Silahkan
review cerita sebelumnya di stage 22 J
Apa
suasana hati Elang sedang seburuk ini? Dia sama sekali tidak bicara. Bahkan
setelah sampai di rumah. Dan ternyata oppa gak ada dirumah. Dimana? Kalau oppa
sendiri gak ada dirumah untuk apa memintaku pulang cepat?. Aku lekas pergi ke
kamar Elang.
“Lang?
oppa mana? Bukannya kata kamu tadi oppa minta aku pulang ? Tapi kok aku gak
lihat oppa yaa. Ya kan biasanya oppa minta aku pulang kalau ada hal penting.”
Ujarku namun Elang sama sekali tak menanggapinya dan malah sibuk dengan
laptopnya. “Elang?” tambahku cepat setelah dia sama sekali tak merespon
ucapanku.
“emm—well
tadi oppa emang minta aku buat kasih tahu kamu kalau kamu harus pulang. Oppa
masih di Jakarta.” Ujarnya datar tanpa menunjukan ekspresi apapun.
“ya
tentu aku pasti pulang. Tapi tadi kamu lihatkan aku lagi sama Zafi? kalau oppa
emang masih di Jakarta ya udah untuk apa kamu maksa aku pulang tadi?”
“aduh
Ra, tolong dong aku lagi sibuk. Yang jelas aku cuma ngikutin apa kata oppa
kamu. Bisa keluar sekarang?” ujarnya
“ahhh
baiklah…” timpalku dan menutup pintu kamar Elang.
Ada
apa dengannya? Kenapa dia mulai menyebalkan sekarang. Setelah meminum segelas
air mineral untuk menyegarkan pikiranku aku langsung pergi kekamar.
Loh
kenapa ada mawar dan coklat lagi?dimeja belajarku?. Tapi dirumah ini hanya ada
Elang dan oppa, apa … ah gak mungkin, paling seperti biasa mawar dan coklatnya
ada didepan pintu rumah dan Elang atau
oppa menyimpannya dikamarku. Sekarang tulisan seperti apa lagi yang ‘dia’
tulis?
Senyum ini terlukis saat bayangkan
semua hal tentangmu… entah mengapa aku tak pernah mengerti. Semua ini terlukis
tanpa alasan. Jangan biarkan langit begitu gelap hari ini, bersinarlah Zira
Stefyani Raharja…
Jujur
aku senang dengan apa yang ‘dia’ lakukan, tapi semakin lama … ahh ini bisa
membuatku gila. Siapa sebenarnya dia?... baiklah akanku coba hubungi ‘dia’…
Tak ada jawaban tak ada balasan. Oohhh… tak lama
handphoneku bergetar aku kira dari’dia’ ternyata Zafi
Lain
kali kita harus makan sampai habis ya.. emm apa kita bisa bertemu? Aku ada di
taman tak jauh dari rumahmu.. hanya untuk meminta saran darimu.. datanglah
Zafi? Untuk apa dia ada ditaman, rumahnya sangat
jauh dari sini. Hmmm baiklah baiklah aku akan datang. Aku tak membalas pesannya
tapi aku langsung pergi. Sepertinya Elang masih dikamar, dan aku sepertinya tak
perlu meminta izin untuk ini. Lagi pula siapa dia.
Sepanjang jalan aku memikirkan hal apa yang akan
dikatakan, apa maksudnya meminta saran? Apa dia ingin curhat denganku. Biasanya
juga lewat sms atau dia telepon. Eh apa itu Zafi? Sepertinya iya masih dengan
baju yang sama saat terkahir direstoran tadi
“hay! Untuk apa ? kenapa gak kerumah aja sih? Lagian
ini kan jauh dari rumah kamu Fi” ujarku dan duduk disampingnya
“tidak. Hanya saja tadi aku sedang dirumah seorang
teman, tak jauh dari sini. lagi pula disini lebih tenang dan pemandangannya
indah bukan?”
“oke alasan aku terima. Jadi mau minta saran apa? Emm-- soal hati? Haha. Tapi sorry ya tadi aku pergi
saat kita makan hehe. Well aku masih gak enak soal Feytsa nih.. apa dia marah
ya?”
“oke bisa kita gak bahas soal Feytsa dulu? Aku janji
besok disekolah aku bisa jelasin kedia. Oke.. menurut kamu emm tapi keep secret
ya Ra”
“oke.. apa?”
“orang tua aku berantem lagi Ra. Aku—aku gak tahu
harus kayak gimana. Apalagi kamu tahu kan Ra aku—aku selalu gak kerasan
dirumah. Ayah.. dia rasanya gak pernah peduli sama aku Ra, apa yang aku lakuin
apa yang aku raih dia gak peduli. Aku matipun mungkin dia gak akan pernah
peduli. Ra aku harus kayak gimana? Aku pusing aku capek dan aku gak berbuat
apapun untuk mereka—emmm--- supaya mereka gak berantem lagi. Menurut kamu aku
harus kayak gimana?”
“apapun itu, satu hal yang kamu harus tahu kalau
orang tua kamu gak pernah bermaksud untuk bikin pusing atau capek. Mungkin
mereka lagi ada masalah. Biasalah dalam kehidupan rumah tangga semuanya gak
berjalan mulus. Soal ayah kamu? Aku gak tahu harus bilang apa, karena kamu juga
tahu akan ayah aku gak pernah ada dirumah, bahkan untuk sekedar menanyakan
kabar aku aja itu frekuensi yang sangat jarang dan renggang. Tapi oppa selalu
bilang jauh didalam hatinya ayah selalu mikirin aku, disetiap doa dan nafas
ayah selalu ada nama aku. Gimana pun dia—dia itu ayah kamu Fi. Gak ada seorang
ayahpun yang gak peduli sama anaknya sendiri. Dia acuh bukan berarti dia gak
peduli, dia marah tapi jauh dalam kemarahannya ada rasa sayang, dia cuek tapi
jauh dalam hatinya diselalu bertanya, dia gak peduli tapi jauh dari itu dia
bangga. Ya aku tahu ini terdengar muluk dan basi tapi kamu harus percaya itu.
Hmmm …”ujarku
“aku rasa itu gak muluk atau basi. Sama sekali
enggak Ra, aku cuma bingung aja harus kayak gimana, karena semua yang aku
lakuin rasanya salah gak ada satupun yang bener”
“hey apa ini Zafi? Ayolah salah atau enggak itu gak
masalah yang penting kamu gak diem Fi. Lagi pula bukannya kamu sendiri yang
bilang kalau keluarga itu segalanya, kalau kita gak bisa hidup tanpa mereka?
Ohh apa waktu itu ,itu cuma basi basi aja? Hemm??”
“enggak lah Ra, itu bukan basa basi kok, itu tulus
dari hati yang terdalam. Mungkin iya kamu bener Ra, ini hanya perasaan aku aja
kali ya. Gimanapun dia ayah aku. Makasih banget ya Zira, kamu emang sahabat
yang the best”
“emm sama sama, iya dong Zira gitu haha.. ya udah
sekarang gimana kalau kita makan ice cream atau coklat”
“buat apa” tanyanya
“ahh.. kedua makanan itu bisa ngilangin rasa penat
atau galau aku, mungkin itu manjur juga buat kamu? Haa.. tapi sebaiknya kamu
pulang sekarang”
“pulang? Tadi ngajak makan gimana sih”
“kamu bisa makan itu dirumah. Ya udah gih sana..”
“kamu ngusir?”
“iya” jawabku datar dengan tertawa
“baiklah..”
Setelah dia antar aku sampai depan rumah dia tak
mampir dan langsung pulang. Aku gak pernah lihat ekspresi wajahnya yang seperti
itu, murung dan sangat sedih bahkan ketika dia sakit sekalipun. Fi.. Fi… sampai
kapanpun selagi aku mampu akan selalu ada saat kamu butuh saat kamu perlu
bantuan.
Setelah menelepon oppa menanyakan kebaradaan dan
kabarnya aku hanya menonton televisi dan membalas pesan dari teman temanku.
Biasalah soal tugas haha. Eh ada sms dari ‘dia’ lagi
Perlahan
mawar itu kini telah bermekaran, benang benang itu kini telah terpintal dengan
sangat indah, tetesan tetesan air yang mengalir kini terus dan terus membentuk
sebuah genangan.. sama seperti apa yang aku rasa untukmu Zira Stefyani Raharja…
Baiklah ini sudah cukup, come on Zira anggap saja
‘dia’ tak pernah ada, jangan dipikirkan ini benar benar bisa membuatmu gila.
Sebaiknya aku pergi tidur rutinitas sebagai pelajar esok akan dimulai.
Sepertinya perasaan Elang kini mulai membaik,
setidaknya pagi ini wajahnya dihiasi oleh senyumannya sendiri. Huuuh lagi lagi
mawar dan coklat itu, baiklah sebaiknya aku tidak membaca cardnya. Aku akan
memberikan dua barang ini untuk Feytsa atas rasa bersalah yang sebenarnya tidak
perlu atas perisiwa kemarin.
Setibanya dikelas ternyata Feytsa sudah ada disana,
aku mulai menghampirinya dan mulai menjelaskan semuanya, sebenarnya ini tak
perlu aku lakukan tapi ya sudahlah. Sedikit ada percekcokan tapi aku bisa
mengatasinya dan dia akhirnya mengerti terlihat sangat mengerti aku bisa
membacanya dari matanya dari mata seorang Feytsa.
Lega
rasanya. Waktu selalu saja terasa begitu cepat seolah olah aku baru saja masuk
dan menginjakan kakiku yang mungil ditaman kanak kanak, lalu melangkah kedapan
menuju sekolah dasar dan sedikit berlarike sekolah menangah pertama. Ahh dan
rasanya baru saja aku diospek di sekolah menengah atas dan kini Ujian Nasional
benar benar ada didepan mata. Apa rasanya secepat itu? Apa aku tumbuh secepat
itu? Bukankah 12 tahun itu waktu yang cukup lama? Menempuh jenjang pendidikan
selama 12 tahun, bersosialisasi setiap tahunnya. Berteman dan bersahabat.
Baiklah
aku harus mempersiapkan diri setidaknya aku tak mau tiga tahun aku menempuh
semua ini di sekolah menengah atas akan hancur dalam beberapa hari karena aku
tidak fokus pada saat ujian
Masih
ada waktu satu bulan untuk itu. Aku, Saka, Gerza, Nifa dan Elang setiap harinya
hampir rutin mengadakan belajar bersama untuk membahas ini dan itu. Mencoba
mengingat setiap materi yang diberikan selam tiga tahun ini. Mencoba untuk bisa
mengerti setiap SKL yang diberikan, materi yang akan muncul di ujian nasional
tahun ini. Terkadang Vidya dan Feytsa juga ikut serta.
Lelah?
Bosan? Tak ada kata untuk itu karena bukan hanya ujian nasional tapi juga
seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri atau snmptn. Aku rasa ini ujian
yang paling sulit. Bagaimana mungkin materi tiga tahun harus aku kuasai dalam
jangka waktu sedekat ini. Hanya mencoba, berusaha dan berdoa. Latihan soal soal
dari tahun tahun sebelumnya semakin membantu setidaknya aku tidak harus
mempelajari materi secara penuh hanya sesuai SKL yang diberikan.
Apa?
Benarkah? Waktu benar benar terasa cepat seperti roda yang terlus berputar
tiada henti. Besok ujian nasional???
Perlahan
namun pasti setiap pelajaran akhirnya terlewati, bahasa dan mafikibi semuanya
berakhir semuanya selesai. Kini hanya tinggal menunggu hasilnya. Apa aku belum
bercerita? Kalau aku juga salah satu peserta dari snmptn jalur undangan? Jadi ada dua hal yang sedang aku tunggu soal
hasil ujian nasional dan jalur undangan. Hanya berharap dan berdoa agar semuanya
adalah hasil yang baik.
“hmm
gak kerasa ya, semuanya .. masa putih abu akan berakhir” ujarku dengan meminum
milkshake coklat dikantin sekolah
“iya,
hanya tinggal menunggu dan belajar untuk snmptn tulis” timpal Gerza
“hmm
kamu sih enak enak aja, tinggal ngasah sedikit pasti sukses, aku???” ujar Zafi
“sama
aja kali Fi haha” protes Gerza
“emm
Ra, pulang yuuk bosen nih” ujar Elang
“okelah.
Semuanya kita duluan yaa” pamitku
“hati
hati ya Ra, nanti kita belajar lagi oke, persiapan!” timpal Zafi
“sip”
jawabku singkat.
Diperjalanan
pulang Elang bilang sama aku kalau tiba tiba aja dia ingin kemakam Kiara dan
dia menanyakan apakah aku keberatan jika menemaninya. Tentu saja tidak.
Sebelumnya kita mampir ketoko bunga, Elang bilang dia ingin membeli beberapa
kuntum bunga lily untuk Kiara. Sesampainya dimakam aku hanya mengikuti Elang
dan tidak ada pembicaran sama sekali. Disamping kanan makam Kiara, Elang mulai
bersimpuh dan menyimpan bunga yang telah dia beli tepat diatas makam Kiara.
“hay
Key, aku bawain lagi bunga lily buat kamu. Oh iya mungkin setelah hari itu tiba
aku gak bisa sesering sekarang untuk ngunjungin kamu. Ya kamu tahukan aku harus
kembali. Oh ya Key ada seoarang gadis yang entah kenapa dia selalu bisa buat
aku nyaman dan kerasan, dia terkadang memang sedikit menyebalkan tapi dia juga
menyenangkan. By the way emm Key maaf ya aku harap setelah hari itu aku masih
bisa untuk ngunjungin kamu” ujarnya “ Ra? Mau ke makam afa atau bunda kamu?”
tanyanya mengalihkan pandangannya dari makam Kiara kearahku
“enggak.”
Jawabku singkat
“emm
baiklah!”ujarnya
Tak
lama kita meninggalkan makam dan berjalan kearah taman tak jauh dari sana. Lama
sekali kita terdiam duduk menikmati setiap jengkal yang ada ditaman ini.
Merasakan anginnya, udaranya, semua hal yang ada disini. Sebenarnya aku masih
sibuk memikirkan ucapan Elang untuk Kiara “gadis itu” dan “hari itu” lagi lagi
dia membuatku bingung. Aku tanya orangnya aja langsung kali ya, biar gak
penasaran juga.
“emm,
Lang boleh nanya sesuatu gak?” ujarku kaku
“apa?”
jawabnya singkat
“hari
itu yang kamu maksud apa?”
“hari
dimana aku akan meninggalkan kota ini. Kamu ingatkan kalau aku akan ada disini
hanya sampai kelulusan tiba setelah itu aku menyusul Langit ke Bali”
Ah
iya juga aku bahkan lupa kalau Elang hanya sampai kelulusan dan setelah itu dia
akan kuliah di Bali, Langit malah pengen kuliah disini. Emm rasanya aku harus
membuat sedikit perpisahan untuk Elang, bagaimanapun selama disini dia yang
nemenin aku sama oppa.
“Ra!hey!
kok bengong?” tambahnya, “oh kamu sedih kan aku mau pergi?” ujarnya
“eh
apa? Enggak kok ya udah sana sekarang aja kalau bisa haha!” timpalku
“yakin?”
goda Elang
“iya!
Haha.. jangan dong gimanapun rasanya pasti akan berbeda tanpa kamu, dan soal
gadis itu?dia siapa?” godaku
“S-E”
ujarnya dengan mengeja menggunakan bahasa inggris.
“se…”ujarku
memotongnya
“C-R-E”
tambahnya
“secre..”
aku yang nampak masih sangat bingung
“T”
jelasnya dan mengalihkan pandangannya dariku
“secret???
Ahhh huuuff..” timpalku
“haha…
akan ada waktunya untuk kamu tahu siapa dia, jadi sampai sekarang masih Zafi?
Sebenarnya apa sih yang kamu lihat dari dia? Dia bahkan hanya menganggapmu
sahabat. Lagi pula kamu tahu kan dia seperti apa?” ujarnya tenang
“sepertinya..
jangan pernah tanya kenapa, sampai kapanpun aku gak akan pernah tahu jawabnnya.
‘Sahabat’ tak hanya sekedar ‘hanya’, kamu tahu itu lebih dari sekedar ‘hanya’
Elang…” ujarku
“baiklah
baiklah.. percuma berdebat, kamu akan terus membelanya kan? haha.. ayolah kita
pulang!” ujarnya
“oke”jawabku
singkat.
Kita
mulai melangkah perlahan kearah motor hitam milik Elang.
Sudah
beberapa hari ini orang orang yang biasa belajar bersama dirumahku sering
kerumah untuk membahas beberapa materi dan soal, terkadang hanya aku bertiga
dengan Zafi atau mungkin hanya berdua karena Elang harus pergi mengantar oppa
atau saat dia malas.
Aku
sangat bisa merasa biasa dengan Zafi saat belajar tapi saat kita sama sama
terdiam tak sedang melakukan hal apapun rasanya hatiku meloncat loncat dan
dekup jantungku masih berdebar kencang. Entahlah apa dia bisa mendengarnya atau
tidak. Aku harap tidak sama sekali.
Tiba
saatnya untuk kelulusan tiba, aku dan Elang bersabar sampai pak pos
mengantarkan sebuah surat atau lebih tepatnya dua buah surat untuk kami,
menunggu seseorang yang akan menekan bel. Bagaimanapun rasanya belum tenang
jika surat itu belum ada ditanganku. Tepat pukul 11.00 siang seseorang dengan
motor berwarna oranye tiba dirumah dan membawa dua buah surat. Dan saat kami
berdua membukanya “LULUS”…. YIPPPYYY!!! Aku dan Elang sama sama bersorak, oppa
juga turut menikmatinya.
Hari
ini masih ada yang aku tunggu, yaa pengumuman jalur undangan yang akan
diumumkan secara online jam lima sore nanti berharap aku tak perlu mengikuti
ujian tulis keperguruan tinggi. Elang, Zafi, Saka dan Gerza juga menunggu hal
yang sama denganku.
Rasanya
senang karena teman temanku mengabariku soal kelulusan mereka. Untunglah
sekolah kami lulus 100% jadi semuanya bersorak gembira hari ini. Tapi tenang
sepertinya kami semua tidak bertindak arogan seperti mengadakan konvoi atau
melakukan aksi corat coret jadi semuanya aman terkendali.
Kini
aku dan Elang sama sama berada didepan laptop kami masing masing diruang
tengah. Perlahan mulai mengetik alamat web untuk melihat hasilnya. Setelah
muncul jendela utama kita sama sama melempar pandangan satu sama lain dan mulai
memasukan nomor pendaftaran juga tanggal lahir untuk dapat melihat hasilnya dan
aku… “Selamat Anda Lolos Seleksi” ahhh dunia berpihak padaku hari ini. Terima
kasih Ya Allah..Alhamdulillah.
Aku
hanya tersenyum kecil namun penuh arti, dan kemudian mengalihkan pandanganku kearah
Elang dengan ekspresi yang seolah bertanya ‘bagaimana?’. Dia hanya menggelekan
kepalanya ringan mengisyaratkan secara pasti dia tidak mendapat kebahagian yang
sama denganku.
“masih
ada ujian tulis!” ujarnya bersemangat
“jadi
kapan ? ujianmu pasti di Bali kan?” ucapku lirih
“hey,
itu pasti! Pendaftaran akan ditutup lima hari lagi jadi aku akan pulang sekitar
tiga hari lagi Ra”
“secepat
itu?”
“sepertinya,
apa kamu tidak rela kalau aku pergi dari sini? Haha tenang saja Ra aku pulang
kesana untuk mendaftar saja aku masih punya sekitar 2 minggu sampai ujian
dilaksanakan, beberapa hari sebelum itu aku akan kembali untuk mengemasi semua
barangku disini dan pamit pada Kiara dan orang orang dirumah ini”
“semuanya
akan kembali seperti dulu, dirumah ini hanya akan ada aku dan oppa. Baiklah
sebelumnya sangat tidak apa apa tanpamu dan sepertinya bisa kembali seperti itu
lagi haha. Oh iya.. ini! Ambilah sedikit kenang kenangan dariku dan oppa aku
sudah menyiapkannya”
“apa
ini? Emm aku suka boxnya!” ujarnya riang
“bukan
boxnya Elang tapi sesuatu yang ada didalamnya!” keluhku
“iya
iya baiklah! Gantungan handphone? Syal? Dan jam tangan. Hey tunggu apa ini?
Album foto?”
“untuk
gantungan handphone dan syal aku sendiri yang membuatnya jadi maaf kalau
sedikit aneh, hehe aku belum ahli merajutnya. Itu jam tangan dari oppa. Dan
album foto itu, itu semua foto yang kita lakukan selama kamu disini”
“oh
ya sangat terlihat jelas kalau ini buruk. Tapi aku sangat sangat menyukainya.
Terimakasih. Wah wah apa sebanyak ini kenangan aku selama berada disini?”
ujarnya
“aku
rasa lebih dari sekedar itu. Haha”
Ternyata
hanya aku dan Saka yang mendapatkan satu kursi di universitas melalui jalur
undangan. Zafi dan Gerza tidak mendapatkannya.
Meski
sebenarnya aku tak perlu lagi untuk membuka buku buku ini lagi. Tapi aku masih
tetap melakukannya hanya sekedar membantu Zafi atau Elang untuk belajar.
Besok
Elang akan kembali ke Bali.
Datanglah malam ini ditaman dekat
rumahmu.. dan kamu akan tahu siapa aku. Setelah isya temui aku Zira..