Jumat, 03 April 2015

FF_ Delapan

Silahkan baca cerita sebelumnya di FF_ Tujuh
Halley benar benar merasa bersalah kini, atas apa yang ia beritahukan pada pengeran kegelapan. Terlihat setitik cahaya terang tak jauh dari tempat Halley dan ayahnya. “tuan Titan? Itukah kau?” terdengar suara itu di balik kegelapan. “ya ini aku.. Haxio, Titan.. mendekatlah” ujar tuan Titan lemah, “buktikan!” sahut suara itu kembali. “Haxio, ksatria mengagumkan, tak terkalahkan, dan tak mudah dibohongi!” jelas tuan Titan. “ahh itu benar benar kau” timpal suara itu kembali, tak lama sosok tikus bernama Haxio itu muncul dibalik setitik sinar dalam kegelapan dan mendekati tuan Titan, “ayo.. kita harus pergi dari sini! Pangeran mengetahui sesuatu yang baru tentang tuan Alex!” seru tikus itu seraya menggapai tuan Titan, “bawalah aku dan anakku..” ujar tuan Titan. Haxio menatap kerah seseorang disamping tuan Titan, ia mengangguk dan meraih lengan mereka berdua dengan lengan kecilnya, lalu Haxio memejamkan matanya, “bersiaplah..” ujarnya, lalu mereka bertiga menghilang dari tempat itu dalam hitungan detik.
Gara dan Gloria melanjutkan perjalanan mereka kembali, Chemo ikut melakukan pencarian namun tidak dengan Axio dan Kire. Mereka masuk lebih dalam kedalam hutan terlarang, berharap tak hanya menemukan ayah Gloria namun kini mereka juga berharap mengenai keberadaan Halley bagaimanapun mereka melakukan pencarian ini bersama. “Gloria! Tak bisakah kau melihat sesuatu mengenai keberadaan Halley sekarang ini?” ujar Gara memulai percakapan diantara mereka, “entahlah, aku hanya melihat kegelapan disekitar Halley, dia ada disuatu tempat yang sungguh mengerikan, namun aku tak tahu pasti itu ada dimana dan apa yang dilakukan Halley” jelas Gloria “aku benar benar mengkhawatirkannya Gara, sekarang kita harus bagaimana? Apa perlu kita kembali? Mungkin Halley akan ada disana menunggu kita!” tambahnya seraya menatap Gara. “jika pengelihatanmu mengenai Halley seperti apa yang kau katakan tadi, sepertinya dia tidak ada disana! Tempat kita berkemah tidak mengerikan bukan?”  ungkap Gara, Gloria hanya mengangguk pelan dan terdiam, dia berusaha melakukan pengelihatannya lagi, namun pikirannya sungguh berantakan ia tak dapat berkonsentrasi, sehingga pengelihatannya benar benar buruk kali ini.
Mereka mengarah kearah barat kali ini, Chemo akan menunjukkan suatu tempat pada Gara dan Gloria, berjam jam mereka melakukan perjalanan, kini wajah Gloria nampak pucat pasi begitu terlihat lelah, “ayolah kita beristirahat sebentar, kau lelah kan? Biar aku carikan makanan dan minuman, kalian tinggalah disini dan tunggu sampai aku kembali” ujar Gara “Chemo.. bisa kau menjaga Gloria untukku sebentar? Pastikan dia harus beristirahat” tambahnya.
Gara membuat pohon pohon merunduk disekitar Chemo dan Gloria dengan magisnya, memastikan cahaya matahari tak dapat langsung menyentuh mereka berdua, Gara mencari sesuatu yang dapat dimakan oleh Gloria dan Chemo, namun tiba tiba sesuatu menyerangnya, Gara tersungkur jatuh kehamparan tanah, ia berusaha bangkit dan mencari tahu apa yang menyerangnya, ia berbalik memandang kesegala arah namun tak ditemukannya apapun, terlihat gerak gerik seperti sesuatu sedang mengawasinya dari segala arah, Gara mengeluarkan tongkat sihirnya dengan menggunakan sebuah mantra yang ia tahu untuk menjatuhkan lawan yang sedang bersembunyi, tak berapa lama beberapa Cxipto terjatuh tepat disekitar Gara, Gara memantrai dirinya sendiri yang mengarah pada matanya agar Cxipto tak dapat membuat dirinya menjadi sebuah batu, “ apa yang kalian lakukan!” ujar Gara dengan lantang, “kau!” tiba tiba para Cxipto semakin berada dekat dengannya dalam waktu yang seketika, Cxipto cxipto itu mencengkram kuat tangan tangan dan kaki Gara, sekali lagi ia mengayunkan tongkat sihirnya, dan cxipto cxipto itu terhempas dari tubuhnya, Gara dengan segera berlari untuk memeriksa keadaan Gloria dan Chemo, bagaimanapun Cxipto Cxipto itu sangat berbahaya, “ahh syukurlah kalian baik baik saja !ayoo kita harus bergegas dari sini cxipto cxipto itu semakin dekat!” ujar Gara, dan ia langsung memposisikan badannya untuk menggendong Gloria, bagaimanapun kini Gloria benar benar terlihat lemah, Chemo yang memimpin jalan untuk mengarahkan Gara agar tak mengambil arah yang salah. “arah sini!” ujar Chemo dengan tegas. Gara dan Chemo berlari sekencang mungkin, hingga ia tiba didepan sebuah bukit yang curam, Gara membuka sedikit pergelangan tangannya mengisyaratkan pada Chemo untuk meraihnya, dan mereka menghilang seketika, hingga akhirnya mereka betiga tiba didasar bukit tepat dihadapan sebuah sungai yang mengalir dengan derasnya. Gara berusaha menurunkan Gloria agar ia tidak terjatuh, Gloria berkeringat dingin, suhu badannya meningkat, Gara kembali menggendongnya mencari tempat nyaman untuk Gloria dapat berbaring, hingga ia membuat daun daun berguguran hingga bertumpuk menjadi sebuah oval tempat Gloria dapat berbaring dengan nyaman disana, Gara terduduk tepat dihadapannya, “Bertahanlah, kau harus bertemu ayahmu, ingat itu, kau harus bertemu dengannya!” ujar Gara, Gara menutup kedua matanya, berusaha menstranfer sebagian energi yang ada didalamnya ketubuh Gloria, tongkat sihir adalah perantara agar Gara dapat melakukan setiap magis yang dimilikinya, hingga setitik cahaya berwarna biru api muncul dari ujung tongkat sihir Gara dan cahaya itu terlepas dan melayang perlahan hingga cahaya itu masuk kedalam mulut Gloria. Gara tahu semakin banyak ia menyembuhkan luka orang lain, sedikit demi sedikit dari energi tubuhnya akan menghilang karena berpindah tempat, sejauh ini Gara tak peduli jika semua energinya harus habis untuk melindungi Gloria, untuk memastikan Gloria tetap bernafas sampai ia bertemu ayahnya bahkan jauh setelah itu Gara ingin tetap menjaga senyuman Gloria.
“Chemo tolong jaga Gloria, aku akan membuat mantra pertahanan disekitar kita agar tidak ada yang bisa mengetahui keberadaan kita, termasuk para cxipto itu” tegas Gara. “Baiklah, lakukan apa yang menurutmu baik, aku sudah cukup lelah melakukan perjalanan ini!” ujar Chemo, “kau menyerah!” tegas Gara menatap tajam kearah Chemo, “hey! Aku hanya ingin beristirahat! Pergi dan lakukanlah apa yang kau ingin lakukan!” ujar Chemo seraya membaringkan tubuhnya disamping tubuh Gloria. Gara melanjutkan langkah kakinya, ia tetap harus melakukan mantra pertahanan dan mencari makanan untuk Gloria.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar