Jumat, 03 April 2015

FF_ Enam

Silahkan baca cerita sebelumnya di FF_ Lima
“Tuan…” ujar salah satu Cxipto, berlutut dihadapan sosok mahluk yang memakai jubah hitam, “sepertinya ada manusia yang terlalu jauh berkemah dihutan terlarang, hamba menemukan sebuat tenda di arah timur” tambahnya. Sosok penuh kegelapan itu terdiam, duduk disinggasana sebuah gua didalam ngarai yang sangat dalam, mustahil untuk menggapainya jika tidak memiliki magis. “manusia katamu!!!” tegasnya dengan suara yang penuh murka “dan kau—kau tidak berhasil menangkapnya!!! Kau….” Tegas suara itu lagi, mengangkat tubuh Cxipto itu hanya dengan pikirannya, Cxipto itu terlihat kesakitan, rambut rambut ularnya menjerit dan bahkan ia tidak bisa merasakan nafasnya, lalu Cxipto itu dijatuhkannya, “ma—ma—maafkan hamba tuan, tenda itu kosong—sepertinya  mereka pergi sebelum hamba tiba” jelas Cxipto dengan nada kesakitan. “Tapi… hamba menangkap seekor serigala” tambahnya lagi berharap ini akan sedikit membuat pangeran kegelapan terhibur. “manusia serigala” jelas Cxipto, “sepertinya dia adalah salah satu dari mereka” tambahnya lagi. “aahh—manusia serigala… bawa dia padaku!” sentak pangeran kegelapan, jubah hitam terhembuskan saat dia berdiri dengan segala keangkuhan dan kekuatan yang ia miliki.
Para Cxipto yang lain membawanya, manusia serigala itu adalah Halley, dan dia menjadi sebuah batu saat menatap Cxipto diperkemahan, pangeran kegelapan menatapnya dan mengubah Halley menjadi seperti semula, dengan membutakan matanya, agar dia tidak bisa melihat Cxipto yang dapat mengubahnya menjadi batu kembali. Halley menjerit dalam kesakitannya saat pangeran kegelapan membutakan kedua matanya, terlihat darah keluar dari pelupuk matanya. “aaarrgghh—apa—apa yang kau lakukan, dan—dan apa yang kau inginkan dariku—aaaarrggh !” teriaknya kesakitan. “kau! Apa yang kau lakukan didaerah kekuasaanku! Aaahh—dan kau berteman dengan manusia? Mereka pasti memiliki keberanian besar sampai sejauh ini mendirikan sebuah tenda diwilayahku!!!” bentak pangeran kegelapan. Halley berusaha bangkit, ia berdiri ditengah rasa sakitnya, Gara dan Gloria yang ada dalam benaknya, apakah mereka lolos atau mereka tertangkap,  Halley tidak dapat mengetahuinya. Halley berteriak merintih kesakitan sekali lagi, sesuatu seperti mencambuk tubuhnya, “kau—kau tidak menjawab pertanyaanku!!!” keras pangeran kegelapan, ia bermain dengan pikirannya memaksa Halley berbicara dengan menciptakan rasa sakit ditubuh Halley, lagi dan lagi Halley menjerit kesakitan tubuhnya seperti dibakar, dadanya sesak dan kesulitan untuk bernafas, rasa perih yang teramat sangat pada matanya masih belum pudar. “a—a—aku tidak akan mem—memberi—tahumu sedikitpun mahluk aneh!” ujar Halley terbata-bata karena menahan rasa sakit yang dideritanya.
Pangeran kegelapan melepaskan Halley sampai Halley terjatuh kembali, ia kemudian berjalan perlahan menghampirinya dan berputar disekelilingnya, Halley merasakan aura yang sangat buruk saat pangeran kegelapan berada disekitarnya seolah hanya kesedihan, kesengsaraan, kepahitan akan masa lalu yang menyelimutinya. Tapi Halley berusah keras menutupi pikirannya akan Gloria dan Gara, tidak menutup kemungkinan jika pangeran kegelapan dapat masuk atau bahkan mengendalikan pikirannya, setelah tubuh Halley dikendalikan oleh pangeran kegelapan. “aaaarrgghhh!!!” Halley merintih kembali sesuatu seperti mencekik lehernya. “jadi apa kau salah satu dari manusia itu? Kau seorang teman bagi mereka?” Tanya pangeran kegelapan dengan nada rendah namun penuh akan penekanan. “itu—itu bu—bukan urusanmu! A—aku hanya kebetulan le—lewat saat mahluk mahluk itu muncul dihadapanku—“ rintih Halley. “lidahmu.. apa aku perlu MEMOTONGnya!” tegas pangeran kegelapan, kemudian menjatuhkan Halley untuk kesekian kalinya, “Cxipto, bawa dia ! lihat bagaimana dia bisa bertahan!” ujarnya dengan penuh penekanan. Pergelangan Halley tercengkaram oleh para Cxipto yang menyeretnya kesuatu tempat, Halley tak dapat tahu secara pasti, hanya kegelapan yang dapat dilihatnya tanpa cahaya sedikitpun, dijatuhkan Halley begitu saja, dan Halley hanya berteriak ketika tubuhnya tersungkur. “beruntung rambutku ini tidak memakanmu karena belas kasihan pangeran kegelapan” tegas Cxipto. ‘belas kasihan..’ pikir Halley dalam benaknya, dia merasa geli saat mendengar kalimat itu.
Halley mencoba menahan rasa sakitnya, matanya benar benar parah, tubuhnya penuh dengan bentuk sayatan dengan bercak darah disekujur tubuhnya. Halley benar benar memikirkan Gloria, entah dia tidak mengetahui apa yang terjadi atau apa yang kini Gloria lakukan, bagaimanapun dia telah berjanji untuk membantu Gloria dan Gara, sedikitpun dia tidak berniat untuk memberitahukan keberadaan mereka pada pangeran kegelapan. Seandainya dia mempunyai cukup energi untuk berubah menjadi serigala kembali, dia bisa meminta bantuan teman temannya dengan lolongannya. ‘Bodoh’ pikirnya, ‘kenapa aku harus muncul disaat tidak tepat? Saat mahluk mahluk mengerikan itu tepat ada disana’ kelut Halley kembali.
“siapa disana?” sahut seseorang dari kejauhan, bagaimanpun Halley tidak dapat melihat untuk dapat memastikan siapa atau apa yang menanyakan itu. “maaf—bisa kau mendekat, sepertinya kau terlalu jauh, aku tidak dapat mendengarmu dengan jelas, aku juga tidak dapat mengampirimu, mataku dirusak oleh pangeran kegelapan” ujar Halley. Belum ada jawaban atas pernyataan Halley namun… “iyaakk, auuhh.. kau—kau meludahiku!” seru Halley dengan kedua tangan menghempaskan air liur yang ada dimatanya, namun perlahan saat ia hendak membuka mata, pandangannya tidak gelap seutuhnya, sekarang ia bisa melihat samar samar dan dengan jelas kemudian, tapi matanya terasa terbakar saat ini, beruang kali dia mengusap matanya dan mengedipkannya untuk dapat membuka mata, rasa perih itu perlahan namun pasti mulai menghilang. Saat Halley dapat melihat dengan seutuhnya dia tidak melihat apapun “lalu siapa yang berbicara tadi, dan apa yang meludahiku?” ujarnya dengan nada keheranan.
“tundukan kepalamu! Lihatlah lebih rendah!” suara itu datang lagi, Halley menundukan pandangannya, dilihatnya seekor tikus, “ti—tikus! Aahhh yaaa kau yang melakukannya? Meludahiku?” ujar Halley, “bagaimanapun sekarang kau dapat melihat kembali bukan! Dasar manusia tidak tahu berterima kasih!” ujar tikus itu. “oke.. baiklah, terima kasih, tapi jika mataku dapat melihat dan aku melihat mahluk itu aku bisa menjadi batu bukan?” jelas Halley. “aaaiisshh air liurku mengandung magis dan air liurku dapat melindungimu dari cxipto cxipto itu” jelas Tikus itu “ahhh meski aku seekor tikus, mana bisa kau meyebutku seperti itu, rasanya seperti penghinaan!” tambahnya. “ohh benarkah? Dari mana kamu berasal? Oke kalau begitu seharusnya kau memiliki sebuah nama bukan?” ujar Halley, “tuan Alex yang menemukanku dan ‘mengubahku’ Haxio itu namaku” jelas tikus itu. “tunggu—tunggu! Tuan Alex katamu? apa dia masih hidup?” ujar Halley dengan masih fokus pada kedua matanya yang masih sedikit terasa terbakar. “tentu dia masih hidup!—aahhh seharusnya aku tidak memberitahumu!”ujar Haxio “TIKUS BODOH!” tambah Haxio lebih kepada dirinya dengan memukul mukul kepalanya. “jangan khawatir aku tidak dipihak pangeran kegelapan, dapatkah kau memberitahuku? Anaknya—Gloria datang untuk mencarinya” jelas Halley. Namun tidak ada jawaban bahkan Haxio menghilang dari hadapannya, padahal  sedikit lagi dia bisa mengetahui keberadaan ayah Gloria, tapi satu hal yang pasti dia ketahui, tuan Alex masih hidup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar