Layaknya angin yang berhembus tak
kan pulang pada peraduanyang sama…
Tak akan berulang waktu dalam
keheningan…
Aku yang terjatuh…
Tak pernah tahu kapan kan tegak
melawan matahari…
Aku berjalan diatas waktu yang
terbuang…
Tak ada bekas tak ada jejak…
Tak pernah tahu bagaimana cara
melawan arah…
Aku yang kini membisu dalam
keheningan angin malam…
Mata yang aku tahu tak dapat
kuhalau meluluh lantakkan kepingan berlianku…
Sakit rasanya menjahit kenangan dalam
luka yang kau toreh…
Melintasi lingkaran mimpi dalam
gelapnya kehidupan…
Itukah? benarkah seperti itu apa
yang aku rasa kini…
Tak pernah ku tahu apa yang
tersirat dari apa yang tersurat…
Tak pernah mengerti apa yang terasa
dari apa yang terjadi…
Menunggu jawaban dari dalam belukar
hatimu…
Aku disini menunggu tanpa jejak
tanpa tahu kau akan kembali…
Apa aku harus menutup mata, menutup
mata hati dan menenggelamkan diri dari apa yang kini aku alami…
Sampai
kapan aku harus seperti ini sama kamu. Huuuff
. Tapi besok seperti apa yang telah aku janjikan aku akan kembali
menjenguknya.
Hari
ini saat aku jenguk dia, Zafi cerita kalau Feytsa kesini, dan dia bilang kalau
dia mau coba untuk membalas semua yang telah Feytsa beri ke dia. Tapi kalian
jangan berpikir kalau mereka jadian, lagi pula Zafi masih harus bisa
mengendalikan perasaannya terlebih dahulu, karena dia tidak mau memberi
perasaan semu yang tak berarti pada seseorang yang telah begitu tulus padanya.
Dia juga harus fokus sama kesehatannya. Hari ini aku hanya membawa 3 tangkai
mawar buat dia, dan setiap harinya akan belipat ganda sampai jumlahnya kembali
menjadi 22.
Tak
banyak yang kita lakukan hari ini selain berbincang urusan sekolah, aku juga
perlahan mulai memberi beberapa pelajaran sekolah yang tertinggal bahkan hari
ini aku juga membawakan chiken soup untuk dia, buatan aku sendiri… tadinya
dia gak percaya
“kamu
yakin ini buatan kamu? Emang kamu bisa masak Ra? Ini gak ada racunnya kan”
candanya
“ya
aku harap rasanya tidak terlalu buruk, dan bisa kamu makan Fi” timpalku
menanggapi pertanyaan Zafi
Tapi
tetep aja dia makan haha, dia gak banyak komen soal rasanya, jadi aku gak tahu
persis itu enak atau enggak, tapi kalau dilihat dari ekspresi wajahnya sih
kayaknya enak, soalnya dia cukup lahap untuk memakan itu.
Waktu
terus berlalu, setiap harinya aku terus datang menemui Zafi, mengajarinya,
berbincang dengannya, menemaninya dengan masih membawakan bunga mawar putih
untuknya yang seperti telah aku janjikan setiap harinya terus berlipat ganda
sampai jumlahnya kelak 22 tangkai. Sampai Zafi akhirnya besok harus menjalani
operasi.
Hari
ini aku membawa 18 tangkai mawar putih, besok jumlahnya akan jadi 22 untuknya.
Hari ini aku hanya ingin melihat senyumannya, terkadang aku takut kalau besok
aku tidak bisa kembali melihat senyumannya lagi. Tapi enggak aku yakin dia
bisa, dan besok senyuman itu pasti masih bisa aku lihat
“oke,
kamu siap untuk besok Fi?” tanyaku dengan menatap kearahnya, dan dia terlihat
dengan jelas sedang mengambil nafas yang dalam.
“huuuuff….
pasti, makasih banyak yaa beberapa hari ini kamu udah temenin aku, makasih juga
buat mawarnya, mawar ini lambang ketulusan dan persahabat iya kan? Haha. Besok
aku harap aku bisa melihat 22 mawar yang kamu janjikan yaa. Haha. Oh iya kamu
sama Elang gimana, aku lihat kalian udah makin deket aja nih??? Ciyeee!”
candanya dengan senyuman diwajahnya dan sedikit tertawa kecil
“pasti
besok aku pastiin kalau kamu bakalan nerima 22 tangkai mawar yang melambangkan
ketulusan dan persahabatan itu. Elang??? kok dia sih, yaa sekarang dia emang
baik banget, tapi kadang kadang masih suka nyebelin, apa lagi kamu tahu kan
kalau dia itu satu rumah sama aku, jadi aku tahu banget dia kayak gimana haha”
candaku
“kalian
pacaran?” tanyanya
“aduuuh
kamu itu mikir apa sih Fi, aku sama dia? Oh my god sorry Fi, dia bukan
standarku, malah mungkin dia dibawah standar
buatku, haha” celetuk Elang yang tiba tiba muncul
“ya
iyalah, kamu pikir situ oke apa? Sorry ya kamu jauhhhhh dari tipe aku, haha”
balas ku untuk Elang
“haha
kalian ini, udah ah gak usah cari keributan disini. Hay Lang lama ya gak
ketemu”
“iya
, aku denger kamu besok operasi ya? Sukses ya, aku tahulah kalau kamu bisa”
ucap Elang dengan senyumannya
“aamiin,
thanks yaa, kamu nengok aku bawa apaan Lang, gak mungkin tangan kosong kan?”
canda Zafi
“aku???aku
bawa doa buat kamu haha” jelasnya
“tapi
seriusan deh aku dukung loh kalau kalian jadian haha” celetuk Zafi
‘dukung’
segitunya ya dia gak suka sama aku, aku sama elang ahhhh gak mungkin, kalian
gila apa gak mungkin banget!!!
“haha
bisa aja, aku rasa dia lebih cocok sama kamu? Ya gak Fi? Haha.. oh iya aku
kesini buat jemput kamu Ra, oppa yang nyuruh katanya kamu harus pulang
sekarang, oppa bilang ayah kamu dalam perjalanan pulang!” tegasnya
“haha
sahabat jadi pacar? Emmm aku rasa itu gak akan pernah terjadi. Haha” jawab Zafi
Aku
sama sekali tidak menghiraukan ucapan Elang atau Zafi, tapi sekarang soal ayah
yang mau pulang..
“hah?
Ayah? Gak bohong kan?” tanyaku penasaran dan penuh harap sambil mencengkram
lengan Elang
“ya
udah gih sana, lagian aku harus persiapan juga buat besok, sekali lagi makasih
yaa Ra, thanks ya Lang udah nengok walaupun secara gak langsung, hehe. Besok
kalian kesini kan?” ujar Zafi
“oh iya dong aku sama Zira pasti nengok kok,
bahkan sama anak anak sekelas. Kalau gitu kita pamit ya Fi. Sukses buat
operasinya!” balas Elang
“iya,
22 aku janji!” ujarku sebelum meninggalkan kamar Zafi.
Zafi
hanya tersenyum menanggapi ucapanku, aku sama Elang pulang kerumah, diperjalanan
aku sibuk pegang handphone takut takut kalau ayah telepon dan ngabarin kalau
dia batal pulang lagi, tapi sampai aku tiba didepan pintu kecemasan aku sama
sekali tidak terjadi. Ahhh syukurlah..
“hay,
yah! Ayah beneran pulang, Zira kangen
banget!” sahutku saat aku melihat sosok pria gagah didepanku dan langsung aku
peluk dia yang aku sebut ayah
“ayah
juga, tapi maaf ayah gak bisa bermalam disini, ayah pulang sekalian ayah ambil
berkas yang ayah butuhin untuk proyek baru ayah, oh iya ayah udah simpen oleh
olehnya dikamar kamu!” ucap ayah dengan santai membalas pelukanku
“ayah
mau pergi lagi???, kalau gitu mending ayah gak usah pulang!” ucapku dengan nada
kesal
“ehh
loh kok gitu sih sama ayah, ayah kan pulang juga karena kamu” timpalnya
menenangkan
“iya
iya, aku tahu, ayah udah tahu soal Elang?” Tanyaku
“iya
ayah tahu kok, oppa udah cerita sama ayah, lagi pula ayah udah kenal kok sama
dia,”
“ohh…”
balasku
Ayah akan pergi sekitar 3 jam lagi, itu artinya
aku gak boleh sama sekali menyianyiakan waktu yang ada. Aku tahu ayah capek,
tapi aku juga gak mau tahu kalau ayah harus ngikutin agendaku hari ini sebelum
ayah pergi lagi dan entah kapan ayah bisa kembali.
Pertama
kita mengurus kebun mawar oppa, ya cukuplah kita main kotor kotoran, dan
bercanda bareng karena dulu kadang kadang kalau bunda atau oppa gak dirumah aku
selalu ngelakuin hal ini bareng ayah dan itu sudah menghabiskan waktuku yang
berharga selama satu jam
Setelah
kita selesai membersihkan diri, aku mengajak ayah untuk bermain game karena
dulu ayah yang selalu jadi lawan tandingku, cukup seru kita memainkan permainan
balap motor ala motoGP, setelah itu aku punya waktu setengah jam terakhir, aku
makan bareng sama ayah, hanya kita berdua. Rasanya sudah sangat begitu lama
sekali aku gak satu meja makan sama ayah, selama kita makan, aku gak berhenti
menatap wajah ayah, karena gak lama ayah harus balik lagi ngurusin soal
bisnisnya
“loh
kok lihat ayah kayak gitu, ayah malu tahu, hmm Ra ayah janji kelak ayah pasti
selalu ada buat kamu, ayah tahu kamu marah sama ayah yang selalu sibuk” ucap
ayah sambil terus menyantap makananya
“gak
kok yah, Zira gak marah, cuma kesel aja hehe, maafin Zira ya kalau Zira selalu
egois pengen ayah selalu disini. Ayah janji?” jawabku yang sudah berhenti makan
“ayah
ngerti kok, ayah janji! Nah sekarang ayah harus ke Yogyakarta, mau temenin ayah
sampe depan?” ucap ayah sambil merangkulku
“jelas
lah yah, yuuk!” ujarku dengan pegang tangan ayah erat
Well
sekarang ayah udah pergi, tapi aku seneng 3 jam tadi gak akan pernah aku
lupain. Cukuplah jadi kenangan manis untuk ngobatin luka disaat aku kangen ayah.
Selama ayah disini tadi aku baru nyadar Elang sama oppa pergi begitu saja tanpa
kabar, mereka kemana ya?. Aku udah cari keseluruh rumah tapi gak ada juga, apa
mereka pergi ya tapi kemana? Hmmm ini juga udah mulai malam lagi, duhh oppa
mana boleh kelamaan kena angin malam, kok belum pulang juga sih. Aku tunggu
dibelakang deh nanti juga kalau mereka pulang pasti aku tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar