Rabu, 25 Maret 2015

Diorama #Stage 7

Silahkan review cerita sebelumnya di stage 6 J

 Besoknya aku terbangun, Elang sudah tidak ada dikamar ini. Karena aku sudah merasa enakan dan jauh lebih baik, aku langsung siap siap buat kesekolah
“hay oppa, selamat pagi, hay Lang, thanks yaa udah jagain aku semaleman” sapaku pada dua pria yang sedang duduk dimeja makan.
“loh kamu mau kemana? Istirahat sana!” ujar oppa sambil meminum tehnya
“oppa cucu oppa ini udah sehat kok, obat yang oppa kasih semalem manjur oppa hehe, jadi hari ini aku sekolah ya, oh iya harusnya ayah pulang kan oppa?” tanyaku karena mengingat hari ini seharusnya menjadi hari kepulangan ayah
“oh soal ayah kamu, tadi ayah kamu telepon katanya nanti sore dia pulang kok, ya udah kamu kesekolah naik motor bareng Elang aja, jangan lupa pake jaket juga yang tebal jangan yang tipis” ucap oppa
“oke deh, emang Elangnya mau oppa?” tanyaku dengan nada yang menggelikan
“apaan si ! jelaslah, kamu tuh lagi sakit gini mana bisa aku biarin kamu naik angkot, kalau kamu sampai pingsan diangkot?apa kabarnya kamu? ya udah yuk, oppa Elang berangkat dulu yaa, ayoo buruan Ra!” ajak Elang sambil meraih jaket di kursinya tempat ia duduk tadi.
Selama dalam perjalanan menuju sekolah aku tidak berbincang banyak dengan Elang. Aku hanya sedikit membahas soal kejadian kemaren dan pastinya aku minta maaf, untunglah Elang mau mengerti dan gak marah lagi sama aku, dia hanya memintaku  supaya aku gak ngulangin hal yang sama katanya ini tuh kekanak kanakan terus Elang bilang, dia gak mungkin sama Vidya soalnya dia punya seseorang yang dia sayang, jelas aku sama sekali gak berniat untuk tahu lebih banyak, jadi aku gak mau ngepoin dia lebih lanjut, seenggaknya aku tahu satu hal dan aku bisa kasih Vidya penjelasan biar dia gak berharap lebih, aku juga udah punya planning kalau sampai disekolah orang yang pertama harus aku temuin itu Zafi, buat apalagi kalau bukan minta maaf.
“Hay Fi, soal kemaren aku…”
“udahlah gak apa apa kok, kemaren Elang sms aku katanya kamu gak enak badan dan itu alasan kenapa kamu gak datang hari itu, tapi aku heran gimana cara kamu membayar kalau kamu malah gak datang kemaren? Tapi kamu kok udah sekolah aja sih?, dan soal kemaren harusnya kamu ngomong langsung kalau rencana kamu itu persis seperti spekulsi aku, karena aku gak percaya sepenuhnya sama alasan yang Elang kasih. Ya gak Lang? kamu harusnya jujur aja, aku tuh udah anggap kamu sahabat buat aku, jadi aku gak suka diboongin, tapi tenang aja aku udah gak marah kok, nyantai aja lagi, tapi thanks ya udah nraktir aku kemaren” jelas Zafi
“udah enakan kok, thanks ya gak marah”
“iya santai ajalah Ra haha PR kamu udah kelar?”
“udah kok udah, hehe saku kesana dulu yaa”
“emh sip”
Karena hari ini ayah pulang, jadi aku mau mampir beli kue kesukaan ayah, ayah suka banget sama kue brownies seenggaknya itu yang aku tahu soal ayah, tapi hari ini aku mau kerumah sakit sebentar nengokin anak anak. Jadi aku minta Elang pulang tanpa aku dan kasih tau oppa planning aku hari ini
Sesampainya dirumah sakit, aku emang gak bisa  melihat Ve lagi, tapi disini masih ada Ve yang lain, mereka anak anak yang butuh perhatian lebih, butuh kasih sayang lebih untuk kesehatan mereka, hari ini aku sendirian, aku sama sekali tidak melihat ada Bara atau Pasca juga, suster bilang mereka baru kesini bulan depan, soalnya mereka harus pergi ke Jakarta. Aku disini juga gak lama aku hanya membacakan mereka satu cerita, cerita tentang snow white, kelihatannya mereka suka, aku masih bisa merasakan kebahagiaan mereka lewat senyuman mereka, setelah mereka semua istirahat aku pamit pulang pada suster disana, lalu mampir untuk membeli kue dan langsung pulang kerumah.
Aku berharap sesampainya dirumah nanti ayah udah stay dirumah. Baru saja aku mau membuka pintu rumah ada telepon dari ayah, ayah telepon bukan untuk menyakan kalau aku ada dimana karena ayah sudah ada dirumah dari tadi, atau memberitahu keberadaan ayah yang mungkin sebentar lagi akan sampai rumah. Tapi dia meminta maaf karena dia gak bisa pulang hari ini karena proyek ayah yang di sana sedang ada sedikit kendala dan itu sangat mendadak, jadi ayah harus disana lebih lama, tapi seenggaknya ayah kabarin aku kan, meski air mata aku harus jatuh karena ayah gak jadi pulang tapi toh ini bukan petama kalinya kan, jadi aku sudah sangat bisa menguasai kondisi seperti ini.
Malam harinya seperti biasa aku ngegalau sendirian ditaman, aku melihat bintang lagi, bintang aku sama Afa dan bintangnya bunda diatas langit yang kelam itu .
“hay bun, hay Fa, hay juga eyang, kapan ya Tuhan ngijinin aku untuk ketemu kalian, aku udah kangen banget sama kalian, bun hari ini ayah gak pulang lagi, aku gak sedih kok hanya aja sedikit kecewa aja, aku juga kemaren udah buat Elang sama Zafi kecewa sama sikap aku, ya sih aku tau bun aku seharusnya jujur sama mereka, oh iya Fa kira kira aku harus kayak gimana ya sekarang, aku bingung Fa, andai aku bisa susul kamu ke surga, mungkin aku gak ngerasain galaunya dunia lagi yaa hahaa” ujarku terlebih itu untuk diriku sendiri.
“kamu mati sekalipun belum tentu kamu bisa ketemu mereka, soal ayah kamu, seharusnya kamu bersyukur ayah kamu masih ada gak kayak aku, lagi pula pede banget sih kalau kamu mati kamu bisa masuk surga haha. Orang kayak kamu??? ahhh gak mungkin” ujar Elang dengan nada yang sangat mencemooh, tapi aku tahu dia hanya bercanda terlihat jelas dari mata hitamnya
“hmmm kamu Lang, dulu ada yang pernah bilang ke aku kalau ’keluarga adalah segalanya kita tidak bisa hidup tanpa keluarga, keluarga itu sangat berarti’ yang bilang kata kata itu intinya dia gak bisa ngungkapin makna keluarga hanya dengan kata kata, tapi aku masih bisa nangkep apa maksudnya kok, kamu sendiri gimana rasanya hidup 4 tahun tanpa adanya orang tua???,karena aku yakin rasanya akan jauh berbeda meski aku juga hanya tinggal bareng oppa, tapi ayah terkadang masih suka kabarin aku, dan beda rasanya dengan kamu yang kayak gini kondisinya”
“pasti Zafi yang bilang kata kata itu, maksud kamu dengan kondisi aku yang kayak gimana? Rasanya sih hampa, tapi aku tahu kok kalau orang tua aku masih jagain aku diatas sana, aku malah ngerasa jadi tambah dewasa tanpa mereka”
“loh kok kamu tau sih? kamu punya six sense ya? Iya itu Zafi yang bilang, dewasa? kamu? Seorang Elang? Gak salah, kayak kamu tau aja arti sebuah kedewasaan..” jelasku padanya dengan mata mengarah jelas pada Elang
“keliatan kali mata kamu berbinar waktu kamu ngucapin kata kata itu, secara kamu suka sama dia… pasti aku tahu lah, Gerza pernah bilang sama aku sesuatu tentang makna kedewasaan katanya ‘kedewasaan adalah suatu proses dimana seseorang mengalami berbagai konflik atau masalah sehingga orang itu menjadi lebih dewasa karena telah menyelesaikan masalah yang dia miliki’ gitu katanya, aku rasa itu aku banget. Secara dengan sangat dewasa aku bisa melewati semua kondisi”
“enggak! siapa juga yang suka sama dia, dia itu udah aku anggap sahabat kok jadi gak mungkinlah, sejak kapan kamu deket sama Gerza??? aku gak yakin secara kepribadian Gerza sama kamu itu ibarat air sama minyak gak nyambung tau gak sih hmmmm” jelas sekali apa yang aku katakan itu sepenuhnya benar dengan melihat sikap menyebalkan Elang selama ini
“hahaha… Aku mendengar semuanya waktu dimakam, masih mau ngelak? Terserah aku dong aku mau bergaul sama siapa aja, udah ahh aku mau masuk!”
“maksudnya? kamu denger semuanya??? Elaaangg!!!”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar