Silahkan
flash back ke stage sebelumnya ….
Setibanya
dirumah sakit oppa melakukan serangkaian tes kesehatan dengan dokternya, dan
itu butuh waktu lama, dan aku gak bisa berpartisipasi didalamnya, jadi dari
pada aku lumutan mending aku cukup berjalan jalan di taman rumah sakit ini,
tapi kok ada anak kecil sendirian sih, aku samperin aja deh
“hay,
ko sendirian sih, mama sama papa kamu mana?” tanyaku namun taka da respon dari
gadis kecil itu, “Oh iya kenalin nama
kakak kak Zira, kamu siapa?” tanyaku lagi pada seorang gadis kecil yang duduk
terdiam di bangku taman, gadis yang memakai piama dengan rambut sebahu yang
terurai ini sangat lucu dan cantik, ditambah dengan bibirnya yang mungil. Dia
hanya menoleh kearahku namun perlahan senyumannya mulai terlukis diwajah
imutnya itu.
“hay
ka Zira, aku Ve, mmm… iya soalnya suster lagi ambil obat , kakak sendiri
ngapain disini? Kakak gak terlihat sakit?” jawab gadis kecil itu dengan
polosnya dengan pandangan kearahku
“oh
kakak emang gak sakit Ve, tadi kakak lagi nemenin kakek kakak, terus kakak
jalan jalan deh, emang Ve sakit apa?”
“aku
sakit kanker kak, mama sama papa bilang sakit Ve itu kayak kalau Ve lagi sakit
batuk, jadi gak parah, mama sama papa Ve bilang, kalau Ve harus rajin minum
obat biar Ve bisa cepet pulang kak, makanya Ve rajin minum obat biarpun Ve gak
suka, sebenernya Ve tahu kak sakit Ve itu mungkin bisa buat Ve gak bisa lihat
papa sama mama lagi, makanya Ve selalu pengen cepet sembuh kak, soalnya Ve gak
mau ninggalin papa sama mama ” balasnya dengan senyuman polos di wajah malaikat
kecilnya, ahhh dari jawabannya dia benar benar senang bercerita…
Aku
hanya terdiam untuk sesaat dalam benakku “Oh ya ampun, kanker? Hmmm sosok
mungil seperti malaikat kecil ini punya penyakit kanker?”
Entah
gadis disampingku ini mendengar helaan nafasku atau tidak, aku tersenyum
kearahnya dan berkata n “iya dong Ve harus semangat yaa, harus! Ohiya Ve, nih
kakak punya bunga mawar putih buat Ve, cantik kan kayak Ve, tuh kayaknya suster
Ve udah datang, kalau gitu kakak pergi dulu yaa cantik, daaah Ve”
Aku
pergi diiringi senyuman Ve yang begitu tulus, aku jadi kembali teringat dengan
sahabat kecilku dulu yang meninggal karena sakit kanker, wajah Ve begitu
mencerminkan sosok Afa, sosok kecil Afa. Afa itu sahabat aku dari kecil,
setidaknya bahkan kita bersahabat sampai Afa menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan yang aku tahu kepergian Afa membuat banyak orang terluka.
Semenjak
itu aku janji kalau aku bakalan terus terusan jengukin Ve, mastiin kalau apa
yang terjadi sama Afa gak akan pernah terjadi sama Ve kecil, aku inget kata
kata terakhir Afa 7 tahun yang lalu, saat itu dirumah sakit, dan Afa menatapku
sembari berkata…
“Ra,
kamu janji kan selamanya jadi sahabat aku, kelak saat aku pergi ketemu eyang
putri kamu disurga sana, kamu gak boleh sedih yaa, oh iya bintang yang waktu
itu kita lihat itu bintang kamu sama aku yaa Ra, jadi saat kamu kangen sama aku
kamu bisa lihat terus bintang itu”
Itu
ucapan terakhir Afa saat dia mau oprasi. Bayangin aja anak sekecil itu begitu
siap dengan kematiannya tanpa menangis dia bahkan masih tersenyum saat nafas
terakhirnya. Setidaknya masa kecil aku indah Fa karna kamu, dan aku tepatin
janji kalau aku gak akan nangis bahkan saat kamu pergi, dan aku janji sama diri
aku sendiri tidak hanya Ve yang aku harus hibur tapi anak anak lain yang
mempunyai cerita hidup hal yang sama seperti Ve dan Afa. Oppa sepertinya sudah
selesai, kalau begitu ini waktunya aku pulang.
Setibanya
dirumah aku mulai mengumpulkan mainan mainan semasa kecilku untuk aku bawa
kerumah sakit. Setelah dirasa cukup, aku kembali masuk kekamar oppa dan memberi
ucapan selamat malam. Sedikit flash back aku inget saat bunda pergi oppa adalah
orang yang selalu disampingku, oppa yang hapus air mata aku, yang ngehibur aku,
sementara ayah dia teralu sibuk nyalahin dirinya sendiri karena waktu itu ayah
gak ada disamping bunda, bunda menderita sakit, dia gagal ginjal, sayang saat
itu tidak ada donor ginjal yang cocok untuk bunda sampai bunda akhirnya harus
pergi. Terkadang dulu aku selalu ngerasa kalau bunda masih ada dan dia selalu
ada disamping aku disaat aku mau tidur, membelai halus rambutku, mencium
keningku, nyelimutin disaat aku sudah terlelap, aku masih bisa melihat dengan
jelas wajah bunda yang begitu bersinar dan tulus, cantik dan penuh kasih
sayang. Tapi itu dulu sekarang aku tahu bunda bahagia diatas sana, oppa sering
bilang kalau bunda sedikitpun gak pernah pergi dia selalu ada di hati dan
pikiran aku setiap saat bahkan ketika aku sendiri gak sadar.
Langit
yang penuh bintang kini perlahan lahan sirna, menjadi lebih cerah dan berwarna,
itu artinya rutinitas sebagai pelajar
kembali dimulai, karena aku punya planning langsung kerumah sakit hari ini jadi
aku langsung bawa box mainan yang sebelumnya sudahku persiapkan, repot sih tapi
pasti kebayar saat tiba dirumah sakit dan aku bisa lihat senyuman mereka semua,
senyuman malaikat malaikat kecil. Aku juga ngerangkai bunga mawar putih buat
mereka semua, walaupun aku gak tau pasti ada berapa anak disana. Setibanya
dikelas aku kerepotan sendiri menyimpan barang barang yang aku bawa haha.
“Ra,
bawa apaan tuh? Sini biar aku bantu. Oh iya bukunya bawa kan? ” sahut Zafi
“oh
thanks yaa, ini mainan sama bunga buat temen temen kecil aku yang lagi sakit, oh iya kalau kamu punya
hati seperti malaikat, mungkin kamu mau nyumbangin mainan kamu yang masih bagus
pastinya hehe. Iya ada kok ditas”
“teman
teman kecil? Jadi selama ini kamu bisa punya temen Ra? Waahh gak nyangka, haha”
katanya sambil menyimpan barang barang yang aku bawa dipojok kelas
“waahh
ngeledek ni anak, serius nih, satu mainan yang kamu kasih bisa jadi senyuman
loh buat mereka” ujarku sambil mengeluarkan buku yang Zafi minta
“oke
deh besok aku bawa deh, tapi gak janji Ra, kamu tahu kan aku masih punya adik mereka juga masih butuh mainan hehe”
“iya
iya oke deh. Oh iya nanti pulang sekolah mau nemenin gak? repot juga nih kalau
sendirian, Feytsa sama Vidya gak bisa
diharepin nih kalau hari ini, mereka punya agenda sendiri soalnya” bujukku
dengan wajah memelas pada cowok yang memakai jaket hitam ini.
“yaah
sip deh tapi aku juga gak bakalan bisa lama Ra, aku kan ada les bahasa inggris
hari ini” jawabnya
“gak
apa apa kok thanks yaa” ucapku sambil tersenyum padanya
Zafi
hanya tersenyum, seenggaknya ada yang
bantuin aku bawa barang barang ini, sebenernya sih aku juga agak sedikit
ngerasa bersalah ngajak Zafi, Feytsa pasti pasang muka gak enak kalau tahu soal
ini haha secara dia naksir berat sama Zafi, tapi aku yakin dia pasti ngerti.
Hari ini aku gak begitu bisa fokus karena gak sabar pengen cepet cepet kerumah
sakit mudah mudahan mereka suka sama yang bakalan aku kasih hari ini.
“yuk
Ra, sekarang kan?”
Aku
hanya mengangguk menanggapi ajakan Zafi. Feytsa, Vidya, Nifa, dan Saka yang
mendengar ajakan Zafi jelas bingung, mungkin dalam hati mereka bertanya tanya ‘mereka
berdua mau kemana ya?’. Aku ngejelasin semuanya, aku juga ajak mereka tapi
bingo seperti yang aku duga sebelumnya Feytsa sama Vidya gak bisa, Nifa harus
langsung pulang karena adiknya yang sakit tapi Saka bersedia ikut.
Kita
langsung berangkat kerumah sakit, sesampainya disana aku mencari susternya Ve,
aku menanyakan soal bangsal kanker, dan menjelaskan apa maksud dari kedatangan
kita semua. Suster yang bertubuh tinggi semampai dan berkulit kuning langsat
yang pastinya cantik dan yang entah namanya siapa itu sepertinya merespon baik
niat tulus kami. Tepat ini jamnya anak anak yang punya penyakit kanker untuk
bermain atau bisa dibilang ini jam bebas mereka, ternyata setelah aku sampai
disitu juga ada seorang gadis dan seorang pemuda, si gadis sedang bernyanyi dan
si pemuda mengiringi dengan gitarnya, mereka berdua membawakan sebuah lagu dari
Westlife yang berjudul ‘I have a dream’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar