Sabtu, 25 April 2015

Hambar

Hai hambar, tahukah? kadang aku membencimu, saking kau membuatku kehilangan indraku, aku tahu Tuhan mengirimu karena aku sempat meminta, karena lelah dalam merasa, tapi kau tahu? dirimu membuatku bisa melangkah, meski tak bisa kunikmati seperti dulu tapi rasanya lebih ringan, hambar...? kau kah jawaban yang tepat? atau kau hanya seperti sebuah pertanda jika tak bisa merasa bukanlah hal yang menyenangkan. Aku tahu, karena kadang aku rindu, tapi tahukah? kadang aku mulai merasa, meski bukan untukku, aku mulai bisa merasa untuk setiap cerita yang disuguhkan orang lain padaku, tapi saat mereka bertanya, kelut lah sudah, aku yang memang suka diam kadang tak menjawab seringnya hanya membisu berkata dalam ekpresi yang muncul diwajahku. Meskipun aku tahu, kadang mereka mulai bosan bercerita, saking diamnya aku. Tapi bukankah itu diriku? tak peduli jika orang tak menyukainya, aku mungkin diam dalam bahasaku, tapi tidak dengan aksaraku, dalam aksara aku banyak berbicara, terlalu banyak bahkan. Kadang orang juga kesal, kesal karena aksaraku, ahh tapi aku tak peduli, mereka tak perlu membacanya jika tak suka. Bahkan aku lebih suka berbincang dengan diriku sendiri, karena kau hambar, tak pernah muncul ditengah perbincangan, banyak hal yang bisa kurasa, tapi saat aku berbincang dalam waktu yang nyata, kau selalu saja muncul, membuatku seperti batu jadinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar