Silahkan
baca cerita sebelumnya di FF_Delapan
Gara
berhasil mendapatkan beberapa ikan dan buah buahan untuk Gloria dan Chemo,
sesaat ia sampai ditempat Gloria, terlihat Chemo dan Gloria sedang berbincang,
rasanya sudah sangat lama Gara tak melihat cara Gloria tertawa lepas dan
tersenyum seperti saat ini, Gara memasang wajah cerianya saat melangkahkan kaki
kakinya kearah Gloria dan Chemo “lihatlah, aku mendapatkan sesuatu untuk
kalian!” ujar Gara, “makanlah ..” tambahnya seraya menyodorkan ikan dan buah buahan
pada Gloria dan Chemo. “kau tersenyum? Aahhh rasanya aku merindukan bagaimana
caramu tersenyum dan tertawa seperti tadi” ujar Gara, “bukan saatnya untuk
melakukan perbincangan seperti ini! Cxipto telah melihatmu, kita semakin
terancam dan harus lebih waspada!” ujar Chemo dengan makanan penuh didalam
mulutnya, Gara dan Gloria tak sanggup melihat ekspresi wajah Chemo yang begitu
jenaka, “haha.. tenanglah, kita masih bisa menghela nafas saat ini!” ujar Gara,
“tunggu! Apa kau sakit? Wajahmu tak terlihat baik Gara” ujar Gloria “jangan
pernah memanggilku Gara jika aku terlihat lemah! Kau lihat aku baik baik saja,
bagaimana denganmu, justru dirimulah yang harus kau khawatirkan bukan?” ujar
Gara mengalihkan pembicaraan, “kau benar, kau penyihir hebat, bahkan kau bisa
menyembuhkan luka bukan, haaahh kau ingat saat pertama kali kita berpetualang
mencari harta karun yang disembunyikan oleh pamanmu ketika kita kecil?” ujar
Gloria menatap kearah birunya langit, “aku selalu mengingatnya” ujar Gara
halus, “kau menangis saat seekor laba laba terjatuh dipundakmu, dan aku yang
menyingkirkannya untukmu sampai aku tergigit oleh laba laba itu”—“yaa dan kau
kesakitan saat itu” sela Gloria, “saat aku terjatuh dihamparan pasir hisap, kau
ingat?” tambahnya, “yaa, dengan bodohnya aku ikut masuk kedalam pasir itu dan
mendorongmu dari belakang sampai akhirnya kau selamat…”—“dan kau tenggelam
sampai akhirnya pamanmu muncul” sela Gloria kembali, “dan harta karun itu
hanyalah sebuah perkamen mengenai daftar belanjaan pamanku” ujar Gara dengan
melepas tawanya yang lembut, “kau selalu melindungiku, tak peduli jika kau
harus terluka untukku, atau bahkan memberikan nyawamu untukku” ujar lembut
Gloria dan mengalihkan pandangannya tepat kearah mata Gara, Gara hanya
tersenyum membalas tatapan Gloria, “kau—kau kakak yang sempurna!” lugas Gloria
dan mengalihkan kembali pandangannya pada birunya langit seraya menghempaskan
tubuhnya kehamparan dedaunan yang dibuat oleh Gara, untuk sesaat Gara hanya
ingin bangkit dan pergi meninggalkan Gloria atas ucapan terakhirnya, namun jika
itu yang diinginkan oleh Gloria, jika itu yang disukai dan dibutuhkan oleh
Gloria darinya, rasanya itu lebih cukup untuk membuat Gara bertahan disamping
gadis yang sangat dicintainya, jika menjadi seorang kakak adalah hal yang akan
membuat Gloria selalu tersenyum, Gara akan tetap bertahan, “yaa akulah kakak
terhebat untukmu bukan! Jadi jangan pernah coba untuk pergi dari kakakmu ini!”
jelas Gara seraya menghempaskan tubuhnya disamping Gloria dan mengalihkan
pandangannya kearah wajah Gloria, begitu pula Gloria yang membalas pandangan
Gara “baiklah, tetaplah disisiku dan lindungilah adikmu ini!” ungkap Gloria,
pandangan mereka berdua bersamaan beralih menikmati pemandangan yang ada diatas
langit. ‘aku tak akan pernah membiarkan hal apapun menyakitimu, meski itu hanya
seekor lalat’ ujar Gara dalam hatinya. Chemo menangis dengan cukup keras
sehingga membuat Gara dan Gloria terkejut, “kalian—huaaa aku terharu, hiks
hiks, aku jadi ingat kakakku yang mati karena diburu oleh manusia manusia jahat
itu..” ujar Chemo, “tak semua manusia jahat Chemo” balas Gloria, “aku—aku
tahu..” ujar kembali Chemo dengan sedikit isakan tangisnya, “hey kau harus
makan!” ujar Gara pada Gloria dan bangkit dari sandarannya, “Chemo, tempat yang
kau maksud, kemana kau akan membawa kami?” tambah Gara pada Chemo, “terlalu
berbahaya jika aku membicarakannya disini, bahkan semut yang ada ditempat
inipun bisa jadi adalah pengikut pangeran kegelapan, kau harus mulai
mempelajari tentangnya, mempelajari bahwa hutan ini berbeda dengan hutan hutan
yang lain” ujar Chemo, “baiklah aku mengerti, kita akan melanjutkan esok hari
saat energi kalian benar benar pulih kembali” ujar Gara.
Malam
tiba diiringi dengan bemunculannya benda benda langit yang menghiasi gelapnya
malam, tiba tiba sebuah busur anak panah meluncur teapat dihadapan Gara dan
Gloria, mereka dapat menghindari anak panah itu, Gloria menarik Chemo dari
tidurnya, berusaha lari untuk menghindari anak anak panah yang terus
bermunculan dalam gelapnya malam, “sekarang apa lagi?” ujar Gloria, “ kau
ingat? Cxipto melihatku, dia pasti mengejar kita sekarang” ujar Gara yang mulai
meraih lengan Gloria, “tak bisakah kau membuat kita menghilang sekarang Gara?
Mereka tepat dibelakang kita!!!” ujar Gloria, “maaf untuk kali ini aku tak
punya cukup energi untuk membuat kita menghilang dari tempat ini, tak bisakah
kita hanya berlari sekarang?” jawab Gara, “Chemo naiklah kepundakku!” tambah
Gara pada Chemo. Beberapa kali Gara mengeluarkan mantra mantranya untuk
menjauhkan para Cxipto dari mereka, “Gara!!! Awas!” jelas Gloria sedikit
mendorong Gara untuk mengindari anak panah yang nyaris mengenainya, mereka
terus dan terus berlari, “Oh tidak.. lihat didepan, itu JURANG !” ujar Chemo
menunjukan lengannya tepat didepan mereka, mereka berhenti sejenak, nafas
mereka terengah engah, Gara dan Gloria berusaha mengatur nafas mereka,
“Lompaaaat!!!” ujar Chemo, tanpa
berpikir panjang mereka melompat kedasar Jurang, setelah mereka menoleh
kebelakang dan para Cxipto tepat dibelakang tak jauh dari mereka. Mereka
berteriak sekeras yang mereka bisa, “Gara lakukan sesuatu!” teriak Gloria, Gara
nampak kebingungan, dan ia ingat satu mantra seraya meraih tangan Gloria, dan
mereka melayang seketika disaat hampir saja mereka terjatuh tersungkur pada
hamparan bebatuan tepat dibawah mereka “aauuuuhhfff…” lepas Gloria. Akhirnya
mereka dapat mendarat dengan sempurna.
“jangan
pernah menyuruhku untuk lompat lagi Chemo!!!” gertak Gara, namun sama sekali
tak ada respon, “Chemo!!!” ujar Gloria yang melihat Chemo terkulai lemah
diantara bebatuan, sebuah anak panah persis tertancap di punggungnya,
“tidak—tidak!! Chemo, bertahanlah” ujar Gloria ketakutan, Chemo tampak begitu
lemah tak berdaya, Gara memeriksa detak jantung dan nafasnya, “dia sekarat!”
ujar Gara menatap Gloria, “kau bisa mengobatinya Gara! Kau bisa!” tangkis
Gloria berharap penuh pada Gara. Gara tahu racun yang menyebar pada Chemo sudah
terlalu parah, dia butuh lebih banyak energi untuk menyembuhkan Chemo dan
sedikit banyak hal itu akan berakibat buruk pada diri Gara sendiri, ia baru
saja memberikan separuh energinya pada Gloria, ia belum terlalu pulih untuk
mengobati Chemo, namun ia tahu Chemo adalah kunci untuk Gloria dalam menemukan
ayahnya. “ayo disana ada sebuah gua! Kita obati dia disana Gara” ujar Gloria,
Gara meraih Chemo dan membawanya ke gua yang dilihat Gloria,
Gara
meletakan tubuh Chemo tepat dihadapannya, bagaimanapun ia harus menyembuhkan
Chemo, Gara menutup matanya, dan mengeluarkan sebagian lain dari energinya,
sebuah titik cahaya muncul dari tongkat sihir Gara, cahaya biru api itu
perlahan terlepas dan masuk kedalam mulut Chemo, namun Gara tahu ini tak cukup
untuk menetralisir racun yang kini telah menyebar dihampir seluruh tubuh Chemo,
Gara mengerahkan semua energi yang dimilikinya, hingga ia tak sadarkan diri
setelah cahaya lain muncul dari tongkat sihirnya dan kembali masuk dalam mulut
Chemo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar