Silahkan
baca cerita sebelumnya di FF_Enam belas
Semuanya
kini berkumpul, semua pasukan yang tersisa menunggu perintah dari tuannya, tuan
Alex memerhatikan keadaan sekelilingnya dilihatnya hanya sedikit pasukan yang
dimilikinya, dilihatnya orang orang yang harus ikut berjuang untuk melindungi
batu dewa, tuan Alex menatap dalam dalam putrinya, ia tak ingin kehilangannya
lagi untuk kedua kalinya. “kini aku tak dapat memantau kembali pikiran pangeran
kegelapan, aku bahkan tak bisa melihat penyerangan hari ini, dan terlalu banyak
dari kita yang gugur, namun aku masih bisa melihat seberapa kuat pasukan yang
dimiliknya” ujar tuan Alex, dan terlihat raut raut wajah yang mulai pesimis
akan semua hal yang mungkin terjadi, semuanya menghela nafas secara perlahan
beberapa menundukan kepala mereka seolah mereka tak tahu lagi bagaimana mereka
harus bertidak, “kau menyerah!” tegas salah satu diantara pasukannya, seekor
tikus kecil bahkan lebih kecil dari Haxio muncul kepermukaan, dengan gagah ia
menunjukan pedangnya “itukah yang dilakukan oleh seorang pemimpin pasukan perang?
Menyerah?” ujarnya, “jangan pernah memulai untuk sesuatu yang tak ingin kau
akhiri tuan!” jelasnya lagi. “dia benar!” tegas Halley melangkahkan kakinya
hingga kini ia benar benar ada ditengah tengah pasukan, “dari jumlah mereka
memang lebih banyak, tubuh tubuh mereka juga jauh lebih besar dari kita! Lalu
apa yang salah!” ujarnya dengan lantang, “kita masih bisa mengatur strategi
peperangan kita, mungkin mereka jauh lebih tangguh, tapi kita? Kita jauh lebih
pintar dari mereka bukan?” jelas Halley, “lalu apa yang akan kita lakukan?
Lebih mudah hanya dengan berkata!” seru salah satu serigala yang ada ditempat
itu, “jadi apa kau ingin menyerah? Tunduk dibawah pangeran kegelapan? Menjadi
budaknya seumur hidupmu?” ujar Halley dengan nada suara yang cukup tinggi
menatap tajam kesekelilingnya, “jika kita harus kalah, itu bukan karena kita
mengalah atau bahkan mundur, jadilah pemberani! Kau takut pada kematian? Bahkan
jika kau menyerah sekalipun pangeran kegelapan tak akan membiarkan kalian
merasakan kehidupan!” tambah Gara membantu Halley, “kita akan mengatur strategi
kembali, dan aku yakin itu akan berhasil” ujar Halley, “kalian bersama kami?”
tambah Gara mengangkat tinggi pedang ditangannya, Halley melakukan hal yang
sama disusul Gloria, tuan Titan, Tuan Alex dan Haxio, untuk beberapa saat tak
ada reaksi yang ditimbulkan dari pasukan perang, namun perlahan mereka
melangkahkan kakinya satu langkah kedepan dan beberapa mengangkat pedang
mereka, bersorak untuk tetap melawan pangeran kegelapan, mata Gara dan Halley
bertemu mereka saling tersenyum karena berhasil meyakinkan pasukan mereka.
Malam
semakin larut, “Gara! Gloria! Kemarilah” ujar tuan Alex, “minumlah ini!”
tambahnya menyodorkan dua gelas ramuan yang telah dibuatnya, ramuan dengan
nyala berwarna biru. “Aku tak ingin kalian saling menyakiti satu sama lain,
rasanya akan terasa sakit, tapi setelah itu koneksi diantara kalian akan
terputus” jelas tuan Alex, Gloria dan Gara meraih gelas itu, saling memandang
satu sama lain, “anda yakin ini akan berhasil tuan?” ujar Gara ragu, “sudahku
bilang magis yang dimiliki batu dewa
lebih dari cukup untuk memutuskan
koneksi diantara kalian” ujar tuan Alex. Gloria mulai meminum ramuan itu
dan kemudian Gara juga melakukannya, mereka sama sama berhenti pada satu
tegukan pertama, raut wajah mereka sungguh mengerikan, mereka seperti meminum
sesuatu yang menjijikan, “apa yang kalian harapkan? Segelas jus apel?” ujar
tuan Alex, mereka berdua meminumnya kembali memastikan mereka tak akan berhenti
sampai gelas itu benar benar kosong, Gara mulai menjerit kesekitan dan
menjatuhkan gelas miliknya, tubuhnya ambruk, dan ia meringkuk kesakitan, tak
lama hal serupa dialami Gloria, Halley dengan cepat meraih Gloria agar tak
terjatuh, tubuhnya menopang Gloria, tangannya mencengkram tangan Gloria, mereka
berdua benar benar kesakitan, tuan Alex mencoba menenangkan Gara, “apa kau
ingin membunuhku!” tegas Gara kesakitan, matanya membelalak, dan tubuhnya penuh
dengan keringat. “bertahanlah, tak akan lama!” jelas tuan Alex, butuh cukup
waktu hingga jeritan kesakitan mereka melemah, Halley dapat merasakan
cengkraman kuat dari Gloria perlahan lahan melemah hingga akhirnya mereka
berdua tak sadarkan diri. Halley merangkul Gloria membantunya agar Gloria dapat
berbaring dengan nyaman.
“biarkan
mereka beristirahat!” jelas tuan Titan memastikan Halley dapat sejenak
meninggalkan Gloria, “Jack..” ujar tuan Titan “apa menurutmu yang sedang
terjadi dengannya sekarang? Akankah ia membocorkan mengenai segala sesuatu yang
ia ketahui seperti dulu?” tambah tuan Titan pada tuan Alex, “jika itu sengaja..
aku rasa itu tidak akan terjadi, tapi jika pangeran kegelapan mempengaruhi
kesadaran Jack itu bisa saja terjadi” jelas tuan Alex yang kini terduduk
disamping putrinya, “dia bisa melakukan itu?” ujar Halley, “aku rasa…” ujar
tuan Alex, “bukankah kau bisa melakukan kontak dengan tuan Jack sebelumnya? Kau
tak mencoba melakukannya sekarang?” tambah Halley, “aku sudah pernah mencobanya
tapi tak berhasil” jawab tuan Alex, “sudahlah Halley kau harus beristirahat
sekarang!” seru tuan Titan.
…
Gara
perlahan mulai membuka matanya, tidak dilihatnya seorangpun berada
disekitarnya, ia mencoba bangkit dan mengambil langkah, dilihatnya Gloria
tengah bersama Halley terlihat sedang berlatih anak panah, Gara mengamati sisi
lainnya dilihatnya Haxio sedang berlatih dengan pedangnya, semua pasukan kini
tengah bersiap untuk segala kemungkinan, Gara mengambil pedang dan tongkat
sihirnya, menghambil nafas yang cukup dalam kemudian menghempaskannya, ia masih
terdiam, mencoba untuk merasakan dan masuk kedalam pikiran Gloria namun tak
ditemukannya apapun, ‘ramuan itu benar benar bekerja’ pikir Gara dalam
benaknya, meski begitu Gara kini sangat lemah, ia terlalu sering membagi
energinya terakhir ia berikan pada Gloria, sekali lagi ia membagi energinya maka
entah apa yang bisa terjadi pada tubuh Gara.
Gara
mulai melangkahkan kaki kakinya, mencari suatu tempat untuk berlatih seorang
diri, ia juga harus memperoleh energi baru jika ia bisa, ia mencoba melakukan
beberapa magis, magis yang dimilikinya masih cukup kuat dalam bereaksi, Gara
memunculkan setangkai bunga lily melalui tongkat sihirnya membuat bunga itu
melayang tepat dihadapannya, “kau merindukanku?” ujar Halley dari arah belakang
tubuh Gara, Gara yang sedikit terkejut membuat bunga lily itu terjatuh,
“kau—merindukanmu? Aku bahkan sangat ingin membunuhmu!” ujar Gara tajam pada
Halley, “kita harus berlatih bukan? Ayolah! Kita uji seberapa kuat kau kini”
tantang Halley, Gara dengan sigap mengeluarkan pedangnya dan menunjukannya
tepat kearah Halley, “bersiaplah!” tegas Gara, “aku tak akan berhati hati
lagi!” jelas Halley, ia tahu jika kini meski ia melukai Gara tak akan terjadi
hal apapun pada Gloria. Halley bersiap dengan pedang ditangannya, memutar
mutarkannya dan berputar mengelilingi Gara, “ada yang ingin aku tanyakan
padamu” ujar Halley tenang dengan sedikit memainkan pedang ditangannya, “apa?
Apa kau akan bertanya mengenai Gloria?” ujar Gara yang mulai sedikit rileks
dengan pedangnya dan mencoba untuk menyimpan tongkat sihirnya kedalam bajunya,
“kalungmu!” jelas Halley dan mengayunkannya tepat kearah Gara dan Gara berhasil
menangkisnya sehingga pedang mereka saling beradu, “maksudmu?” ujar Gara dan
memberi penekanan pada pedang milik Halley kemudian memutarnya, sehingga posisi
pedang Halley tepat mengarah kehamparan rerumputan, Halley melakukan pergerakan
dan mencoba untuk melawan hingga pedang mereka kembali beradu, “sewaktu kalian
sekarat, saat Gloria terkena anak panah yang beracun, saat kalung pemberian
tuan Alex meredup, kalung milikmu mengeluarkan cahaya yang cukup besar sehingga
kalian tersadar pada akhirnya” ujar Halley yang kemudian menekan pedang milik
Gara dengan pedangnya, satu ayunan dari pedang Gara dan itu menjatuhkan pedang
Halley dan kini ujung pedang Gara hampir menyentuh leher Halley yang terjatuh
tepat dihadapannya, “itu bukan urusanmu bukan?” jelas Gara dan menarik kembali
pedangnya, berjalan perlahan meraih pedang Halley yang terjatuh dan melemparnya
kearah Halley, tentu Halley berhasil menangkapnya dan kemudian bangkit, “hanya penasaran”
lugas Halley menatap tajam pada Gara, mereka terdiam Gara terdengar mengambil
nafas kemudian menghempaskannya berjalan dan duduk dihamparan rerumputan
memandangi bukit yang jauh berada disebrangnya, “racun itu hanya bekerja pada
Gloria tidak untukku, namun tubuhku tetap menerima reaksi yang sama, kalung itu
aku buat khusus untuk melindungi Gloria, dan aku memasukannya sebagian dari
energi dalam tubuhku, kalung ayahnya memang bekerja untuk mematikan racun yang
terus menjalar pada tubuh Gloria, namun tidak cukup kuat, hingga akhirnya
kalung dariku merespon dan mengeluarkan energi yang aku simpan didalamnya, dan
tubuhku juga melakukan hal yang sama aku menambah jumlah energy untuk dapat
menyelamatkan Gloria, tapi aku tidak yakin dengan efek cahaya yang
dihasilkannya, mungkin karena magis dari rubiku dan batu tuan Alex bertemu
sehingga tadi kau mengatakan jika efek cahaya yang dihasilkannya cukup besar”
ujar Gara. Halley yang telah terduduk disamping Gara terlihat seperti
memikirkan sesuatu, “sebesar itukah rasa kau ingin melindunginya?” ujarnya
perlahan tanpa memandang Gara sedikitpun, “jauh lebih besar dari yang kau bisa
bayangkan, kau juga harus melakukan itu, karena—mungkin nanti aku tak bisa
melakukannya” ujar Gara menepuk pundak Halley dan pergi begitu saja, langkah
langkah kaki Gara sungguh terasa berat, tapi jika ia harus melepas Gloria—saat
ia tidak bisa melindunginya lagi maka ia hanya ingin melepasnya pada Halley.
Halley bangkit dan memandang kearah Gara hingga Gara menghilang dari
pandangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar