Jumat, 03 April 2015

FF_Sembilan

Silahkan baca cerita sebelumnya di FF_Delapan
Gara berhasil mendapatkan beberapa ikan dan buah buahan untuk Gloria dan Chemo, sesaat ia sampai ditempat Gloria, terlihat Chemo dan Gloria sedang berbincang, rasanya sudah sangat lama Gara tak melihat cara Gloria tertawa lepas dan tersenyum seperti saat ini, Gara memasang wajah cerianya saat melangkahkan kaki kakinya kearah Gloria dan Chemo “lihatlah, aku mendapatkan sesuatu untuk kalian!” ujar Gara, “makanlah ..” tambahnya seraya menyodorkan ikan dan buah buahan pada Gloria dan Chemo. “kau tersenyum? Aahhh rasanya aku merindukan bagaimana caramu tersenyum dan tertawa seperti tadi” ujar Gara, “bukan saatnya untuk melakukan perbincangan seperti ini! Cxipto telah melihatmu, kita semakin terancam dan harus lebih waspada!” ujar Chemo dengan makanan penuh didalam mulutnya, Gara dan Gloria tak sanggup melihat ekspresi wajah Chemo yang begitu jenaka, “haha.. tenanglah, kita masih bisa menghela nafas saat ini!” ujar Gara, “tunggu! Apa kau sakit? Wajahmu tak terlihat baik Gara” ujar Gloria “jangan pernah memanggilku Gara jika aku terlihat lemah! Kau lihat aku baik baik saja, bagaimana denganmu, justru dirimulah yang harus kau khawatirkan bukan?” ujar Gara mengalihkan pembicaraan, “kau benar, kau penyihir hebat, bahkan kau bisa menyembuhkan luka bukan, haaahh kau ingat saat pertama kali kita berpetualang mencari harta karun yang disembunyikan oleh pamanmu ketika kita kecil?” ujar Gloria menatap kearah birunya langit, “aku selalu mengingatnya” ujar Gara halus, “kau menangis saat seekor laba laba terjatuh dipundakmu, dan aku yang menyingkirkannya untukmu sampai aku tergigit oleh laba laba itu”—“yaa dan kau kesakitan saat itu” sela Gloria, “saat aku terjatuh dihamparan pasir hisap, kau ingat?” tambahnya, “yaa, dengan bodohnya aku ikut masuk kedalam pasir itu dan mendorongmu dari belakang sampai akhirnya kau selamat…”—“dan kau tenggelam sampai akhirnya pamanmu muncul” sela Gloria kembali, “dan harta karun itu hanyalah sebuah perkamen mengenai daftar belanjaan pamanku” ujar Gara dengan melepas tawanya yang lembut, “kau selalu melindungiku, tak peduli jika kau harus terluka untukku, atau bahkan memberikan nyawamu untukku” ujar lembut Gloria dan mengalihkan pandangannya tepat kearah mata Gara, Gara hanya tersenyum membalas tatapan Gloria, “kau—kau kakak yang sempurna!” lugas Gloria dan mengalihkan kembali pandangannya pada birunya langit seraya menghempaskan tubuhnya kehamparan dedaunan yang dibuat oleh Gara, untuk sesaat Gara hanya ingin bangkit dan pergi meninggalkan Gloria atas ucapan terakhirnya, namun jika itu yang diinginkan oleh Gloria, jika itu yang disukai dan dibutuhkan oleh Gloria darinya, rasanya itu lebih cukup untuk membuat Gara bertahan disamping gadis yang sangat dicintainya, jika menjadi seorang kakak adalah hal yang akan membuat Gloria selalu tersenyum, Gara akan tetap bertahan, “yaa akulah kakak terhebat untukmu bukan! Jadi jangan pernah coba untuk pergi dari kakakmu ini!” jelas Gara seraya menghempaskan tubuhnya disamping Gloria dan mengalihkan pandangannya kearah wajah Gloria, begitu pula Gloria yang membalas pandangan Gara “baiklah, tetaplah disisiku dan lindungilah adikmu ini!” ungkap Gloria, pandangan mereka berdua bersamaan beralih menikmati pemandangan yang ada diatas langit. ‘aku tak akan pernah membiarkan hal apapun menyakitimu, meski itu hanya seekor lalat’ ujar Gara dalam hatinya. Chemo menangis dengan cukup keras sehingga membuat Gara dan Gloria terkejut, “kalian—huaaa aku terharu, hiks hiks, aku jadi ingat kakakku yang mati karena diburu oleh manusia manusia jahat itu..” ujar Chemo, “tak semua manusia jahat Chemo” balas Gloria, “aku—aku tahu..” ujar kembali Chemo dengan sedikit isakan tangisnya, “hey kau harus makan!” ujar Gara pada Gloria dan bangkit dari sandarannya, “Chemo, tempat yang kau maksud, kemana kau akan membawa kami?” tambah Gara pada Chemo, “terlalu berbahaya jika aku membicarakannya disini, bahkan semut yang ada ditempat inipun bisa jadi adalah pengikut pangeran kegelapan, kau harus mulai mempelajari tentangnya, mempelajari bahwa hutan ini berbeda dengan hutan hutan yang lain” ujar Chemo, “baiklah aku mengerti, kita akan melanjutkan esok hari saat energi kalian benar benar pulih kembali” ujar Gara.
Malam tiba diiringi dengan bemunculannya benda benda langit yang menghiasi gelapnya malam, tiba tiba sebuah busur anak panah meluncur teapat dihadapan Gara dan Gloria, mereka dapat menghindari anak panah itu, Gloria menarik Chemo dari tidurnya, berusaha lari untuk menghindari anak anak panah yang terus bermunculan dalam gelapnya malam, “sekarang apa lagi?” ujar Gloria, “ kau ingat? Cxipto melihatku, dia pasti mengejar kita sekarang” ujar Gara yang mulai meraih lengan Gloria, “tak bisakah kau membuat kita menghilang sekarang Gara? Mereka tepat dibelakang kita!!!” ujar Gloria, “maaf untuk kali ini aku tak punya cukup energi untuk membuat kita menghilang dari tempat ini, tak bisakah kita hanya berlari sekarang?” jawab Gara, “Chemo naiklah kepundakku!” tambah Gara pada Chemo. Beberapa kali Gara mengeluarkan mantra mantranya untuk menjauhkan para Cxipto dari mereka, “Gara!!! Awas!” jelas Gloria sedikit mendorong Gara untuk mengindari anak panah yang nyaris mengenainya, mereka terus dan terus berlari, “Oh tidak.. lihat didepan, itu JURANG !” ujar Chemo menunjukan lengannya tepat didepan mereka, mereka berhenti sejenak, nafas mereka terengah engah, Gara dan Gloria berusaha mengatur nafas mereka, “Lompaaaat!!!” ujar Chemo,  tanpa berpikir panjang mereka melompat kedasar Jurang, setelah mereka menoleh kebelakang dan para Cxipto tepat dibelakang tak jauh dari mereka. Mereka berteriak sekeras yang mereka bisa, “Gara lakukan sesuatu!” teriak Gloria, Gara nampak kebingungan, dan ia ingat satu mantra seraya meraih tangan Gloria, dan mereka melayang seketika disaat hampir saja mereka terjatuh tersungkur pada hamparan bebatuan tepat dibawah mereka “aauuuuhhfff…” lepas Gloria. Akhirnya mereka dapat mendarat dengan sempurna.
“jangan pernah menyuruhku untuk lompat lagi Chemo!!!” gertak Gara, namun sama sekali tak ada respon, “Chemo!!!” ujar Gloria yang melihat Chemo terkulai lemah diantara bebatuan, sebuah anak panah persis tertancap di punggungnya, “tidak—tidak!! Chemo, bertahanlah” ujar Gloria ketakutan, Chemo tampak begitu lemah tak berdaya, Gara memeriksa detak jantung dan nafasnya, “dia sekarat!” ujar Gara menatap Gloria, “kau bisa mengobatinya Gara! Kau bisa!” tangkis Gloria berharap penuh pada Gara. Gara tahu racun yang menyebar pada Chemo sudah terlalu parah, dia butuh lebih banyak energi untuk menyembuhkan Chemo dan sedikit banyak hal itu akan berakibat buruk pada diri Gara sendiri, ia baru saja memberikan separuh energinya pada Gloria, ia belum terlalu pulih untuk mengobati Chemo, namun ia tahu Chemo adalah kunci untuk Gloria dalam menemukan ayahnya. “ayo disana ada sebuah gua! Kita obati dia disana Gara” ujar Gloria, Gara meraih Chemo dan membawanya ke gua yang dilihat Gloria,
Gara meletakan tubuh Chemo tepat dihadapannya, bagaimanapun ia harus menyembuhkan Chemo, Gara menutup matanya, dan mengeluarkan sebagian lain dari energinya, sebuah titik cahaya muncul dari tongkat sihir Gara, cahaya biru api itu perlahan terlepas dan masuk kedalam mulut Chemo, namun Gara tahu ini tak cukup untuk menetralisir racun yang kini telah menyebar dihampir seluruh tubuh Chemo, Gara mengerahkan semua energi yang dimilikinya, hingga ia tak sadarkan diri setelah cahaya lain muncul dari tongkat sihirnya dan kembali masuk dalam mulut Chemo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar