Jumat, 03 April 2015

FF_Dua Puluh-END

Silahkan baca cerita sebelumnya di FF_Sembilan belas
“dengan sangat jelas!” jawab pangeran kegelapan meyakinkan Halley, “baiklah...—aku—” ujar Halley dan menatap kearah Gara yang ada disebrangnya memberikan pertanda, “aku—sama sekali tak membutuhkannya!” lugas Halley dan melemparkan batu itu pada Gara, Gara berhasil mendapatkannya, kini semuanya menatap Gara, tuan Titan hendak meraih namun tuan Jack menghadangnya, Halley berubah kembali menjadi seekor serigala membawa Gloria pergi dari tempat itu, Gara meraih lengan tuan Jack dan tuan Alex lalu menghilang dari tempat itu, hingga mereka muncul disebuah bukit lapang, Halley dan Gloria muncul kemudian, mereka semua berusaha mengambil nafas namun mereka tak dapat menikmati setiap tarikan nafas mereka karena para Cxipto mengepung mereka sekarang, “apa yang harus kita lakukan sekarang?” ujar Gloria, “tetaplah bersamaku!” jelas Halley mata besar serigalanya memandangi para Cxipto itu, “menyerahlah!” ujar tuan Titan yang berwujud seekor serigala menatap tajam anaknya, “ayah melakukan kesalahan” ujar Halley geram Halley, “demi kebaikanmu.. menyerahlah, ayah tak ingin kau terluka” ujarnya, “seharusnya ayah memikirkan itu sejak awal!” jelas Halley “tak akan ku biarkan ayah melakukan ini” tambahnya, tuan Alex melakukan magisnya untuk menyingkirkan para cxipto itu namun sebanyak apapun yang ia singkirkan para Cxipto itu akan bermunculan kembali, mereka terus bertambah, “Gara! Arahkan magismu pada pada batu itu!” seru tuan Alex, gara mengambil nafas yang cukup dalam meluncurkan sebuah mantra pada batu itu melalui tongkat sihirnya, dan para cxipto itu langsung menjadi abu seketika ketika cahaya dari batu itu mengenai tubuh mereka, “tuan ini..” ujar Gara perlahan memberikan batu itu pada tuan Alex, “ini hampir tengah malam” ujar tuan Alex, “aaargghht!!!” terdengar jerit Gloria yang kini ada pada cengkraman pangeran kegelapan, tubuh Gloria terangkat dan ia sama sekali tak dapat melepaskan diri, Halley melompat kearah pangeran kegelapan namun ia justru terhempaskan, Gara mencoba menggunakan magisnya, namun pangeran kegelapan juga menghempaskannya hingga Gara tersungkur, tuan Jack berusaha melindungi tuan Alex dengan menghadang tuan Titan yang hendak mendekatinya, dan perkelahian terjadi diantara mereka, “menyingkirlah!” ujar tuan Titan, “coba saja!” tantang tuan Jack, Halley meluncur kearah ayahnya dan menghempaskannya, Halley menatap tajam kedua mata ayahnya, “maaf ayah—aku—aku minta maaf” lirih Halley, tuan Titan melihat kedalam mata anaknya, ingatan kebersamaan mereka berdua terbesit dalam pengelihatan tuan Titan, matanya kini melemah melihat tatapan putranya Halley.
“berikan batu itu jika kau tidak ingin melihat putri kecilmu ini terluka” ujar pangeran kegelapan, ‘Gloria masih memekai kalung rubi dariku, meski rubi telah melemah tapi magis itu tidak akan pernah hilang sepenuhnya’ pikir Gara, seandainya ia bisa melakukan koneksi itu ia bisa mengendalikan pikiran Gloria, ‘apa koneksi itu telah benar benar terputus?’ pikir Gara, ia tahu jika koneksi yang dulu dibuatnya sangat kuat, meski tuan Alex telah berhasil memutuskan koneksi diantara mereka, ‘aku akan mencobanya’ pikir Gara lagi, ia memfokuskan diri memberi tahu Gloria untuk fokus pada kalungnya, bagaimanapun kalung itu seharusnya bisa melindungi Gloria dari setiap magis yang menjeratnya, tapi itu tak berhasil, Gloria tidak bereaksi apapun Gara tak pernah bisa meraih pikiran Gloria, Gloria masih terlihat kesakitan, ia menggelengkan kepalanya perlahan berharap ayahnya tak pernah menyerahkan batu itu, tuan Alex terlihat bimbang ia tak ingin jika terjadi sesuatu pada putrinya, perlahan tuan Alex sedikit mengarahkan batu itu pada pangeran kegelapan, Gara merasakan keraguan  itu, pangeran kegelapan tetap terfokus pada tuan Alex, Gara menatap tajam pada Gloria, dan Gloria membalas tatapannya, “ka-lung-mu” ujar Gara tanpa menimbulkan suara berharap Gloria dapat membaca gerakan mulutnya, Gloria menggelengkan kepalanya memberitahu Gara ia tak mengerti apa yang dimaksudnya, Gara menunjukan lengannya kelehernya dan mengejanya kembali “ka-lung-mu” Pangeran kegelapan memperhatikan dan ia juga menjerat Gara dan menghempaskannya hingga ia terjatuh kedasar bukit. Gloria memperhatikan kalungnya, ia mulai mengerti apa yang dimaksud oleh Gara, ia mencoba fokus pada kalungnya setidaknya untuk melepaskan jeratan dari pangeran kegelapan. Kalung Gloria mulai bersinar hingga akhirnya Gloria terjatuh, Gloria dengan cepat menghampiri ayahnya, tuan Alex menarik kembali batu ditangannya, pangeran kegelapan mulai bermain dengan magisnya lagi tapi itu tak berhasil pada Gloria hingga akhirnya ia akan melakukannya pada tuan Alex, namun tiba tiba tuan Titan melompat kearah tuan Alex sehingga magis yang diluncurkan pangeran kegelapan tapat mengenai tubuh serigalanya hingga ia terjatuh dan berubah menjadi manusia kembali, “tidak—ayah!” seru Halley berlari menghampiri ayahnya, Gara berusaha bangkit dan kembali. Gloria menghampiri Gara saat Gara muncul, “saatnya hampir tiba!” ujar tuan Alex. Pangeran kegelapan menghempaskan tuan Alex dan batu itu kini tepat berada dihadapannya, Gara melakukan magisnya untuk merebut batu itu dari genggaman pangeran kegelapan namun pangeran kegelapan berhasil menangkis magis itu dan membuat Gara terjatuh, Halley melompat menerjang pangeran kegelapan namun cara itu tak pernah berhasil menghentikan pangeran kegelapan, diangkatnya batu itu kearah langit lalu ditariknya kembali dan ia simpan tepat didadanya namun sebelum pangeran kegelapan melakukannya Gara berhasil melayangkan sebuah mantra yang membuat batu itu terjatuh, pangeran kegelapan murka dan mengalihkan pandangannya pada Gara diangkatnya jemari tangannya namun Gloria melindungi Gara hingga magis yang dilayangkan pangeran kegelapan tepat masuk kedalam kalung rubi Gloria sehingga mantra itu berbalik pada pangeran kegelapan, mereka sama sama terhempaskan karenanya, pangeran kegelapan bangkit dan mengarah pada batu itu, sesuatu menggerakan batu itu, itu adalah Haxio, ia membawanya dengan keseimbangan yang sangat tidak terjaga, dan Halley membantunya, pangeran kegelapan menghempaskan Halley dan berhasil mendapatkan batu itu, pangeran kegelapan menyadari waktunya tak lagi banyak hingga akhirnya ia benar benar menyerap keluatan dari batu itu, dirasakannya kekuatan yang begitu besar mengalir pada tubuhnya, semuanya kehilangan harapan ketika melihat kejadian itu. Pangeran kegelapan tersenyum sangat puas hingga akhirnya sesuatu yang ia tidak duga terjadi, tubuhnya dilubangi oleh cahaya merah yang ditimbulkan dari batu itu “tunggu—tunggu bukan seperti ini seharusnya!” murka pangeran kegelapan hingga akhirnya tubuhnya lenyap dengan meredupnya cahaya dari batu dewa itu. Dan batu itu terjatuh kemudian berubah menjadi abu tak ada sisa sedikitpun. Setiap mahluk mahluk tak wajar perlahan terhempaskan dan lebur menjadi abu, termasuk Haxio.
“aku tidak mengerti—apa—apa yang sebenarnya terjadi, bukankah—bukankah seharusnya dia menjadi—sangat—”—“ dia terlamBat sayang!” sela tuan Alex, “walau dia hanya sedikit terlamBat, 1000 tahun usia batu telah berlalu saat ia mencapai titik sempurna tapi setelah itu ia akan mencapai titik terlemahnya meski itu hanya untuk sesaaat, sepertinya pangeran kegelapan menyerap kekuatan batu itu saat berada dititik yang salah sehingga ia menjadi hancur karenanya, energi yang terkoneksi dengan batu terlalu besar untuk kondisi batu yang sangat lemah sehingga menghancurkannya dan dengan hancurnya batu itu maka semua mahluk magis yang tercipta darinya akan ikut hancur bersamanya” jelas tuan Alex, “setidaknya ini semua berakhir” ujar Gloria dan memeluk hangat ayahnya.
Halley tepat berada disamping ayahnya, meski ayahnya ikut campur terlalu besar terhadap pangeran kegelapan tapi tuan Titan tetaplah ayahnya, dalam sadarnya tuan Titan tersenyum menatap Halley. “ayah minta maaf nak” ujar lemah tuan Titan, “aku tahu—aku tahu ayah tidak bersalaH sepenuhnya” ujar Halley mendekap kuat tubuh ayahnya. Hingga akhirnya tuan Titan tak mampu bertahan dan melepaskan nafas terakhirnya, Halley hanya menangis melihat kepergian ayahnya, Gloria menghampiri Halley dan memeluknya berharap itu bisa membantu Halley. Gara tegak berdiri dihadapan Gloria dan Halley, menatap tajam kearah mereka dan seulas senyuman muncul diwajahnya.
“lihat ini…” ujar Halley yang muncul dari belakang tubuh Gloria menunjukan sebuah kalung yang terjuntai dihadapan Gloria, lalu duduk disampingnya, “cantiknya..” ujar lebut Gloria dan meraih kalung itu, “kau menyukainya?” timpal Halley, “hhaaahhhh… (membuang nafas) tapi itu hanya sebuah kalung biasa, kalung itu tak dapat melindungimu dari apapun, tak seperti kalung pemberian Gara” ujar Halley tanpa memandang Gloria sedikitpun ia hanya memusatkan pandangannya pada hamparan bunga bunga dihadapannya, “kau tahu aku bukan penyihir” tambahnya menatap Gloria, “kalau begitu aku tak membutuhkan kalung ini bukan?” ujar Gloria dan itu membuat raut wajah Halley sedikit geram “hmm meski kalung ini tak secantik kalung yang diberikan Gara untukmu, dan kalung ini tak dapat melindungimu dari magis jahat—tapi ada satu hal yang mungkin dapat dilakukannya” ujar Halley dan bangkit melangkahkan kaki kakinya menikmati setiap pemandangan indah yang terbentang dihadapannya, Gloria mengikuti setiap langkah yang dilakukan Halley, “apa?” ujar Gloria, “kalung ini akan membuatmu tak akan pernah bisa jauh dariku” jelas Halley, dan Gloria tersenyum manis karena ucapan Halley, “kau mengikatku sekarang?” ujar Gloria, “aaiisshh kau terlalu percaya diri, aku tak bilang aku menerimanya” tambah Gloria dan pergi dari Halley dengan melepas senyumannya, “kau—” kalut Halley dan mengejar Gloria.
Gara memperhatikan dari kejauhan ia tak pernah melihat Gloria sebahagia itu bahkan ia tak bisa membuat Gloria tersenyum sebahagia itu, Gara tak pernah melepaskan pandangannya dari mereka tidak sedikitpun, ia tahu Gloria membutuhkan Halley dan Halley satu satunya alasan yang membuat Gloria dapat tersenyum seperti itu.

-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar