Jika saja dia bertanya padaku "Bagaimana kabarmu?" sayang justru ia bertanya "Bagaimana kabarnya?", kujawab hanya dengan seulas senyuman lalu pergi, diikutinya setiap jengkal langkahku, persis dibelakangku. Ia tahu aku tak akan menjawab, ragu.. tapi kuhentikan langkahku lalu berbalik, "Tak lelahkah menunggu? Berhentilah...", dia melangkahkan kakinya tepat satu langkah mendekat kearahku lalu tersenyum, "Bukan menunggu, hanya ada waktu yang bisa kuluangkan untuk sebuah penantian, itu hak diriku atas waktu yang Tuhan berikan padaku". Hanya 5 detik aku terdiam menatap tajam kedalam pikirannya namun tak dibiarkannya aku masuk, aku hanya membalikan tubuhku lalu berjalan kembali, diikutinya lagi olehnya kini dia berjalan tepat didepanku, belum 10 langkah dia berbalik, kuhentikan langkahku memberikan jarak 2 langkah dengannya, "Tak bisakah hanya memberitahuku? Cukup dengan kabarnya, tak apa aku hanya ingin tahu itu untuk saat ini" ungkapnya dengan tangannya yang tersembunyi dibelakang tubuhnya, "cukup bayangkan keadaannya seperti apa yang ingin kau percayai dan apa yang kau harapkan, kurasa itu cukup untuk membuatmu berhenti mengajukan pertanyaan". Dia yang masih terpaku pada pijakannya seperti tengah mengurai perkataanku, tak kupedulikan dan hanya meneruskan langkahku, awalnya hening namun kini aku mendengar derap langkah lain bukan dibelakangku tidak juga didepanku, aku mendengarnya tepat disampingku lalu suaranya memecah keheningan dalam langkah yang senyap "baiklah, sepertinya dia baik saja, ahh.. kurasa dia juga sedang menghirup udara yang sama denganku dan mengurai kerinduan yang utuh denganku, aku akan percaya itu, percaya dengan apa yang ingin kupercayai" kuhentikan langkahku untuk kesekian kalinya namun tidak dengannya yang terus melangkah kemudian hilang dibalik bangunan tinggi. Kuhempaskan nafasku cukup berat lalu kembali melangkah pergi.
Bandung, April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar