Silahkan
baca cerita sebelumnya di FF_ Lima
“Tuan…”
ujar salah satu Cxipto, berlutut dihadapan sosok mahluk yang memakai jubah
hitam, “sepertinya ada manusia yang terlalu jauh berkemah dihutan terlarang,
hamba menemukan sebuat tenda di arah timur” tambahnya. Sosok penuh kegelapan
itu terdiam, duduk disinggasana sebuah gua didalam ngarai yang sangat dalam,
mustahil untuk menggapainya jika tidak memiliki magis. “manusia katamu!!!”
tegasnya dengan suara yang penuh murka “dan kau—kau tidak berhasil menangkapnya!!!
Kau….” Tegas suara itu lagi, mengangkat tubuh Cxipto itu hanya dengan
pikirannya, Cxipto itu terlihat kesakitan, rambut rambut ularnya menjerit dan
bahkan ia tidak bisa merasakan nafasnya, lalu Cxipto itu dijatuhkannya,
“ma—ma—maafkan hamba tuan, tenda itu kosong—sepertinya mereka pergi sebelum hamba tiba” jelas Cxipto
dengan nada kesakitan. “Tapi… hamba menangkap seekor serigala” tambahnya lagi
berharap ini akan sedikit membuat pangeran kegelapan terhibur. “manusia
serigala” jelas Cxipto, “sepertinya dia adalah salah satu dari mereka”
tambahnya lagi. “aahh—manusia serigala… bawa dia padaku!” sentak pangeran
kegelapan, jubah hitam terhembuskan saat dia berdiri dengan segala keangkuhan
dan kekuatan yang ia miliki.
Para
Cxipto yang lain membawanya, manusia serigala itu adalah Halley, dan dia
menjadi sebuah batu saat menatap Cxipto diperkemahan, pangeran kegelapan
menatapnya dan mengubah Halley menjadi seperti semula, dengan membutakan
matanya, agar dia tidak bisa melihat Cxipto yang dapat mengubahnya menjadi batu
kembali. Halley menjerit dalam kesakitannya saat pangeran kegelapan membutakan
kedua matanya, terlihat darah keluar dari pelupuk matanya. “aaarrgghh—apa—apa
yang kau lakukan, dan—dan apa yang kau inginkan dariku—aaaarrggh !” teriaknya
kesakitan. “kau! Apa yang kau lakukan didaerah kekuasaanku! Aaahh—dan kau
berteman dengan manusia? Mereka pasti memiliki keberanian besar sampai sejauh
ini mendirikan sebuah tenda diwilayahku!!!” bentak pangeran kegelapan. Halley
berusaha bangkit, ia berdiri ditengah rasa sakitnya, Gara dan Gloria yang ada
dalam benaknya, apakah mereka lolos atau mereka tertangkap, Halley tidak dapat mengetahuinya. Halley
berteriak merintih kesakitan sekali lagi, sesuatu seperti mencambuk tubuhnya,
“kau—kau tidak menjawab pertanyaanku!!!” keras pangeran kegelapan, ia bermain
dengan pikirannya memaksa Halley berbicara dengan menciptakan rasa sakit
ditubuh Halley, lagi dan lagi Halley menjerit kesakitan tubuhnya seperti
dibakar, dadanya sesak dan kesulitan untuk bernafas, rasa perih yang teramat
sangat pada matanya masih belum pudar. “a—a—aku tidak akan mem—memberi—tahumu
sedikitpun mahluk aneh!” ujar Halley terbata-bata karena menahan rasa sakit
yang dideritanya.
Pangeran
kegelapan melepaskan Halley sampai Halley terjatuh kembali, ia kemudian
berjalan perlahan menghampirinya dan berputar disekelilingnya, Halley merasakan
aura yang sangat buruk saat pangeran kegelapan berada disekitarnya seolah hanya
kesedihan, kesengsaraan, kepahitan akan masa lalu yang menyelimutinya. Tapi
Halley berusah keras menutupi pikirannya akan Gloria dan Gara, tidak menutup
kemungkinan jika pangeran kegelapan dapat masuk atau bahkan mengendalikan
pikirannya, setelah tubuh Halley dikendalikan oleh pangeran kegelapan.
“aaaarrgghhh!!!” Halley merintih kembali sesuatu seperti mencekik lehernya.
“jadi apa kau salah satu dari manusia itu? Kau seorang teman bagi mereka?”
Tanya pangeran kegelapan dengan nada rendah namun penuh akan penekanan.
“itu—itu bu—bukan urusanmu! A—aku hanya kebetulan le—lewat saat mahluk mahluk
itu muncul dihadapanku—“ rintih Halley. “lidahmu.. apa aku perlu MEMOTONGnya!”
tegas pangeran kegelapan, kemudian menjatuhkan Halley untuk kesekian kalinya,
“Cxipto, bawa dia ! lihat bagaimana dia bisa bertahan!” ujarnya dengan penuh
penekanan. Pergelangan Halley tercengkaram oleh para Cxipto yang menyeretnya
kesuatu tempat, Halley tak dapat tahu secara pasti, hanya kegelapan yang dapat
dilihatnya tanpa cahaya sedikitpun, dijatuhkan Halley begitu saja, dan Halley
hanya berteriak ketika tubuhnya tersungkur. “beruntung rambutku ini tidak
memakanmu karena belas kasihan pangeran kegelapan” tegas Cxipto. ‘belas
kasihan..’ pikir Halley dalam benaknya, dia merasa geli saat mendengar kalimat
itu.
Halley
mencoba menahan rasa sakitnya, matanya benar benar parah, tubuhnya penuh dengan
bentuk sayatan dengan bercak darah disekujur tubuhnya. Halley benar benar
memikirkan Gloria, entah dia tidak mengetahui apa yang terjadi atau apa yang
kini Gloria lakukan, bagaimanapun dia telah berjanji untuk membantu Gloria dan
Gara, sedikitpun dia tidak berniat untuk memberitahukan keberadaan mereka pada
pangeran kegelapan. Seandainya dia mempunyai cukup energi untuk berubah menjadi
serigala kembali, dia bisa meminta bantuan teman temannya dengan lolongannya.
‘Bodoh’ pikirnya, ‘kenapa aku harus muncul disaat tidak tepat? Saat mahluk
mahluk mengerikan itu tepat ada disana’ kelut Halley kembali.
“siapa
disana?” sahut seseorang dari kejauhan, bagaimanpun Halley tidak dapat melihat
untuk dapat memastikan siapa atau apa yang menanyakan itu. “maaf—bisa kau
mendekat, sepertinya kau terlalu jauh, aku tidak dapat mendengarmu dengan
jelas, aku juga tidak dapat mengampirimu, mataku dirusak oleh pangeran
kegelapan” ujar Halley. Belum ada jawaban atas pernyataan Halley namun…
“iyaakk, auuhh.. kau—kau meludahiku!” seru Halley dengan kedua tangan
menghempaskan air liur yang ada dimatanya, namun perlahan saat ia hendak
membuka mata, pandangannya tidak gelap seutuhnya, sekarang ia bisa melihat
samar samar dan dengan jelas kemudian, tapi matanya terasa terbakar saat ini,
beruang kali dia mengusap matanya dan mengedipkannya untuk dapat membuka mata,
rasa perih itu perlahan namun pasti mulai menghilang. Saat Halley dapat melihat
dengan seutuhnya dia tidak melihat apapun “lalu siapa yang berbicara tadi, dan
apa yang meludahiku?” ujarnya dengan nada keheranan.
“tundukan
kepalamu! Lihatlah lebih rendah!” suara itu datang lagi, Halley menundukan
pandangannya, dilihatnya seekor tikus, “ti—tikus! Aahhh yaaa kau yang
melakukannya? Meludahiku?” ujar Halley, “bagaimanapun sekarang kau dapat
melihat kembali bukan! Dasar manusia tidak tahu berterima kasih!” ujar tikus
itu. “oke.. baiklah, terima kasih, tapi jika mataku dapat melihat dan aku
melihat mahluk itu aku bisa menjadi batu bukan?” jelas Halley. “aaaiisshh air
liurku mengandung magis dan air liurku dapat melindungimu dari cxipto cxipto
itu” jelas Tikus itu “ahhh meski aku seekor tikus, mana bisa kau meyebutku
seperti itu, rasanya seperti penghinaan!” tambahnya. “ohh benarkah? Dari mana
kamu berasal? Oke kalau begitu seharusnya kau memiliki sebuah nama bukan?” ujar
Halley, “tuan Alex yang menemukanku dan ‘mengubahku’ Haxio itu namaku” jelas
tikus itu. “tunggu—tunggu! Tuan Alex katamu? apa dia masih hidup?” ujar Halley
dengan masih fokus pada kedua matanya yang masih sedikit terasa terbakar.
“tentu dia masih hidup!—aahhh seharusnya aku tidak memberitahumu!”ujar Haxio
“TIKUS BODOH!” tambah Haxio lebih kepada dirinya dengan memukul mukul
kepalanya. “jangan khawatir aku tidak dipihak pangeran kegelapan, dapatkah kau
memberitahuku? Anaknya—Gloria datang untuk mencarinya” jelas Halley. Namun
tidak ada jawaban bahkan Haxio menghilang dari hadapannya, padahal sedikit lagi dia bisa mengetahui keberadaan
ayah Gloria, tapi satu hal yang pasti dia ketahui, tuan Alex masih hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar