Rabu, 25 Maret 2015

Diorama #Stage 11

Silahkan review cerita sebelumnya di stage 10 J


Layaknya angin yang berhembus tak kan pulang pada   peraduanyang sama…
Tak akan berulang waktu dalam keheningan…
Aku yang terjatuh…
Tak pernah tahu kapan kan tegak melawan matahari…

Aku berjalan diatas waktu yang terbuang…
Tak ada bekas tak ada jejak…
Tak pernah tahu bagaimana cara melawan arah…
Aku yang kini membisu dalam keheningan angin malam…

Mata yang aku tahu tak dapat kuhalau meluluh lantakkan kepingan berlianku…
Sakit rasanya menjahit kenangan dalam luka yang kau toreh…
Melintasi lingkaran mimpi dalam gelapnya kehidupan…
Itukah? benarkah seperti itu apa yang aku rasa kini…

Tak pernah ku tahu apa yang tersirat dari apa yang tersurat…
Tak pernah mengerti apa yang terasa dari apa yang terjadi…
Menunggu jawaban dari dalam belukar hatimu…
Aku disini menunggu tanpa jejak tanpa tahu kau akan kembali…
Apa aku harus menutup mata, menutup mata hati dan menenggelamkan diri dari apa yang kini aku alami…

Sampai kapan aku harus seperti ini sama kamu. Huuuff  . Tapi besok seperti apa yang telah aku janjikan aku akan kembali menjenguknya.
Hari ini saat aku jenguk dia, Zafi cerita kalau Feytsa kesini, dan dia bilang kalau dia mau coba untuk membalas semua yang telah Feytsa beri ke dia. Tapi kalian jangan berpikir kalau mereka jadian, lagi pula Zafi masih harus bisa mengendalikan perasaannya terlebih dahulu, karena dia tidak mau memberi perasaan semu yang tak berarti pada seseorang yang telah begitu tulus padanya. Dia juga harus fokus sama kesehatannya. Hari ini aku hanya membawa 3 tangkai mawar buat dia, dan setiap harinya akan belipat ganda sampai jumlahnya kembali menjadi 22.
Tak banyak yang kita lakukan hari ini selain berbincang urusan sekolah, aku juga perlahan mulai memberi beberapa pelajaran sekolah yang tertinggal bahkan hari ini aku juga membawakan chiken soup untuk dia, buatan aku sendiri…  tadinya  dia gak percaya
“kamu yakin ini buatan kamu? Emang kamu bisa masak Ra? Ini gak ada racunnya kan” candanya
“ya aku harap rasanya tidak terlalu buruk, dan bisa kamu makan Fi” timpalku menanggapi pertanyaan Zafi
Tapi tetep aja dia makan haha, dia gak banyak komen soal rasanya, jadi aku gak tahu persis itu enak atau enggak, tapi kalau dilihat dari ekspresi wajahnya sih kayaknya enak, soalnya dia cukup lahap untuk memakan itu.
Waktu terus berlalu, setiap harinya aku terus datang menemui Zafi, mengajarinya, berbincang dengannya, menemaninya dengan masih membawakan bunga mawar putih untuknya yang seperti telah aku janjikan setiap harinya terus berlipat ganda sampai jumlahnya kelak 22 tangkai. Sampai Zafi akhirnya besok harus menjalani operasi.
Hari ini aku membawa 18 tangkai mawar putih, besok jumlahnya akan jadi 22 untuknya. Hari ini aku hanya ingin melihat senyumannya, terkadang aku takut kalau besok aku tidak bisa kembali melihat senyumannya lagi. Tapi enggak aku yakin dia bisa, dan besok senyuman itu pasti masih bisa aku lihat
“oke, kamu siap untuk besok Fi?” tanyaku dengan menatap kearahnya, dan dia terlihat dengan jelas sedang mengambil nafas yang dalam.
“huuuuff…. pasti, makasih banyak yaa beberapa hari ini kamu udah temenin aku, makasih juga buat mawarnya, mawar ini lambang ketulusan dan persahabat iya kan? Haha. Besok aku harap aku bisa melihat 22 mawar yang kamu janjikan yaa. Haha. Oh iya kamu sama Elang gimana, aku lihat kalian udah makin deket aja nih??? Ciyeee!” candanya dengan senyuman diwajahnya dan sedikit tertawa kecil
“pasti besok aku pastiin kalau kamu bakalan nerima 22 tangkai mawar yang melambangkan ketulusan dan persahabatan itu. Elang??? kok dia sih, yaa sekarang dia emang baik banget, tapi kadang kadang masih suka nyebelin, apa lagi kamu tahu kan kalau dia itu satu rumah sama aku, jadi aku tahu banget dia kayak gimana haha” candaku
“kalian pacaran?” tanyanya
“aduuuh kamu itu mikir apa sih Fi, aku sama dia? Oh my god sorry Fi, dia bukan standarku, malah mungkin dia dibawah standar  buatku, haha” celetuk Elang yang tiba tiba muncul
“ya iyalah, kamu pikir situ oke apa? Sorry ya kamu jauhhhhh dari tipe aku, haha” balas ku untuk Elang
“haha kalian ini, udah ah gak usah cari keributan disini. Hay Lang lama ya gak ketemu”
“iya , aku denger kamu besok operasi ya? Sukses ya, aku tahulah kalau kamu bisa” ucap Elang dengan senyumannya
“aamiin, thanks yaa, kamu nengok aku bawa apaan Lang, gak mungkin tangan kosong kan?” canda Zafi
“aku???aku bawa doa buat kamu haha” jelasnya
“tapi seriusan deh aku dukung loh kalau kalian jadian haha” celetuk Zafi
‘dukung’ segitunya ya dia gak suka sama aku, aku sama elang ahhhh gak mungkin, kalian gila apa gak mungkin banget!!!
“haha bisa aja, aku rasa dia lebih cocok sama kamu? Ya gak Fi? Haha.. oh iya aku kesini buat jemput kamu Ra, oppa yang nyuruh katanya kamu harus pulang sekarang, oppa bilang ayah kamu dalam perjalanan pulang!” tegasnya
“haha sahabat jadi pacar? Emmm aku rasa itu gak akan pernah terjadi. Haha” jawab Zafi
Aku sama sekali tidak menghiraukan ucapan Elang atau Zafi, tapi sekarang soal ayah yang mau pulang..
“hah? Ayah? Gak bohong kan?” tanyaku penasaran dan penuh harap sambil mencengkram lengan Elang
“ya udah gih sana, lagian aku harus persiapan juga buat besok, sekali lagi makasih yaa Ra, thanks ya Lang udah nengok walaupun secara gak langsung, hehe. Besok kalian kesini kan?” ujar Zafi
“oh  iya dong aku sama Zira pasti nengok kok, bahkan sama anak anak sekelas. Kalau gitu kita pamit ya Fi. Sukses buat operasinya!” balas Elang
“iya, 22 aku janji!” ujarku sebelum meninggalkan kamar Zafi.
Zafi hanya tersenyum menanggapi ucapanku, aku sama Elang pulang kerumah, diperjalanan aku sibuk pegang handphone takut takut kalau ayah telepon dan ngabarin kalau dia batal pulang lagi, tapi sampai aku tiba didepan pintu kecemasan aku sama sekali tidak terjadi. Ahhh syukurlah..
“hay, yah! Ayah beneran  pulang, Zira kangen banget!” sahutku saat aku melihat sosok pria gagah didepanku dan langsung aku peluk dia yang aku sebut ayah
“ayah juga, tapi maaf ayah gak bisa bermalam disini, ayah pulang sekalian ayah ambil berkas yang ayah butuhin untuk proyek baru ayah, oh iya ayah udah simpen oleh olehnya dikamar kamu!” ucap ayah dengan santai membalas pelukanku
“ayah mau pergi lagi???, kalau gitu mending ayah gak usah pulang!” ucapku dengan nada kesal
“ehh loh kok gitu sih sama ayah, ayah kan pulang juga karena kamu” timpalnya menenangkan
“iya iya, aku tahu, ayah udah tahu soal Elang?” Tanyaku
“iya ayah tahu kok, oppa udah cerita sama ayah, lagi pula ayah udah kenal kok sama dia,”
“ohh…” balasku
Ayah  akan pergi sekitar 3 jam lagi, itu artinya aku gak boleh sama sekali menyianyiakan waktu yang ada. Aku tahu ayah capek, tapi aku juga gak mau tahu kalau ayah harus ngikutin agendaku hari ini sebelum ayah pergi lagi dan entah kapan ayah bisa kembali.
Pertama kita mengurus kebun mawar oppa, ya cukuplah kita main kotor kotoran, dan bercanda bareng karena dulu kadang kadang kalau bunda atau oppa gak dirumah aku selalu ngelakuin hal ini bareng ayah dan itu sudah menghabiskan waktuku yang berharga selama satu jam
Setelah kita selesai membersihkan diri, aku mengajak ayah untuk bermain game karena dulu ayah yang selalu jadi lawan tandingku, cukup seru kita memainkan permainan balap motor ala motoGP, setelah itu aku punya waktu setengah jam terakhir, aku makan bareng sama ayah, hanya kita berdua. Rasanya sudah sangat begitu lama sekali aku gak satu meja makan sama ayah, selama kita makan, aku gak berhenti menatap wajah ayah, karena gak lama ayah harus balik lagi ngurusin soal bisnisnya
“loh kok lihat ayah kayak gitu, ayah malu tahu, hmm Ra ayah janji kelak ayah pasti selalu ada buat kamu, ayah tahu kamu marah sama ayah yang selalu sibuk” ucap ayah sambil terus menyantap makananya
“gak kok yah, Zira gak marah, cuma kesel aja hehe, maafin Zira ya kalau Zira selalu egois pengen ayah selalu disini. Ayah janji?” jawabku yang sudah berhenti makan
“ayah ngerti kok, ayah janji! Nah sekarang ayah harus ke Yogyakarta, mau temenin ayah sampe depan?” ucap ayah sambil merangkulku
“jelas lah yah, yuuk!” ujarku dengan pegang tangan ayah erat
Well sekarang ayah udah pergi, tapi aku seneng 3 jam tadi gak akan pernah aku lupain. Cukuplah jadi kenangan manis untuk ngobatin luka disaat aku kangen ayah. Selama ayah disini tadi aku baru nyadar Elang sama oppa pergi begitu saja tanpa kabar, mereka kemana ya?. Aku udah cari keseluruh rumah tapi gak ada juga, apa mereka pergi ya tapi kemana? Hmmm ini juga udah mulai malam lagi, duhh oppa mana boleh kelamaan kena angin malam, kok belum pulang juga sih. Aku tunggu dibelakang deh nanti juga kalau mereka pulang pasti aku tahu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar