dream’.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar