Jumat, 17 April 2015

Tak bisakah terus mengirama?

"sahabat?" ujarku riang pada sosok yang kini berhadapan denganku dengan senyumannya yang selalu hangat dan ceria, "mmm.." ujarnya ringan dan akhirnya kita kembali melangkah bersama, mengirama... hal yang selalu aku inginkan sejak lama, bagaimana rasanya berjalan dengan ada seseorang disampingmu, melangkah bersama dalam satu irama. Kadang dalam diam aku menatap indah kearahnya, sosok yang kini kuanggap sebagai sahabat "ku coba, akan kucoba untuk tak kehilangan lagi, akan ku jaga persahabatan yang baru terjalin ini" ujarku untuk diriku sendiri. Aku suka bertukar kisah, untuk pertama kalinya sejak... entahlah, waktu yang lama, kini ada seseorang yang ingin berbagi kisah denganku, celotehannya yang selalu ceria, penuh ekpresi, aku tahu memang tak hanya aku, ada sosok lainnya dimana ia juga bertukar kisah tak hanya denganku, tak apa aku bahagia artinya sosok yang selalu membuatku nyaman dan riang itu memiliki banyak orang yang sayang disekelilingnya. Kadang aku merasa cemburu tapi ku tahu aku tak bisa memaksakan diriku untuk hanya menjadi satu satunya. Waktu terus berlalu kini berbeda, ceritanya tak jadi milikku, waktunya tak lagi denganku, ada jarak yang tak dapat kuukur diantara aku dan dia, masihlah ku anggap sahabat, bagaimanapun aku tetap ingin menjaganya. Tapi entah apa yang salah denganku, lagi pada akhirnya persahabatanku itu hanya sebuah kesemuan, ya dia pernah bilang jika dia tak pernah anggap aku sahabat tapi saat itu kuanggap sebagai gurauan karena nyatanya saat itu aku adalah kertas yang siap menjadi alas untuk setiap cerita yang ingin dia torehkan padaku. Aku yang tak banyak bertukar kisah karena memang tak ada yang mesti ku bagi, menyenangkan mendengarnya selalu riang bercerita apa saja padaku. Kini? tak lagi... sudah ku bilang kini berbeda aku yang "seperti ini" perlahan membuatnya tak nyaman lagi hingga akhirnya dia hanya bayangan yang tak akan melangkah lagi disampingku, mungkin tak akan kudengar lagi derap langkahnya. Tuhan.. salahku lagikah? lagi aku kehilangan yang mungkin tak sempat kumiliki sebenarnya. Ada kata dimana ia menyebutkan "teman" dan itu menggangguku, jikalah hanya sebatas itu, kurasa tak mengapa mungkin belum saatnya untuk memiliki seorang sahabat, tapi saat menyadari jika bahkan selama ini tak dianggapnya sebuah pertemanan... apalah yang kurasa selain terluka?. Ini kali ketiga, dan kurasa semuanya adalah salahku sampai mereka memutuskan pergi, tak sampai meninggalkanku memang, aku masih bisa melihatnya tapi ada lingkaran yang tak dapat kumasuk kedalamnya. Tuhan... baiklah tak apa, hanya kini biarkan ku jatuhkan air mataku (lagi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar