Rabu, 25 Maret 2015

Diorama #Stage 16

Silahkan review cerita sebelumnya di stage 15 J


Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum sambil mengangkat halis. Sebelum Zafi mengantar ku pulang. Kita  mampir untuk makan malam disebuah tempat makan kaki lima.
“emm Ra?”
“ya?”
“ah enggak—gak jadi”
“hmm, oh iya jadi ini kamu teraktir? Pajak jadian?” candaku
“PJ? Baiklah kalau hanya ini aku tidak keberatan haha” balas Zafi
“well, Feytsa udah lama gak cerita cerita lagi sama aku. Jadi apa kemarin itu kalian makan dan itu hari dimana kalian jadian? Besok datanglah bersama Feytsa” ucapku
“iya hari dimana aku telepon kamu hari itu. Feytsa dia lagi di Bogor sampai besok, dan malamnya mungkin dia baru tiba dirumah”
“oh” jawabku singkat
Setelah selesai makan kita langsung pulang, Zafi gak mampir setelah sampai rumah, dia langsung pulang. Huuhh rumah ini terasa sangat sepi. Aku masuk kekamar untuk mencari handphone yang aku tinggalkan ada beberapa messege dari Feytsa, Zafi , beberapa teman dikelas dan nomor teman Elang.
[Elang]
Ra, besok aku ambil penerbangan sore, jadi paling aku sampai rumah agak malam, tenang aku bawa oleh oleh untuk kamu, dan ada seseorang yang ingin aku kenalin sama kamu (Elang-pulsa ku habis)

[Zira]
Emh baiklah, gak perlu aku jemputkan? males.. oh ya??? Katanya gak mau kasih aku oleh oleh? Teman? Kamu mau ajak dia kesini? Gak modal banget sih masa habis pulsa? Dasar.. maaf baru aku bales, aku baru pulang dan tadi aku lupa bawa handphone

Dan cukup lama setelah itu baru ada balasan lagi
[Elang]
Gak masalah kalau kamu gak mau, aku bisa kasih Zafi. Aku harap kamu gak lagi galau karena dia,           haha. Karena aku tahu Zafi baru saja jadiankan? Emh apa salahnya aku gak punya pulsa.
Baru pulang ? seharian kamu benar benar dirumah sakit Ra?
Iya seorang teman akan menginap disana, dan oppa setuju

        [Zira]
       Aku gak bilang aku gak mau Elang… galau? Enggak tuh
Iya seharian ini aku dirumah sakit. Baiklah semoga temanmu menyenangkan

[Elang]
Aku gak janji dia akan bersikap baik sama kamu.

[Zira]
Apa? Ahh terserah lah. Aku mau tidur aku lelah

[Elang]
Baiklah.

Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan. Seharian penuh. Dan besok akan jauh lebih baik. Aku harap…
Adzan subuh mulai berkumandang. Setelah mengambil air wudhu dan mengerjakan ibadah sholat, aku langsung mandi, dan membuat sarapan untuk diri sendiri.
Dilemari kulkas ada apa yaa??? Ahhh cuma ada telur dan beberapa sayuran, ahhh aku buat nasi goreng aja deh. Baru saja aku mau makan suapan pertama, handphone aku bergetar. Ternyata ada sms dari Zafi

Ra, aku on the way rumah kamu yaa.. tenang aku gak akan minta sarapan kok, haha. Lebih pagi lebih baik kan, lagian aku lagi males dirumah.

Aku hanya mengangkat bahu dan membalasnya dengan jawaban positif lalu kembali sarapan. 30 menit setelah itu Zafi sampai dirumah dan sendirian. Ah iya Feytsa kan lagi di Bogor jadi pasti dia gak bisa ikut. Setelah Zafi masuk pastinya aku menawarkan sarapan, tapi katanya dia sudah sarapan dirumah.
“yakin udah sarapan?” tanyaku sambil membereskan dapur
“iya Ra, udah kok. Thanks yaa. Rumah sepi sepi aja nih” tanyanya sambil melihat kesekeliling
“iya oppa sama Elang kan pergi Fi. Oh iya sebelum kerumah sakit kita mampir ke makam bundaku gak apa apa kan Fi?” ujarku mengahampiri Zafi sambil membawakan segelas teh hangat untuknya
“ya, tentu.” Tegasnya “eh bentar ya Ra, ada telepon dari Feytsa nih” tambahnya sambil melangkah menjauh
“ok” jawabku singkat
Setelah Zafi selesai menerima telepon, aku sendiri gak bertanya alasan Feytsa menelepon pagi pagi seperti ini. Ya karena itu bukan urusanku
“huuhh.. apa kalau kita punya pacar, kita harus memberi kabar setiap saat yaa” ujar Zafi sambil duduk dan meminum tehnya
“haha.. sepertinya iya. Emm kita berangkat?” tanyaku
“oke, pakailah jaket. Aku tunggu dimotor” jelasnya dengan melangkah keluar sambil mengenakan jaket abu yang disimpannya tadi dibadan kursi.
Aku terus mengarahkan jalan ke makam bunda. Diperjalanan sendiri Zafi banyak cerita soal bagaimana dia jadian dengan Feytsa. Padahal  aku sama sekali tidak bertanya. Katanya dia bilang sama Feytsa kalau dia ingin membalas perasaan Feytsa saat mengantarnya pulang, dalam artian didalam mobil. Zafi sendiri tidak harus menunggu lama jawaban dari Feytsa, karena saat itu juga dia memberikan jawaban positif padanya. Jelaslah Feytsa memang sudah mempunyai perasaan ini sejak lama. Jadi saat itu adalah momen yang selalu dia tunggu.
Setelah sampai dimakam bunda, aku hanya mendoakan bunda, sambil menyimpan setangkai mawar kesukaan bunda. Lalu berjalan menuju makam Afa, eyang, dan Kiara dengan melakukan hal yang sama.
“hai Key, ini aku Zira, teman sahabat kamu, ingat?. Emm aku tahu kamu sukanya bunga lily tapi aku gak punya bunga lily dirumah. Jadi aku bawa bunga mawar putih buat kamu. Aku harap kamu suka.”
Setelah itu aku dan Zafi beranjak pulang, tapi pulang kerumah sakkit.
“emm tadi itu makamnya siapa aja Ra? Banyak banget yang kamu kunjungin?” tanya Zafi sambil merogoh sakunya mencari kunci motornya.
“oh itu tadi makam bunda, Afa sahabat aku, makam eyang sama makam Kiara sahabat Elang” jawabku
“sahabat Elang? Kiara?” timpalnya
“iya.. yuuk!”
“oke, naiklah!” jawabnya
Sesampainya dirumah sakit kita bertemu suster disana, menanyakan kondisi anak anak itu. Untunglah kondisi mereka semakin membaik. Namun terkadang serangan dari kanker itu muncul dan membuat sang anak kesakitan. Lalu kita masuk kebangsal anak.
“hay semua!!! Emm hari ini kita mau ngapain nih?” tanyaku. Dan anak anak itu membalas sapaanku dengan antusias. Bahkan mereka masing masing memegang boneka kaus kaki yang mereka buat kemarin.
“emmm gimana kalau sekarang kita nyanyi dan bercerita?” ujar Zafi
Apa? Nyanyi? Hmmm.
Tapi anak anak memberikan jawaban yang antusias. Ya apapun kegiatan hari ini pasti menyenangkan. Setelah menyanyikan beberapa lagu anak anak, kita mulai bercerita. Aku dan Zafi meminjam beberapa boneka kaus kaki keanak anak itu sebagai media ceritanya. Hari ini kita membawakan cerita Beauty And The Beast.
Seperti biasa ceritanya tidak berjalan mulus sesuai cerita yang sebenarnya, tokoh Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih juga tiba tiba muncul dicerita yang aku dan Zafi bawakan. Tapi lebih banyak Zafi yang menuangkan ide ide konyol dicerita ini. Semua anak terus tertawa, kemudian disatu waktu mereka termenung dan terkadang muncul ekspresi marah. Mereka benar benar terbawa suasana, mereka ikut mengalir dalam ceritaku dan Zafi.
Setelah anak anak itu beristirahat aku dan Zafi seperti biasa duduk duduk ditaman rumah sakit untuk beristirahat.
“ngawur, mana ada Cinderella dengan watak tomboy dan pemberani?” ujarku sambil menyenderkan punggung ke badan kursi
“haha yang benar saja, kamu juga untuk apa ada Bawang Putih yang tiba tiba muncul dengan peran sebagai peri baik? Itu lebih ngelantur. Haahaha” ujarnya sambil tertawa kecil
“bagaimanapun mereka semua senang, mereka tertawa” jawabku
“ehh bentar yaa, biasa Feytsa hehe” timpalnya sambil mengubah posisi duduk menjadi berdiri
Tidak lama handphoneku juga bergetar, ada telepon dari Elang
“hallo? Ada apa? Udah punya pulsa? Hhaha” jawabku
“apaan sih. Salam kek apa kek, malah ngeledek. Kamu lagi diamana? Rumah sakit? Oh iya aku cuma mau bilang nih, aku paling sampai di Bandung jam 9 malam jadi kemungkinan sampai rumah jam 10. Jadi awas aja kalau kamu udah tidur dan keboo. Kamu harus tunggu aku sampai aku pulang untuk bukain pintu”
“iya aku lagi dirumah sakit. Wah bener bener nih, masa aku dibilang kebo?yang bener aja?huufft. oke  siap bos!” jelasku
“haha. Kamu tuh kalau lagi tidur emang kayak kebo. Udah  ah, have fun ya. Bye!”
“om oke deh”
“siapa Ra?” tanya Zafi tiba tiba
“ehh, enggak ini tadi Elang, katanya nyampe rumah jam10 malam. Haha” jawabku
“oh. Kita mau kemana lagi nih? Anak anak juga kan udah tidur, terus tadi suster bilang sehabis mereka istirahat mereka punya acara sendiri” ujar Zafi
“hmmm yang jelas aku lapar Fi, haha” jawabku jujur
“haha. Zira Zira dasar kamu ini, ya udah kita cari makan, terus kita pulang kerumah aku, nanti baru kita kerumah kamu. Gimana?”
“hah? Kerumah kamu? Ngapain?” tanyaku
“aku mau ambil buku tugas. Kita kerjain tugas bareng ya, secara itu tugas Kimia, hehe”
“oh oke, yuuk!” jawabku.
“apa rasanya dioperasi?” tanyaku sambil mengutak atik tugas yang diberikan, tentu saja untuk mencari jawaban
“operasi apa?” jawab Zafi yang juga masih membaca soal
“kamu? Operasi waktu itu?”
“oh. Lama sekali baru bertanya bagaimana rasanya. Haha”
“ya, emm—aku hanya ingin tahu Zafi”
“rasanya, sepertinya tidak sakit, karena aku kan dibius. Tapi rasanya setelah itu seperti aku terbebas dari malaikat pencabut nyawa. Hahaha” ujarnya sambil tertawa kecil
“ohh” jawabku dengan nada yang sudah tidak tertarik lagi
“oh?” timpalnya
“sayang bunda tidak selamat dari malaikat maut, bahkan sebelum bisa operasi”
“emm—itu—itu artinya Tuhan begitu sayang sama bunda kamu. Emh soal Afa? Aku sebenernya udah penasaran lama soal sahabat kecil kamu itu..”
“Afa? Emm dia sahabat yang sempurna, aku kan udah cerita kalau Afa meninggal karena. Aku sama dia udah kenal dari aku lahir, soalnya setahu aku dia lebih dulu lahir dan yaa—emm—entahlah kita udah sahabatan aja haha. Dia juga malaikat buat aku,karena disaat aku lagi sedih, dulu cuma dia yang selalu ada buat kamu yaa selain orang tua aku sama oppa pastinya. Ya—emm pokoknya dia sempurna. Ya aku tahu didunia ini gak pernah ada yang sempurna”
“haha. Oh aku bisa bayangin hubungan kamu sama dia kayak gimana. Eh yu ahh malah ngobrol, udah berapa soal ni yang kamu kerjain? Aku baru 2”
“baru 4. Haha siapa juga yang mulai? Haha. Ehh lupa kan nih gak nyedian makanan. Aku kedapur ya, kalau mau lihat PRnya lihat aja, kalau gak ada yang kamu ngerti nanti kamu tanyain aja”
“siap bos!”
Zafi terus ada dirumah ini, kita banyak bercerita, terutama seputar kejadian kejadian konyol dikelas, setelah semua tugas selesai kita nonton dvd dan ketawa ketawa bareng dan oouu ini sudah hampir jam 9 malam, dan dia belum mau pulang katanya dia mau nemenin aku sampai Elang pulang. Yang  bener aja?
“kamu yakin? Ini udah malam loh? Orang tua kamu?” tanyaku
“kamu ngusir nih ceritanya? Haha. Aku tahu ini udah malam, tapi sejam lagi kan Elang pulang, setelah itu baru aku pulang. Orang rumah udah kasih kabar kok, lagi pula.. heyy aku laki laki”
“ya enggak ngusir malah aku makasih banget kamu mau nemenin aku sampai Elang pulang, emang siapa yang bilang kalau kamu itu perempuan Fi? Haha” ujarku
“ya lagian gak rugi juga sih, PR untuk satu minggu selesai juga kan? Jadi aku bisa santai setelah aku salin semuanya dari buku buku kamu haha. Andai aja Feytsa itu kamu, aku pasti seneng punya pacar kayak kamu. Haha” ucapnya dan pastinya hal terakhir yang dia bilang itu buat jantung aku berdetak lebih keras, ohhhh sampai kapan?
“haha iya juga kita sampai nuntasin PR untuk seminggu ini. Emm sayangnya aku bukan Feytsa haha. Lagian kalian itu serasi, jadi gak ada alasan untuk kamu gak sreg sama dia”
“haha ya aku itu Ra, well yang jelas aku beuntung punya sahabat kayak kamu.” Ucapnya lagi
Sahabat? Huufff
“ehh itu ada suara mobil, kayaknya Elang deh, kesana yuuk” ucapku dan Zafi mengikutiku dari belakang
“hay Ra, loh Zafi? Ngapain kamu malam malam kayak gini ada disini?” sahut Elang
“bukan urusan kamu. Ada oleh oleh?” jawab Zafi datar
“haha, capek capek baru pulang ehh ada yang nanyain oleh oleh. Besok deh yaa disekolah. Oh iya kenalin ini Langit. Langit itu Zira dan yang satunya Zafi” ucap Elang
“oh ini temen kamu itu? Salam kenal” ujarku
Zafi juga menyambut baik. Dan sosok yang bernama Langit itu tersenyum, tapi jelas terlihat terpaksa. Mungkin karena cepek. Gak lama Zafi pamit pulang, soalnya kan Elang juga sudah tiba dirumah. Aku sendiri terlalu lelah untuk mengobrol dengan mereka.
Setelah menunjukan kamar tamu untuk Langit disebelah kamar oppa karena mereka tidak ingin tidur satu kamar sepertinya. Aku langsung beranjak tidur, ahhhh rasanya mata aku sulit terjaga/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar