Rabu, 25 Maret 2015

Diorama #Stage 9

Silahkan review cerita sebelumnya di stage 8 J

“oke oke cukup, good luck ya sama siadik kelas, haha kita lanjut lagi yaa, tapi kayaknya cemilan udah mulai abis nih, kalian mulai tanpa aku dulu ya, nanti aku balik lagi kok dengan cemilanya, hehe” ujarku
“ooouutss gak bisa, gak apa apa lagi gak ada cemilian pokoknya sebelum semuanya kena gak ada yang boleh pergi” ucap Elang dengan sangat jelas
Permainan otomatis masih berlangsung, satu persatu mulai kena, dengan jawaban yang cukup mengejutkan, sepertinya dikelas memang penuh rasa tersembunyi, jelas saat tiba giliran aku, aku ngelak, aku hanya bilang kalau emang lagi gak ada siapa siapa dihati aku, awalnya sih yang lain gak percaya, tapi setelah aku kasih segudang alasan mereka percaya dengan terpaksa, untungnya Elang bisa aku ajak kompromi dengan gak ngomporin aku atau menanyakan hal hal yang bersifat menjebak.
Matahari mulai tenggelam, cukup untuk hari ini karena besok kita semua masih harus kesekolah, dan tugas memang belum selesai jadi kita akan lanjutkan lusa sepulang sekolah karena hari itu pelajaran gak begitu padat dan itu hari paling santai karena biasanya jarang ada tugas. Semua temanku  pamit, Elang juga karena ada keperluan jadi dia juga pergi dari rumah, jadi anak anak yang lain ngira kalau dia juga mau balik, haha seenggaknya rahasia dia tinggal dirumah ini cukup aman sampai sekarang.
Aku mulai sibuk dengan pikiran aku soal kejadian permainan tadi, ’sahabat’ mungkin emang harus seperti itu, lagi pula memiliki cinta yang ingin kita miliki bukan sebuah keharusan kan, haha. Biarkan waktu yang membantuku untuk melewati masalah hati seperti ini
Hari terus berlalu dengan sendirinya, waktu terus berputar, dan jam terus berdetak diiringi dengan semua perubahan yang terjadi di alam ini.
Bintang malam ini cukup indah untuk terus aku pandangi, cahayanya, kilauannya, sangat bisa untuk membuat setiap orang yang menatapnya enggan untuk memejamkan mata, membuat untuk setiap yang menatapnya tesenyum karena keindahan dunia dimalam yang gelap itu, rasanya pengen banget aku ambil satu dan aku kasih ke Zafi
Satu tahun lebih aku mengenal sosok yang menyenangkan itu, sosok dia tapi aku gak pernah tahu kalau dia—dia punya kelemahan yaitu sakitnya, dia gagal ginjal, selama ini dia selalu terlihat cukup sehat untuk selalu berteman denganku, ketawa bareng, tapi sedikitpun dia gak pernah cerita soal penyakit itu, yaa sebenernya beberapa waktu lalu, ya itu sudah sangat lama dia pernah ngajuin satu pertanyaan keaku
“Ra, kamu tahu penyakit gagal ginjal?” aku heran kenapa dia mengajukan pertanyaan bodoh seperti itu. Jelas aku tahu banyak soal penyakit itu karena bunda pergi meninggalkan aku karena penyakit itu.
Dan aku menjawab “penyakit yang bisa membawa seseorang dengan mudah menuju jembatan keabadian. Dan dulu penyakit itu yang buat bunda pergi ninggalin aku” jawabku dengan pandangan mata yang melemah teringat dengan sangat jelas bagaimana bunda pergi saat itu
 “oh sorry ya Ra, aku sama sekali gak maksud untuk ngingetin soal kematian bunda kamu”
 “well gak apa apa kok, kenapa kamu nanyain soal ini?, memangnya siapa yang sakit?” dan dia hanya tersenyum,
 ”gak ada, hmmm yang aku tahu penyakit ini adalah penyakit yang bisa menghetikan waktu seseorang, penyakit yang bisa melemahkan orang yang mengidapnya,” jawabnya dengan menatap birunya langit, terasa semilir angin melewati kita berdua yang sedang duduk diam saat itu, seperti memberikan nafas kehidupan,
”bukankah proses menunggu kematian itu indah Ra?” tambahnya,
”aku gak tahu kenapa kamu tiba tiba ngebahas soal ini, kenapa?” tanyaku yang sangat masih kebingungan atas obrolan yang terjadi hari ini
 “gak apa apa, cuma nanya aja, gak keberatan kan?” jawabnya, ya aku percaya aja dengan mudahnya tanpa menaruh rasa penasaran yang lebih saat itu,
”well, kita hidup juga untuk menanti sebuah kematian kan?” timpalku dan setelah itu dia hanya terdiam dengan raut wajah yang begitu tenang seperti sedang merasakan hembusan angin diwajahnya, begitu tenang dan dia tersenyum dengan begitu tulus saat itu
Aku sendiri baru tahu karena satu minggu ini dia gak masuk sekolah, karena penyakitnya mulai melumpuhkan badan dia, dia sampai hari ini masih dirawat dirumah sakit, beberpa kali aku jenguk dia dengan beberapa tangkai mawar putih tapi dia pasti dalam keadaan istirahat, seengaknya saat aku datang dia gak perlu melihat air mata aku yang terjatuh karena aku melihat dia yang kini berbaring lemah.
Wali kelas aku yang bilang kalau Zafi sakit gagal ginjal, itu sebabnya dia gak masuk sekolah, jelas semua temen temen terkejut saat itu, bahkan Saka yang hampir 3 tahun mengenalnya tak pernah tau soal itu. Feytsa yang secara reflex menjatuhkan air matanya, karena orang yang dia sayang kini sedang berjuang melawan penyakitnya.
Aku sama yang lain pernah jenguk dia, dan kalian tahu ekspresi apa yang Zafi tunjukin ke kita saat itu?,dia tertawa, dia tersenyum dan terlihat begitu kuat, aku sendiri hanya tersenyum saat itu.
Besok aku ada rencana untuk jenguk dia lagi, semoga esok aku bisa sedikit berbincang dengannya.
“Kamu mau kemana Ra?” tanya Elang yang sedang duduk santai disofa sambil menonton televisi
“Jenguk Zafi. Tolong bilang oppa mungkin aku akan pulang agak sore, soalnya aku sekalian mau lihat anak anak dibangsal kanker juga. Aku pergi yaa” jawabku sambil berjalan karah pintu keluar
“perlu aku antar?” sahut Elang menawarkan diri
“gak usah Lang, kamu temenin oppa aja yaa”
Fa, aku pergi dengan 22 tangkai mawar putih buat dia, semoga dia suka ya Fa, semoga aku gak pernah kehilangan dia. Setidaknya itu yang aku ucapkan untuk diriku sendiri
Setelah aku sampai dirumah sakit, Zafi sama sekali tidak terlihat dikamarnya. Suster bilang dia sedang ada ditaman belakang rumah sakit, saat aku kesana ternyata disana ada Feytsa mereka terlihat sedang berbincang sesekali seulas senyum muncul dari wajah Zafi dan Feytsa, tapi gak lama sepertinya Feytsa pulang, tentu aku tidak menghampiri mereka berdua.
Feytsa juga pasti support Zafi karena aku tahu seberapa sayangnya dia, setelah aku pastiin Feytsa benar benar pulang aku perlahan menghampiri Zafi
“hay Fi, apa kabar? Kamu gak pernah kabarin aku lagi, emang kamu gak kangen apa sama temen kamu yang satu ini, oh iya ini aku bawa 22 tangkai mawar putih buat kamu” sapaku sambil memberikan mawar yang aku bawa
“atau mungkin justru kamu yang kangen Ra? Haha, thanks ya udah mau jenguk, kenapa 22? Banyak banget haha” ujarnya dengan tawa kecil yang menghiasi wajahnya
“22 kan tanggal kelahiran kamu, biar kamu selalu ingat bagaimana orang orang disekeliling kamu hari  itu tersenyum saat kamu lahir, meski kamu sendiri menangis cukup keras saat itu” ujar ku sambil hendak duduk disebelah Zafi
“mungkin, kamu sendiri pernah bilang kan Ra, kalau kita dilahirkan untuk menunggu kematian, iya kan?”
“bukan, aku bilang kalau kita dilahirkan untuk menunggu proses kematian, yang terpenting bukan kematiannya tapi proses untuk hal itu, proses yang berarti kehidupan, bagaimana cara kita hidup dan mengisi waktu selama kita menunggu kematian, kalau proses itu berjalan dengan sangat baik, kematian itu pasti sangat indah, karena bukankah kematian adalah tujuan yang sebenarnya dalam sebuah kehidupan”
“heyy kamu gak lagi doain aku matikan Ra? Haha, iya aku tau kok, dan sepertinya aku belum siap untuk itu, karena masih banyak hal yang pengen aku lakuin” ujarnya sambil terus memandangi mawar mawar itu
“kalau kamu berpikir seperti itu mungkin iya, haha aku bercanda, jelas kamu gak boleh pergi secepat ini, aku tau kamu bisa, penyakit sekecil itu pasti bisa dong ditaklukin sama orang yang udah jago taekwondo kayak kamu” godaku padanya untuk mencairkan suasana yang sedikit kaku seperti ini
“jelas itu berbeda, hmm sepertinya ada yang gak rela ya kalau aku harus pergi, hmm minggu depan aku operasi Ra, waww udah berapa banyak pelajaran yaa yang tertinggal,” ujarnya
“rela atau gak rela kamu pergi itu tergantung, tenang aja sebagai sahabat yang baik aku selalu buat dua catatan, saat kamu sembuh nanti aku janji aku akan bantu kamu ngejar semuanya, jadi jangan pernah pergi setidaknya sampai aku lunasin janji aku ini, hmm oke karena aku berhati malaikat, aku tawarin satu hal kekamu dan aku pasti lakuin itu, satu hal yang kamu pengen aku lakuin buat kamu?”
“haha thanks yaa kamu memang sangat selalu ada untuk aku, well apa yaa? Emm apa itu terdengar seperti permintaan terakhir aku? Haha, ada satu hal yang aku pengen banget, pokonya setiap hari kamu harus datang dengan membawa mawar mawar putih itu sampai aku jalanin operasi, kamu harus selalu ada buat aku, disamping aku, dan temenin aku setiap harinya, gimana?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar