Aku
jadi teringat perbicangan di hari
sebelum Langit pulang saat itu. Saat itu, emm tidak, malam itu kita sama sama
ada ditaman belakang memandangi indahnya malam yang bertabur bintang
“uhh
dingin yaa” ujar Langit sambil memakai jaket miliknya
“sedikit”
ujarku. “jadi besok kamu kembali ke Bali?” tambahku pada Langit sambil memegang
segelas coklat hangat ditanganku.
“ya
begitulah”, katanya sambil meneguk coklat panas miliknya.”penerbangan pagi…”
tambahnya
“aku
harap permasalahan kalian, maksud aku kamu, Elang dan Kiara sudah berakhir”
jelasku
“tenang.
Kita, emm—aku mengerti. Memang tak seharusnya selalu menyalahkan keadaan atas
kepergian Kiara. Lagi pula dia pasti sudah tenang dialam sana” ujarnya, “oh iya
ceritakan soal Zafi!” tambahnya
“Zafi?”
tanyaku untuk memastikan
“iya
dia, Elang bilang kamu suka sama dia?”
Apa?
Yang benar saja, ih dasar comel. Untuk apa Elang cerita masalah Zafi pada
Langit. Awas aja tuh anak.
“oh.
Itu sama sekali bukan urusanmu”
“iya
aku tahu. Tapi.. ayolah.. sebelum aku pergi? Lagi pula aku tak akan mungkin
bertemu dia? Ya..well aku hanya ingin tahu orang seperti apa yang bisa naklukin
hati kamu. Karena yang aku tahu dari Elang katanya kamu belum pernah pacaran?”
“ohhh
yang benar saja Elang cerita apa lagi sama kamu?” tanyaku mulai geram
“banyak
hal” akunya
“apa?”
tanyaku dengan suara tinggi
“haha
ayolah tell me about Zafi?”
“baiklah.
Tapi aku harap kamu gak seember Elang. Zafi itu teman sekelasku semenjak kelas
2. Dia baik, dia pintar, dia selalu ingin berusaha. Tapi jangan pernah tanya
aku kenapa dan bagaimana aku bisa punya perasaan padanya. Karena sampai
sekarang aku sendiri tak pernah tahu jawabannya”
“baik,
pintar dan selalu ingin berusaha? Emm standar”
“hey
itu bukan alasan. Lagi pula dia sudah ada yang punya, sahabatku”
“oouu
sepertinya ada yang terluka? Haha”
“udah
deh gak usah godain aku. Ohi ya Elang pernah
bilang sama aku kalau ada seseorang yang dia sayang, dan aku yakin itu
bukan teman satu sekolah, setidaknya sekolahnya yang sekarang. Kamu tahu siapa?
Selain Kiara pastinya?” tanyaku
“Elang?
Setahuku itu adalah alasan klisenya saat ada yang berusah mendekatkan dia
dengan seseorang. Setahuku.” Jawabnya
“oh,
jadi dia bohong? Hmm dasar. Huuuhh. Kapan kamu mau ke sini lagi setelah kamu
kembali ke Bali?”
“kenapa?
Gak rela aku pergi? masih kangen sama aku? haha” goda Langit
“ya
itu sebenarnya pertanyaan yang gak perlu kamu jawab” jawabku datar
“mungkin
liburan sekolah nanti” balasnya datar, sangat datar
“oh”
jawabku singkat
“haha.
Aku janji aku bakalan kesini lagi. Lagi pula aku masih ingin berkunjung ke
makam Kiara. Tapi nanti kamu temani aku jalan jalan disini oke”
“oh.
Baiklah!” jawabku.
Oppa
baru saja pamit. Sekarang tinggal aku sendirian dirumah ini. Hmmm. Lebih baik
aku memejamkan mata dan terlelap. Tentu saja tak semudah itu aku tidur. Setelah
membalas semua sms yang masuk baru rasanya mataku lelah dan Zzzz…
Setelah
aku terbangun ternyata ini sudah masuk waktu ashar. Aku langsung menuju kamar
mandi tadinya hanya untuk mengambil air wudhu tapi lebih baik sekalian aku
mandi juga deh. Setelah selesai aku menuju dapur, tidur membuatku lapar.
Tapi
kok dibelakang seperti ada yang sedang asik berbincang. siapa? Oppa? Jelas oppa
pergi. Elang? Mungkin dia telah kembali dari bandara. Iya juga dia pergi
sebelum oppa, dan menjemput seseorang tentu tidak membutuhkan waktu yang lama.
Itu artinya Langit ada disini?.
“Hay
Ra! Ngapain kamu bengong disitu. Gak kangen sama aku? Kemarilah!” ujar Langit
membuyarkan lamunanku.
“eh,
enggak deh kalian lanjutin aja ngobrolnya. Aku mau makan.” Balasku
“makan?
Emmm—aku sepertinya juga lapar. Haha” timpalnya. “Lang tega banget sih gak
nawarin makan. Laper tahu” tambahnya dengan arah mata pada Elang
“haha
ya udah kita makan” ujar Elang
“haha
kalian ini. Ayolah kita makan bersama” timpalku dan pergi menuju ruang makan.
“eh
bukan nasi goreng seafood ya??? Wah padahal aku kangen banget sama nasi goreng
itu” ujar Langit dengan seulas senyum padaku
“makan
apa yang ada” balasku datar
“haha,
aku kan cuma mancing aja. Kali aja ada yang mau masakin aku lagi. Haha. Oh iya
kata Elang kamu cuekin Zafi karena aku?”
“apa?
Zafi? Kamu sama dia? Itu jauh. Lagian Elang tahu apa? ” ujarku sambil terkekeh
karena ucapan Langit.” Elang tolong berhenti untuk bergossip!” tambahku
“gossip?
Aku gak gossip. Haha. Oh iya Zafi udah cerita kalau besok lusa dia mau kesini
sama Saka dan Gerza. Kita ada rencana untuk nonton bareng. Langit juga ikut”
ucapnya sambil terus makan
“dia
hanya berkata akan datang. Baiklah.” Balas kudatar
“baiklah?
Kamu gak berminat bergabung?” tanya Langit
“gabung?
Jadi kalian harap aku seorang wanita? Sendirian? Diantara kalian?” ujarku
“haha
yang benar saja? Kamu ? wanita? Haha” tawa Elang
“huuffff.
Lagi pula aku udah janji mau nemenin Zoya, dia akan menjalani operasi besok
lusa. Jadi aku akan kerumah sakit. Kalian bisa bersenang senang tanpaku.”
“Zoya?
Oh gadis kecil yang pernah kamu ceritakan?” timpal Elang
“yap.
Dia operasi besok lusa. Aku harap sangat berharap dia mendapat keberuntunga seperti
Vea.” Ujarku
“aku
sama sekali tak mengerti ucapan kalian?” tanya Langit dengan wajah penasarannya
“jadi
gini, Zira itu salah satu relawan tetap disebuah rumah sakit. Setiap minggunya
dia rutin menghibur anak anak disana. Terutama anak anak yang menderita
penyakit kanker. Dan Zoya adalah satu dari anak anak itu, kondisi terakhirnya
memang melemah” jelas Elang. “ya udah gimana kalau kita batalin aja, kita harus
support Zoya dia harus mendapat banyak dukungan bukan?” tambahnya
“ide
yang bagus. Lagi pula aku jadi penasaran” ujar Langit
“terserah
kalian. Oh iya oppa kok jam segini belum pulang sih kan katanya hanya pergi
makan siang” ujarku
“biasalah
oppa oppa haha”timpal Elang
“emm
kalau gitu aku keatas yaa ada yang harus aku kerjain untuk Zoya” ucapku dan
meninggalkan ruang makan.
Semenjak
kemarin sore aku memang sedang mengerjakan sesuatu… membuat burung burung
kertas dari kertas origami. Zoya suka banget sama origami berbentuk burung. Aku
tidak sekedar hanya membuatnya tapi aku juga menulis harapan disana. Banyak
orang yang bilang jika membuat 1000 origami maka permohonan kita akan terkabul.
Tapi
tentu saja aku tidak mungkin membuat semua itu, jadi aku hanya membuat sampai
satu toples berukuran sedang. Toples dari kaca. Toples yang lucu berwarna bening
dengan tutup toples yang berwarna pelangi. Aku sengaja membelinya untuk Zoya.
Paling tidak aku membuat origami itu sampai toplesnya terisi penuh, dan aku
yakin tidak akan mungkin sampai seribu.
Yang
terpenting kan doa yang kita beri. Semoga Zoya bisa lebih kuat dari Vea, agar dia masih bisa merasakan indahnya
kehidupan. Terlalu singkat jika dia… ahh gak—dia pasti bertahan dan akan sehat.
“hay!
Sorry nih. Ini ada sedikit oleh oleh buat kamu” ujar Langit yang tiba tiba
masuk tanpa mengetuk pintu.
“Oh
thanks ya simpen aja dimeja” balasku
“sibuk
amat! Kayak anak kecil aja masih buat yang seperti itu” ujarnya
“tak
apa aku suka!” balasku
“emm
oke sepertinya aku mengganggu. Kalau gitu aku permisi”
“sip”
jawabku singkat dan masih berkutat dengan kertas kertas origami. Dan Langit
sepertinya benar benar pergi haha. Biarkan saja.
Ternyata
membuat origami origami ini cukup melelahkan. Dan ini baru mencapai tiga per
empat toples padat. Baiklah akan aku lanjutkan nanti.
Oppa
sepertinya telah kembali.
Kami
berempat makan malam bersama. Obrolan obrolan sedikit tidak menyenangkan
terkadang muncul, lagi lagi soal Zafi. Karena itu oppa menjadi penasaran,
katanya dia ingin mengenal Zafi. Gara gara Elang dan Langit.
Kita
banyak berbincang dimeja makan. Terutama soal Langit. Bagaimana tentang
kehidupannya di Bali. Banyak hal yang mengejutkan. Sebelumnya aku tak pernah
tahu jika Langit adalah penyanyi kafe, bahkan dia juga pernah jadi pembalap
liar, setidaknya itu dulu saat saat kepergian Kiara.
Selepas
makan malam, aku kembali kekamarku. Mencoba untuk berbaring membuat diriku
merasa nyaman. Tak lama handphoneku bergetar, ada pesan dari… Langit? Untuk
apa? Dia bisa saja datang menemuiku jika ingin bicara.
Ra, besok bagaimana? Apa jadwalmu
kosong?
Untuk
apa dia menanyakan hal itu,
Untuk apa mengirimiku pesan? Kita
berada di satu rumah yang sama.ingat?
Besok aku akan pergi ke rumah
sakit. Melihat bagaimana keadaan anak anak dan Zoya. Kenapa? Ingin mengajakku
pergi? Haha..
Kurang
dari satu menit telah ada balasan darinya
Aku malas beranjak dari tempat
tidur.
Benarkah? Aku bisa ikut?
Apa kamu ingin aku melakukan itu?
Mengajakmu pergi?
Apa
maksudnya, dasar…
Bangunlah lebih pagi. Kita akan
berangkat jam 8.
Tidak.
Baiklah..
Balasnya
singkat.
Tak
lama setelah balasan sms dari Langit handphoneku kembali bergetar telepon dari
Zafi. Tumben, mengingat dia memang jarang sekali menelepon.
“hallo
Assalamualaikum Fi. Ada apa? Malam malam seperti ini menepon?” jawabku
“walaikumsallam.
Tidak, hanya saja, emm—apa besok kamu akan kerumah sakit? Rasanya aku ingin
kesana.” Ujarnya
“
ya tentu, kita bisa bertemu disana jam 8. Apa Elang sudah memberitahu jika kita
besok lusa akan menemani seorang anak yang akan menjalankan operasi?”
“iya,
aku sudah tahu. Baiklah. Kita berangkat bersama, besok aku kerumah oke!”
Sebelum
sempat aku menjawab atau lebih tepat menolaknya dia langsung menutup
teleponnya.
Baiklah
kita lihat besok saja.
Lebih
baik aku melanjutkan pekerjaan melipat kertas lagi. Karena aku berencana untuk
memberikan pada Zoya besok. Lagi pula hanya tinggal sedikit lagi sampai
toplesnya akan terisi penuh.
Aduh
rasanya tanganku sudah mulai keriting. Ini baru jam 11 malam, baiklah ini harus
selesai malam ini.
“Ra,
belum tidur?” tanya oppa melewati pintu kamarku
“hay
oppa! Sebentar lagi. Oppa gak lihat aku masih sibuk hehe” ujarku dengan tetap
bermain dengan kertas kertas ini
“baiklah
jangan terlalu malam. Tidurlah” jelas oppa lalu menutup pintuku kembali setelah
aku memberikan senyumanku.
Ahh
akhirnya selesai juga. Aku terus menggerakan tangan keatas dan kebawah mencoba
meregangkan otot ototnya. Waduhhh ini sudah menunjukan pukul jam 1 pagi.
Sebaiknya aku pergi tidur.
Alarm
di handphoneku membuatku tersadar dari bunga tidurku. Huuaaaammm. Baiklah ini
sudah menunjukan pukul 05.30 sebaiknya aku langsung mengambil air wudhu.
Selesai
mandi aku langsung menemui oppa yang seperti biasa sudah menyibukan diri di
kebun mawarnya
“oppa.
Makan dulu yuu!” sahutku sambil menghampiri sosok renta itu
“baiklah,
oppa cuci tangan dulu”
“oppa
aku boleh ambil beberapa tangkai kan? Buat Zoya oppa. Hari ini aku akan pergi
kerumah sakit”
“baiklah
oppa ambilkan. Kamu perlu berapa tangkai?”
“emm—8
? mungkin? Hehe.”
“oke.”
Jelas oppa singkat
“Ra,
Zafi tuh!” sahut Elang yang tiba tiba muncul dari dapur
“Zafi?”
jawab aku dan oppa bersamaan
“ini
masih pukul 7, untuk apa dia datang sepagi ini. Ya udah oppa, aku kesana dulu
ya” ujarku
Baiklah, saat aku berjalan kearah ruang tamu
terlihat tiga orang cowok sedang asik mengobrol. Zafi, Elang dan Langit.
“hay!
Apa kemarin aku salah memberitahu?” ujarku sambil mendekat kearahmereka
“tidak.
Kamu bilang jam 8 kan? Haha. Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Elang”
ujarnya
“baiklah,
kalau begitu aku akan tinggalkan kalian. Elang seharusnya kamu tidak
memanggiku.” Ucapku sambil mengangkat halisku
Dan
setelah itu sama sekali tidak ada tanggapan dari mereka sama sekali tidak ada!
“eh
oppa ya ampun maaf oppa” ujarku setelah hampir menabrak oppa
“ini,
jadi itu Zafi?” ucap oppa dengan memberikan mawar mawar yang aku minta
“iya
oppa, ya udah deh oppa aku kekamar deh” ujarku sambil melangkah pergi.
Lebih
baik aku mandi dan bersiap siap. Setelah selesai loh kok mereka bertiga hilang
“oppa,
oppa lihat Elang sama yang lainnya?” tanyaku pada oppa yang sedang duduk santai
diruang Tv
“oh.mereka
tadi udah pergi, tapi mereka gak bilang akan pergi kemana. Oppa kira kamu juga
ikut!” jawab oppa dengan masih terfokus pada koran ditangannya
“oh
gitu oppa. Ya udah Zira pamit ya oppa, Zira kerumah sakit dulu. Oh iya ada yang
oppa pengen beli? Biar nanti Zira beliin pas pulang dari sana” ujarku.
“tidak
usah. Pergilah, hati hati ya” balas opa
“oke.
Assalamualaikum oppa”
“walaikumsalam”
jawab oppa
Apa?
Yang benar saja mereka pergi? Ah sudahlah, mereka memang sangat menyebalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar