Aku
hanya mengangguk pelan dan tersenyum sambil mengangkat halis. Sebelum Zafi
mengantar ku pulang. Kita mampir untuk
makan malam disebuah tempat makan kaki lima.
“emm
Ra?”
“ya?”
“ah
enggak—gak jadi”
“hmm,
oh iya jadi ini kamu teraktir? Pajak jadian?” candaku
“PJ?
Baiklah kalau hanya ini aku tidak keberatan haha” balas Zafi
“well,
Feytsa udah lama gak cerita cerita lagi sama aku. Jadi apa kemarin itu kalian
makan dan itu hari dimana kalian jadian? Besok datanglah bersama Feytsa” ucapku
“iya
hari dimana aku telepon kamu hari itu. Feytsa dia lagi di Bogor sampai besok,
dan malamnya mungkin dia baru tiba dirumah”
“oh”
jawabku singkat
Setelah
selesai makan kita langsung pulang, Zafi gak mampir setelah sampai rumah, dia
langsung pulang. Huuhh rumah ini terasa sangat sepi. Aku masuk kekamar untuk
mencari handphone yang aku tinggalkan ada beberapa messege dari Feytsa, Zafi ,
beberapa teman dikelas dan nomor teman Elang.
[Elang]
Ra, besok aku ambil penerbangan
sore, jadi paling aku sampai rumah agak malam, tenang aku bawa oleh oleh untuk
kamu, dan ada seseorang yang ingin aku kenalin sama kamu (Elang-pulsa ku habis)
[Zira]
Emh baiklah, gak perlu aku
jemputkan? males.. oh ya??? Katanya gak mau kasih aku oleh oleh? Teman? Kamu
mau ajak dia kesini? Gak modal banget sih masa habis pulsa? Dasar.. maaf baru
aku bales, aku baru pulang dan tadi aku lupa bawa handphone
Dan
cukup lama setelah itu baru ada balasan lagi
[Elang]
Gak masalah kalau kamu gak mau, aku
bisa kasih Zafi. Aku harap kamu gak lagi galau karena dia, haha. Karena aku
tahu Zafi baru saja jadiankan? Emh apa salahnya aku gak punya pulsa.
Baru pulang ? seharian kamu benar
benar dirumah sakit Ra?
Iya seorang teman akan menginap
disana, dan oppa setuju
[Zira]
Aku gak bilang aku gak mau Elang… galau?
Enggak tuh
Iya seharian ini aku dirumah sakit.
Baiklah semoga temanmu menyenangkan
[Elang]
Aku gak janji dia akan bersikap
baik sama kamu.
[Zira]
Apa? Ahh terserah lah. Aku mau
tidur aku lelah
[Elang]
Baiklah.
Hari
ini adalah hari yang sangat menyenangkan. Seharian penuh. Dan besok akan jauh
lebih baik. Aku harap…
Adzan
subuh mulai berkumandang. Setelah mengambil air wudhu dan mengerjakan ibadah
sholat, aku langsung mandi, dan membuat sarapan untuk diri sendiri.
Dilemari
kulkas ada apa yaa??? Ahhh cuma ada telur dan beberapa sayuran, ahhh aku buat
nasi goreng aja deh. Baru saja aku mau makan suapan pertama, handphone aku
bergetar. Ternyata ada sms dari Zafi
Ra, aku on the way rumah kamu yaa..
tenang aku gak akan minta sarapan kok, haha. Lebih pagi lebih baik kan, lagian
aku lagi males dirumah.
Aku
hanya mengangkat bahu dan membalasnya dengan jawaban positif lalu kembali
sarapan. 30 menit setelah itu Zafi sampai dirumah dan sendirian. Ah iya Feytsa
kan lagi di Bogor jadi pasti dia gak bisa ikut. Setelah Zafi masuk pastinya aku
menawarkan sarapan, tapi katanya dia sudah sarapan dirumah.
“yakin
udah sarapan?” tanyaku sambil membereskan dapur
“iya
Ra, udah kok. Thanks yaa. Rumah sepi sepi aja nih” tanyanya sambil melihat
kesekeliling
“iya
oppa sama Elang kan pergi Fi. Oh iya sebelum kerumah sakit kita mampir ke makam
bundaku gak apa apa kan Fi?” ujarku mengahampiri Zafi sambil membawakan segelas
teh hangat untuknya
“ya,
tentu.” Tegasnya “eh bentar ya Ra, ada telepon dari Feytsa nih” tambahnya
sambil melangkah menjauh
“ok”
jawabku singkat
Setelah
Zafi selesai menerima telepon, aku sendiri gak bertanya alasan Feytsa menelepon
pagi pagi seperti ini. Ya karena itu bukan urusanku
“huuhh..
apa kalau kita punya pacar, kita harus memberi kabar setiap saat yaa” ujar Zafi
sambil duduk dan meminum tehnya
“haha..
sepertinya iya. Emm kita berangkat?” tanyaku
“oke,
pakailah jaket. Aku tunggu dimotor” jelasnya dengan melangkah keluar sambil
mengenakan jaket abu yang disimpannya tadi dibadan kursi.
Aku
terus mengarahkan jalan ke makam bunda. Diperjalanan sendiri Zafi banyak cerita
soal bagaimana dia jadian dengan Feytsa. Padahal aku sama sekali tidak bertanya. Katanya dia
bilang sama Feytsa kalau dia ingin membalas perasaan Feytsa saat mengantarnya
pulang, dalam artian didalam mobil. Zafi sendiri tidak harus menunggu lama
jawaban dari Feytsa, karena saat itu juga dia memberikan jawaban positif
padanya. Jelaslah Feytsa memang sudah mempunyai perasaan ini sejak lama. Jadi
saat itu adalah momen yang selalu dia tunggu.
Setelah
sampai dimakam bunda, aku hanya mendoakan bunda, sambil menyimpan setangkai
mawar kesukaan bunda. Lalu berjalan menuju makam Afa, eyang, dan Kiara dengan
melakukan hal yang sama.
“hai
Key, ini aku Zira, teman sahabat kamu, ingat?. Emm aku tahu kamu sukanya bunga
lily tapi aku gak punya bunga lily dirumah. Jadi aku bawa bunga mawar putih
buat kamu. Aku harap kamu suka.”
Setelah
itu aku dan Zafi beranjak pulang, tapi pulang kerumah sakkit.
“emm
tadi itu makamnya siapa aja Ra? Banyak banget yang kamu kunjungin?” tanya Zafi
sambil merogoh sakunya mencari kunci motornya.
“oh
itu tadi makam bunda, Afa sahabat aku, makam eyang sama makam Kiara sahabat
Elang” jawabku
“sahabat
Elang? Kiara?” timpalnya
“iya..
yuuk!”
“oke,
naiklah!” jawabnya
Sesampainya
dirumah sakit kita bertemu suster disana, menanyakan kondisi anak anak itu.
Untunglah kondisi mereka semakin membaik. Namun terkadang serangan dari kanker
itu muncul dan membuat sang anak kesakitan. Lalu kita masuk kebangsal anak.
“hay
semua!!! Emm hari ini kita mau ngapain nih?” tanyaku. Dan anak anak itu
membalas sapaanku dengan antusias. Bahkan mereka masing masing memegang boneka
kaus kaki yang mereka buat kemarin.
“emmm
gimana kalau sekarang kita nyanyi dan bercerita?” ujar Zafi
Apa?
Nyanyi? Hmmm.
Tapi
anak anak memberikan jawaban yang antusias. Ya apapun kegiatan hari ini pasti
menyenangkan. Setelah menyanyikan beberapa lagu anak anak, kita mulai
bercerita. Aku dan Zafi meminjam beberapa boneka kaus kaki keanak anak itu
sebagai media ceritanya. Hari ini kita membawakan cerita Beauty And The Beast.
Seperti
biasa ceritanya tidak berjalan mulus sesuai cerita yang sebenarnya, tokoh
Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih juga tiba tiba muncul dicerita yang
aku dan Zafi bawakan. Tapi lebih banyak Zafi yang menuangkan ide ide konyol
dicerita ini. Semua anak terus tertawa, kemudian disatu waktu mereka termenung
dan terkadang muncul ekspresi marah. Mereka benar benar terbawa suasana, mereka
ikut mengalir dalam ceritaku dan Zafi.
Setelah
anak anak itu beristirahat aku dan Zafi seperti biasa duduk duduk ditaman rumah
sakit untuk beristirahat.
“ngawur,
mana ada Cinderella dengan watak tomboy dan pemberani?” ujarku sambil
menyenderkan punggung ke badan kursi
“haha
yang benar saja, kamu juga untuk apa ada Bawang Putih yang tiba tiba muncul
dengan peran sebagai peri baik? Itu lebih ngelantur. Haahaha” ujarnya sambil
tertawa kecil
“bagaimanapun
mereka semua senang, mereka tertawa” jawabku
“ehh
bentar yaa, biasa Feytsa hehe” timpalnya sambil mengubah posisi duduk menjadi
berdiri
Tidak
lama handphoneku juga bergetar, ada telepon dari Elang
“hallo?
Ada apa? Udah punya pulsa? Hhaha” jawabku
“apaan
sih. Salam kek apa kek, malah ngeledek. Kamu lagi diamana? Rumah sakit? Oh iya
aku cuma mau bilang nih, aku paling sampai di Bandung jam 9 malam jadi
kemungkinan sampai rumah jam 10. Jadi awas aja kalau kamu udah tidur dan keboo.
Kamu harus tunggu aku sampai aku pulang untuk bukain pintu”
“iya
aku lagi dirumah sakit. Wah bener bener nih, masa aku dibilang kebo?yang bener
aja?huufft. oke siap bos!” jelasku
“haha.
Kamu tuh kalau lagi tidur emang kayak kebo. Udah ah, have fun ya. Bye!”
“om
oke deh”
“siapa
Ra?” tanya Zafi tiba tiba
“ehh,
enggak ini tadi Elang, katanya nyampe rumah jam10 malam. Haha” jawabku
“oh.
Kita mau kemana lagi nih? Anak anak juga kan udah tidur, terus tadi suster
bilang sehabis mereka istirahat mereka punya acara sendiri” ujar Zafi
“hmmm
yang jelas aku lapar Fi, haha” jawabku jujur
“haha.
Zira Zira dasar kamu ini, ya udah kita cari makan, terus kita pulang kerumah
aku, nanti baru kita kerumah kamu. Gimana?”
“hah?
Kerumah kamu? Ngapain?” tanyaku
“aku
mau ambil buku tugas. Kita kerjain tugas bareng ya, secara itu tugas Kimia,
hehe”
“oh
oke, yuuk!” jawabku.
“apa
rasanya dioperasi?” tanyaku sambil mengutak atik tugas yang diberikan, tentu
saja untuk mencari jawaban
“operasi
apa?” jawab Zafi yang juga masih membaca soal
“kamu?
Operasi waktu itu?”
“oh.
Lama sekali baru bertanya bagaimana rasanya. Haha”
“ya,
emm—aku hanya ingin tahu Zafi”
“rasanya,
sepertinya tidak sakit, karena aku kan dibius. Tapi rasanya setelah itu seperti
aku terbebas dari malaikat pencabut nyawa. Hahaha” ujarnya sambil tertawa kecil
“ohh”
jawabku dengan nada yang sudah tidak tertarik lagi
“oh?”
timpalnya
“sayang
bunda tidak selamat dari malaikat maut, bahkan sebelum bisa operasi”
“emm—itu—itu
artinya Tuhan begitu sayang sama bunda kamu. Emh soal Afa? Aku sebenernya udah
penasaran lama soal sahabat kecil kamu itu..”
“Afa?
Emm dia sahabat yang sempurna, aku kan udah cerita kalau Afa meninggal karena. Aku
sama dia udah kenal dari aku lahir, soalnya setahu aku dia lebih dulu lahir dan
yaa—emm—entahlah kita udah sahabatan aja haha. Dia juga malaikat buat
aku,karena disaat aku lagi sedih, dulu cuma dia yang selalu ada buat kamu yaa
selain orang tua aku sama oppa pastinya. Ya—emm pokoknya dia sempurna. Ya aku
tahu didunia ini gak pernah ada yang sempurna”
“haha.
Oh aku bisa bayangin hubungan kamu sama dia kayak gimana. Eh yu ahh malah
ngobrol, udah berapa soal ni yang kamu kerjain? Aku baru 2”
“baru
4. Haha siapa juga yang mulai? Haha. Ehh lupa kan nih gak nyedian makanan. Aku
kedapur ya, kalau mau lihat PRnya lihat aja, kalau gak ada yang kamu ngerti
nanti kamu tanyain aja”
“siap
bos!”
Zafi
terus ada dirumah ini, kita banyak bercerita, terutama seputar kejadian
kejadian konyol dikelas, setelah semua tugas selesai kita nonton dvd dan ketawa
ketawa bareng dan oouu ini sudah hampir jam 9 malam, dan dia belum mau pulang
katanya dia mau nemenin aku sampai Elang pulang. Yang bener aja?
“kamu
yakin? Ini udah malam loh? Orang tua kamu?” tanyaku
“kamu
ngusir nih ceritanya? Haha. Aku tahu ini udah malam, tapi sejam lagi kan Elang
pulang, setelah itu baru aku pulang. Orang rumah udah kasih kabar kok, lagi
pula.. heyy aku laki laki”
“ya
enggak ngusir malah aku makasih banget kamu mau nemenin aku sampai Elang
pulang, emang siapa yang bilang kalau kamu itu perempuan Fi? Haha” ujarku
“ya
lagian gak rugi juga sih, PR untuk satu minggu selesai juga kan? Jadi aku bisa
santai setelah aku salin semuanya dari buku buku kamu haha. Andai aja Feytsa
itu kamu, aku pasti seneng punya pacar kayak kamu. Haha” ucapnya dan pastinya
hal terakhir yang dia bilang itu buat jantung aku berdetak lebih keras, ohhhh
sampai kapan?
“haha
iya juga kita sampai nuntasin PR untuk seminggu ini. Emm sayangnya aku bukan
Feytsa haha. Lagian kalian itu serasi, jadi gak ada alasan untuk kamu gak sreg
sama dia”
“haha
ya aku itu Ra, well yang jelas aku beuntung punya sahabat kayak kamu.” Ucapnya
lagi
Sahabat?
Huufff
“ehh
itu ada suara mobil, kayaknya Elang deh, kesana yuuk” ucapku dan Zafi
mengikutiku dari belakang
“hay
Ra, loh Zafi? Ngapain kamu malam malam kayak gini ada disini?” sahut Elang
“bukan
urusan kamu. Ada oleh oleh?” jawab Zafi datar
“haha,
capek capek baru pulang ehh ada yang nanyain oleh oleh. Besok deh yaa
disekolah. Oh iya kenalin ini Langit. Langit itu Zira dan yang satunya Zafi”
ucap Elang
“oh
ini temen kamu itu? Salam kenal” ujarku
Zafi
juga menyambut baik. Dan sosok yang bernama Langit itu tersenyum, tapi jelas
terlihat terpaksa. Mungkin karena cepek. Gak lama Zafi pamit pulang, soalnya
kan Elang juga sudah tiba dirumah. Aku sendiri terlalu lelah untuk mengobrol
dengan mereka.
Setelah
menunjukan kamar tamu untuk Langit disebelah kamar oppa karena mereka tidak
ingin tidur satu kamar sepertinya. Aku langsung beranjak tidur, ahhhh rasanya
mata aku sulit terjaga/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar