Silahkan
baca cerita sebelumnya di FF_ Tujuh
Halley
benar benar merasa bersalah kini, atas apa yang ia beritahukan pada pengeran
kegelapan. Terlihat setitik cahaya terang tak jauh dari tempat Halley dan
ayahnya. “tuan Titan? Itukah kau?” terdengar suara itu di balik kegelapan. “ya
ini aku.. Haxio, Titan.. mendekatlah” ujar tuan Titan lemah, “buktikan!” sahut
suara itu kembali. “Haxio, ksatria mengagumkan, tak terkalahkan, dan tak mudah
dibohongi!” jelas tuan Titan. “ahh itu benar benar kau” timpal suara itu
kembali, tak lama sosok tikus bernama Haxio itu muncul dibalik setitik sinar
dalam kegelapan dan mendekati tuan Titan, “ayo.. kita harus pergi dari sini!
Pangeran mengetahui sesuatu yang baru tentang tuan Alex!” seru tikus itu seraya
menggapai tuan Titan, “bawalah aku dan anakku..” ujar tuan Titan. Haxio menatap
kerah seseorang disamping tuan Titan, ia mengangguk dan meraih lengan mereka
berdua dengan lengan kecilnya, lalu Haxio memejamkan matanya, “bersiaplah..”
ujarnya, lalu mereka bertiga menghilang dari tempat itu dalam hitungan detik.
…
Gara
dan Gloria melanjutkan perjalanan mereka kembali, Chemo ikut melakukan
pencarian namun tidak dengan Axio dan Kire. Mereka masuk lebih dalam kedalam
hutan terlarang, berharap tak hanya menemukan ayah Gloria namun kini mereka
juga berharap mengenai keberadaan Halley bagaimanapun mereka melakukan
pencarian ini bersama. “Gloria! Tak bisakah kau melihat sesuatu mengenai
keberadaan Halley sekarang ini?” ujar Gara memulai percakapan diantara mereka,
“entahlah, aku hanya melihat kegelapan disekitar Halley, dia ada disuatu tempat
yang sungguh mengerikan, namun aku tak tahu pasti itu ada dimana dan apa yang
dilakukan Halley” jelas Gloria “aku benar benar mengkhawatirkannya Gara,
sekarang kita harus bagaimana? Apa perlu kita kembali? Mungkin Halley akan ada
disana menunggu kita!” tambahnya seraya menatap Gara. “jika pengelihatanmu
mengenai Halley seperti apa yang kau katakan tadi, sepertinya dia tidak ada
disana! Tempat kita berkemah tidak mengerikan bukan?” ungkap Gara, Gloria hanya mengangguk pelan
dan terdiam, dia berusaha melakukan pengelihatannya lagi, namun pikirannya
sungguh berantakan ia tak dapat berkonsentrasi, sehingga pengelihatannya benar
benar buruk kali ini.
Mereka
mengarah kearah barat kali ini, Chemo akan menunjukkan suatu tempat pada Gara
dan Gloria, berjam jam mereka melakukan perjalanan, kini wajah Gloria nampak
pucat pasi begitu terlihat lelah, “ayolah kita beristirahat sebentar, kau lelah
kan? Biar aku carikan makanan dan minuman, kalian tinggalah disini dan tunggu
sampai aku kembali” ujar Gara “Chemo.. bisa kau menjaga Gloria untukku
sebentar? Pastikan dia harus beristirahat” tambahnya.
Gara
membuat pohon pohon merunduk disekitar Chemo dan Gloria dengan magisnya,
memastikan cahaya matahari tak dapat langsung menyentuh mereka berdua, Gara
mencari sesuatu yang dapat dimakan oleh Gloria dan Chemo, namun tiba tiba
sesuatu menyerangnya, Gara tersungkur jatuh kehamparan tanah, ia berusaha
bangkit dan mencari tahu apa yang menyerangnya, ia berbalik memandang kesegala
arah namun tak ditemukannya apapun, terlihat gerak gerik seperti sesuatu sedang
mengawasinya dari segala arah, Gara mengeluarkan tongkat sihirnya dengan
menggunakan sebuah mantra yang ia tahu untuk menjatuhkan lawan yang sedang
bersembunyi, tak berapa lama beberapa Cxipto terjatuh tepat disekitar Gara,
Gara memantrai dirinya sendiri yang mengarah pada matanya agar Cxipto tak dapat
membuat dirinya menjadi sebuah batu, “ apa yang kalian lakukan!” ujar Gara
dengan lantang, “kau!” tiba tiba para Cxipto semakin berada dekat dengannya
dalam waktu yang seketika, Cxipto cxipto itu mencengkram kuat tangan tangan dan
kaki Gara, sekali lagi ia mengayunkan tongkat sihirnya, dan cxipto cxipto itu
terhempas dari tubuhnya, Gara dengan segera berlari untuk memeriksa keadaan
Gloria dan Chemo, bagaimanapun Cxipto Cxipto itu sangat berbahaya, “ahh
syukurlah kalian baik baik saja !ayoo kita harus bergegas dari sini cxipto
cxipto itu semakin dekat!” ujar Gara, dan ia langsung memposisikan badannya
untuk menggendong Gloria, bagaimanapun kini Gloria benar benar terlihat lemah,
Chemo yang memimpin jalan untuk mengarahkan Gara agar tak mengambil arah yang
salah. “arah sini!” ujar Chemo dengan tegas. Gara dan Chemo berlari sekencang
mungkin, hingga ia tiba didepan sebuah bukit yang curam, Gara membuka sedikit
pergelangan tangannya mengisyaratkan pada Chemo untuk meraihnya, dan mereka
menghilang seketika, hingga akhirnya mereka betiga tiba didasar bukit tepat
dihadapan sebuah sungai yang mengalir dengan derasnya. Gara berusaha menurunkan
Gloria agar ia tidak terjatuh, Gloria berkeringat dingin, suhu badannya
meningkat, Gara kembali menggendongnya mencari tempat nyaman untuk Gloria dapat
berbaring, hingga ia membuat daun daun berguguran hingga bertumpuk menjadi
sebuah oval tempat Gloria dapat berbaring dengan nyaman disana, Gara terduduk
tepat dihadapannya, “Bertahanlah, kau harus bertemu ayahmu, ingat itu, kau
harus bertemu dengannya!” ujar Gara, Gara menutup kedua matanya, berusaha
menstranfer sebagian energi yang ada didalamnya ketubuh Gloria, tongkat sihir
adalah perantara agar Gara dapat melakukan setiap magis yang dimilikinya,
hingga setitik cahaya berwarna biru api muncul dari ujung tongkat sihir Gara
dan cahaya itu terlepas dan melayang perlahan hingga cahaya itu masuk kedalam mulut
Gloria. Gara tahu semakin banyak ia menyembuhkan luka orang lain, sedikit demi
sedikit dari energi tubuhnya akan menghilang karena berpindah tempat, sejauh
ini Gara tak peduli jika semua energinya harus habis untuk melindungi Gloria,
untuk memastikan Gloria tetap bernafas sampai ia bertemu ayahnya bahkan jauh
setelah itu Gara ingin tetap menjaga senyuman Gloria.
“Chemo
tolong jaga Gloria, aku akan membuat mantra pertahanan disekitar kita agar
tidak ada yang bisa mengetahui keberadaan kita, termasuk para cxipto itu” tegas
Gara. “Baiklah, lakukan apa yang menurutmu baik, aku sudah cukup lelah
melakukan perjalanan ini!” ujar Chemo, “kau menyerah!” tegas Gara menatap tajam
kearah Chemo, “hey! Aku hanya ingin beristirahat! Pergi dan lakukanlah apa yang
kau ingin lakukan!” ujar Chemo seraya membaringkan tubuhnya disamping tubuh
Gloria. Gara melanjutkan langkah kakinya, ia tetap harus melakukan mantra
pertahanan dan mencari makanan untuk Gloria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar