Jumat, 03 April 2015

FF_Tujuh Belas

Silahkan baca cerita sebelumnya di FF_Enam belas
Semuanya kini berkumpul, semua pasukan yang tersisa menunggu perintah dari tuannya, tuan Alex memerhatikan keadaan sekelilingnya dilihatnya hanya sedikit pasukan yang dimilikinya, dilihatnya orang orang yang harus ikut berjuang untuk melindungi batu dewa, tuan Alex menatap dalam dalam putrinya, ia tak ingin kehilangannya lagi untuk kedua kalinya. “kini aku tak dapat memantau kembali pikiran pangeran kegelapan, aku bahkan tak bisa melihat penyerangan hari ini, dan terlalu banyak dari kita yang gugur, namun aku masih bisa melihat seberapa kuat pasukan yang dimiliknya” ujar tuan Alex, dan terlihat raut raut wajah yang mulai pesimis akan semua hal yang mungkin terjadi, semuanya menghela nafas secara perlahan beberapa menundukan kepala mereka seolah mereka tak tahu lagi bagaimana mereka harus bertidak, “kau menyerah!” tegas salah satu diantara pasukannya, seekor tikus kecil bahkan lebih kecil dari Haxio muncul kepermukaan, dengan gagah ia menunjukan pedangnya “itukah yang dilakukan oleh seorang pemimpin pasukan perang? Menyerah?” ujarnya, “jangan pernah memulai untuk sesuatu yang tak ingin kau akhiri tuan!” jelasnya lagi. “dia benar!” tegas Halley melangkahkan kakinya hingga kini ia benar benar ada ditengah tengah pasukan, “dari jumlah mereka memang lebih banyak, tubuh tubuh mereka juga jauh lebih besar dari kita! Lalu apa yang salah!” ujarnya dengan lantang, “kita masih bisa mengatur strategi peperangan kita, mungkin mereka jauh lebih tangguh, tapi kita? Kita jauh lebih pintar dari mereka bukan?” jelas Halley, “lalu apa yang akan kita lakukan? Lebih mudah hanya dengan berkata!” seru salah satu serigala yang ada ditempat itu, “jadi apa kau ingin menyerah? Tunduk dibawah pangeran kegelapan? Menjadi budaknya seumur hidupmu?” ujar Halley dengan nada suara yang cukup tinggi menatap tajam kesekelilingnya, “jika kita harus kalah, itu bukan karena kita mengalah atau bahkan mundur, jadilah pemberani! Kau takut pada kematian? Bahkan jika kau menyerah sekalipun pangeran kegelapan tak akan membiarkan kalian merasakan kehidupan!” tambah Gara membantu Halley, “kita akan mengatur strategi kembali, dan aku yakin itu akan berhasil” ujar Halley, “kalian bersama kami?” tambah Gara mengangkat tinggi pedang ditangannya, Halley melakukan hal yang sama disusul Gloria, tuan Titan, Tuan Alex dan Haxio, untuk beberapa saat tak ada reaksi yang ditimbulkan dari pasukan perang, namun perlahan mereka melangkahkan kakinya satu langkah kedepan dan beberapa mengangkat pedang mereka, bersorak untuk tetap melawan pangeran kegelapan, mata Gara dan Halley bertemu mereka saling tersenyum karena berhasil meyakinkan pasukan mereka.
Malam semakin larut, “Gara! Gloria! Kemarilah” ujar tuan Alex, “minumlah ini!” tambahnya menyodorkan dua gelas ramuan yang telah dibuatnya, ramuan dengan nyala berwarna biru. “Aku tak ingin kalian saling menyakiti satu sama lain, rasanya akan terasa sakit, tapi setelah itu koneksi diantara kalian akan terputus” jelas tuan Alex, Gloria dan Gara meraih gelas itu, saling memandang satu sama lain, “anda yakin ini akan berhasil tuan?” ujar Gara ragu, “sudahku bilang magis yang dimiliki  batu dewa lebih dari cukup untuk memutuskan  koneksi diantara kalian” ujar tuan Alex. Gloria mulai meminum ramuan itu dan kemudian Gara juga melakukannya, mereka sama sama berhenti pada satu tegukan pertama, raut wajah mereka sungguh mengerikan, mereka seperti meminum sesuatu yang menjijikan, “apa yang kalian harapkan? Segelas jus apel?” ujar tuan Alex, mereka berdua meminumnya kembali memastikan mereka tak akan berhenti sampai gelas itu benar benar kosong, Gara mulai menjerit kesekitan dan menjatuhkan gelas miliknya, tubuhnya ambruk, dan ia meringkuk kesakitan, tak lama hal serupa dialami Gloria, Halley dengan cepat meraih Gloria agar tak terjatuh, tubuhnya menopang Gloria, tangannya mencengkram tangan Gloria, mereka berdua benar benar kesakitan, tuan Alex mencoba menenangkan Gara, “apa kau ingin membunuhku!” tegas Gara kesakitan, matanya membelalak, dan tubuhnya penuh dengan keringat. “bertahanlah, tak akan lama!” jelas tuan Alex, butuh cukup waktu hingga jeritan kesakitan mereka melemah, Halley dapat merasakan cengkraman kuat dari Gloria perlahan lahan melemah hingga akhirnya mereka berdua tak sadarkan diri. Halley merangkul Gloria membantunya agar Gloria dapat berbaring dengan nyaman.
“biarkan mereka beristirahat!” jelas tuan Titan memastikan Halley dapat sejenak meninggalkan Gloria, “Jack..” ujar tuan Titan “apa menurutmu yang sedang terjadi dengannya sekarang? Akankah ia membocorkan mengenai segala sesuatu yang ia ketahui seperti dulu?” tambah tuan Titan pada tuan Alex, “jika itu sengaja.. aku rasa itu tidak akan terjadi, tapi jika pangeran kegelapan mempengaruhi kesadaran Jack itu bisa saja terjadi” jelas tuan Alex yang kini terduduk disamping putrinya, “dia bisa melakukan itu?” ujar Halley, “aku rasa…” ujar tuan Alex, “bukankah kau bisa melakukan kontak dengan tuan Jack sebelumnya? Kau tak mencoba melakukannya sekarang?” tambah Halley, “aku sudah pernah mencobanya tapi tak berhasil” jawab tuan Alex, “sudahlah Halley kau harus beristirahat sekarang!” seru tuan Titan.
Gara perlahan mulai membuka matanya, tidak dilihatnya seorangpun berada disekitarnya, ia mencoba bangkit dan mengambil langkah, dilihatnya Gloria tengah bersama Halley terlihat sedang berlatih anak panah, Gara mengamati sisi lainnya dilihatnya Haxio sedang berlatih dengan pedangnya, semua pasukan kini tengah bersiap untuk segala kemungkinan, Gara mengambil pedang dan tongkat sihirnya, menghambil nafas yang cukup dalam kemudian menghempaskannya, ia masih terdiam, mencoba untuk merasakan dan masuk kedalam pikiran Gloria namun tak ditemukannya apapun, ‘ramuan itu benar benar bekerja’ pikir Gara dalam benaknya, meski begitu Gara kini sangat lemah, ia terlalu sering membagi energinya terakhir ia berikan pada Gloria, sekali lagi ia membagi energinya maka entah apa yang bisa terjadi pada tubuh Gara.
Gara mulai melangkahkan kaki kakinya, mencari suatu tempat untuk berlatih seorang diri, ia juga harus memperoleh energi baru jika ia bisa, ia mencoba melakukan beberapa magis, magis yang dimilikinya masih cukup kuat dalam bereaksi, Gara memunculkan setangkai bunga lily melalui tongkat sihirnya membuat bunga itu melayang tepat dihadapannya, “kau merindukanku?” ujar Halley dari arah belakang tubuh Gara, Gara yang sedikit terkejut membuat bunga lily itu terjatuh, “kau—merindukanmu? Aku bahkan sangat ingin membunuhmu!” ujar Gara tajam pada Halley, “kita harus berlatih bukan? Ayolah! Kita uji seberapa kuat kau kini” tantang Halley, Gara dengan sigap mengeluarkan pedangnya dan menunjukannya tepat kearah Halley, “bersiaplah!” tegas Gara, “aku tak akan berhati hati lagi!” jelas Halley, ia tahu jika kini meski ia melukai Gara tak akan terjadi hal apapun pada Gloria. Halley bersiap dengan pedang ditangannya, memutar mutarkannya dan berputar mengelilingi Gara, “ada yang ingin aku tanyakan padamu” ujar Halley tenang dengan sedikit memainkan pedang ditangannya, “apa? Apa kau akan bertanya mengenai Gloria?” ujar Gara yang mulai sedikit rileks dengan pedangnya dan mencoba untuk menyimpan tongkat sihirnya kedalam bajunya, “kalungmu!” jelas Halley dan mengayunkannya tepat kearah Gara dan Gara berhasil menangkisnya sehingga pedang mereka saling beradu, “maksudmu?” ujar Gara dan memberi penekanan pada pedang milik Halley kemudian memutarnya, sehingga posisi pedang Halley tepat mengarah kehamparan rerumputan, Halley melakukan pergerakan dan mencoba untuk melawan hingga pedang mereka kembali beradu, “sewaktu kalian sekarat, saat Gloria terkena anak panah yang beracun, saat kalung pemberian tuan Alex meredup, kalung milikmu mengeluarkan cahaya yang cukup besar sehingga kalian tersadar pada akhirnya” ujar Halley yang kemudian menekan pedang milik Gara dengan pedangnya, satu ayunan dari pedang Gara dan itu menjatuhkan pedang Halley dan kini ujung pedang Gara hampir menyentuh leher Halley yang terjatuh tepat dihadapannya, “itu bukan urusanmu bukan?” jelas Gara dan menarik kembali pedangnya, berjalan perlahan meraih pedang Halley yang terjatuh dan melemparnya kearah Halley, tentu Halley berhasil menangkapnya dan kemudian bangkit, “hanya penasaran” lugas Halley menatap tajam pada Gara, mereka terdiam Gara terdengar mengambil nafas kemudian menghempaskannya berjalan dan duduk dihamparan rerumputan memandangi bukit yang jauh berada disebrangnya, “racun itu hanya bekerja pada Gloria tidak untukku, namun tubuhku tetap menerima reaksi yang sama, kalung itu aku buat khusus untuk melindungi Gloria, dan aku memasukannya sebagian dari energi dalam tubuhku, kalung ayahnya memang bekerja untuk mematikan racun yang terus menjalar pada tubuh Gloria, namun tidak cukup kuat, hingga akhirnya kalung dariku merespon dan mengeluarkan energi yang aku simpan didalamnya, dan tubuhku juga melakukan hal yang sama aku menambah jumlah energy untuk dapat menyelamatkan Gloria, tapi aku tidak yakin dengan efek cahaya yang dihasilkannya, mungkin karena magis dari rubiku dan batu tuan Alex bertemu sehingga tadi kau mengatakan jika efek cahaya yang dihasilkannya cukup besar” ujar Gara. Halley yang telah terduduk disamping Gara terlihat seperti memikirkan sesuatu, “sebesar itukah rasa kau ingin melindunginya?” ujarnya perlahan tanpa memandang Gara sedikitpun, “jauh lebih besar dari yang kau bisa bayangkan, kau juga harus melakukan itu, karena—mungkin nanti aku tak bisa melakukannya” ujar Gara menepuk pundak Halley dan pergi begitu saja, langkah langkah kaki Gara sungguh terasa berat, tapi jika ia harus melepas Gloria—saat ia tidak bisa melindunginya lagi maka ia hanya ingin melepasnya pada Halley. Halley bangkit dan memandang kearah Gara hingga Gara menghilang dari pandangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar