Belajar
merupkan aktivias yang tidak akan lepas dari seorang peserta didik, baik
dilakukan disekolah maupun diluar sekolah seperti dirumah, ditaman, maupun
ditempat bimbingan belajar. Prestasi belajar merupakan buah dari kerja keras
yang dapat diraih oleh setiap peserta didik yang meluangkan waktunya untuk
belajar lebih banyak. Namun kemampuan belajar dari setiap peserta didik berbeda
satu sama lain. Ada peserta didik yang dapat dengan mudah menerima setiap
materi pelajaran namun ada pula yang memiliki hambatan. Pada tingkat tertentu akan
ada titik dimana peserta didik mengalami hambatan atau kesulitan dalam memahami
materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik di sekolah.
Kesulitan
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harus dapat diidentifikasi sehingga
akan diperoleh langkah tepat dalam mengatasinya. Kesulitan belajar yang dialami
oleh peserta didik dapat diidentifikasi dengan cara melakukan diagnostik belajar
siswa.
Diagnostik
merupakan terminology yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndake dan
Hagen pengertian diagnostik yaitu :
1.
Upaya
atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weaknees,
disease) apa yang dialami
seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai
gejala-gejalanya (symptons).
2.
Studi yang seksama terhadap fakta tentang
suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya
yang esensial;
3.
Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu
studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
Sedangkan belajar
menurut Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Setelah
mengetahui definisi dari belajar, maka selanjutnya yang harus dipahami adalah pengertian
dari kesulitan belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar
adalah suatu kondisi dimana siswa tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
Menurut Abu Ahmadi
dan Widodo Supriyono, kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana anak
didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
Dengan mengaitkan
kedua pengertian dasar di atas, kita dapat mendefenisikan diagnosis kesulitan
belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta
latar belakang kesulitankesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan
berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan
untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan
pemecahannya.
Adapun factor factor
penyebab kesulitan belajar bagi peserta didik yaitu factor internal dan
eksternal. Pada umumnya penyebab utama dari kesulitan belajar peserta didik
adalah factor internal salah satunya adalah kemungkinan adanya disfungsi neurologis: sedangkan penyebab utama
problematika belajar (learning problems) adalah factor eksternal, yaitu antara
lain tanpa strategi pembelajaran yang keliru, pengolahan kegiatan belajar yang
tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat.
1.
Faktor
Internal
Faktor internal merupakan factor yang
timbul dalam diri peserta didik itu sendiri baik secara fisik maupun mental,
contohnya adalah kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya.
Aspek aspek tersebut memiliki pengaruh besar terhadap hasil belajar peserta
didik.
2.
Faktor
Eksternal
Faktor eksternal merupakan factor yang
muncul dari luar diri peserta didik yang berasal dari lingkungannya. Faktor
eksternal ini dikelompokan dalam 3 faktor diantaranya factor keluarga, factor sekolah
dan factor masyarakat.
a. Faktor Keluarga
Faktor
keluarga merupakan lingkungan pendidikan primer dan memiliki sifat fundamental,
lingkungan utama dimana peserta didik tumbuh.
Adapun factor
lingkungan keluarga ini diantaranya
-
Cara orang
tua mendidik
-
Relasi
antar onggota keluarga
-
Suasana
rumah
-
Keadaan
ekonomi keluarga
-
Pengertian
orang tua
-
Latar
belakang kebudayaan
b. Faktor Sekolah
Lingkungan
sekolah merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga. Di lingkungan
sekolahlah peserta didik biasanya banyak melakukan proses pembelajaran. Faktor factor
yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu :
-
Metode mengajar
-
Kurikulum
-
Relasi
guru dengan siswa
-
Relasi
siswa dengan siswa
-
Disiplin
sekolah
-
Media
pendidikan
-
Waktu
sekolah
-
Standar
pelajaran diatas ukuran
-
Keadaan
gedung
-
Metode
belajar
-
Tugas rumah
c. Faktor Mayarakat
Jika
keluarga mengambil peran sebagai komunitas masyarakat kecil, maka masyarakat
sendiri merupakan komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial terbesar. Faktor factor
dalam lingkungan masyarakat yang berpengaruh pada hasil belajar dari peserta
didik diantaranya :
-
Kegiatan
peserta didik dalam masyarakat
-
Mass
media
-
Teman
bermain
-
Bentuk
kehidupan masyarakat
Peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar merupakan siswa yang sulit untuk dapat belajar secara wajar, karena factor
factor yang telah dipaparkan diatas, berdasarkan factor factor tersebut maka
dapat diketahui gejala gejala yang dapat diamati oleh pendidik maupun orang tua
peserta didik, diantaranya :
1.
Menujukkkan
prestasi belajar rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok
siswa dikelas.
2.
Hasil
belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan . padahal anak
didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
3.
Siswa
Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya mengerjakan soal dalam waktu lama
baru selesai.
4.
Anak
didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura,
berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.
5.
Anak
didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada
orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu
bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan diri dari
kawan-kawannya.
6.
Anak
didik yang Tergolong mempunyai IQ tinggi, yang secara potensial mereka
seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka
mendapatkan prestasi yang rendah.
7.
Anak
didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar
mata pelajaran. Tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.
Ciri-ciri kesulitan belajar sebagai
berikut:
a. Siswa dikatakan mengalami kesulitan
belajar apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai
ukuran yang tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level
of mastery) minimal
dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh guru (criterium
referenced). Dalam konteks sistem pendidikan di
Indonesia angka nilai batas (passing grade, grade-standard
-basis) ini adalah angka 6
atau 60 atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal).
b. Siswa dikatakan mengalami kesulitan
belajar apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi
yang semestinya (berdasarkan tingkat kemampuannya: intelegensi, bakat). Ia
diramalkan akan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau mencapai
suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya.
c. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar
kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan,
termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his
organismic pattern)
pada masa perkembangan tertentu, seperti
yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced).
d. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar
kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level
of mastery) yang diperlukan
sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya.
Pemecahan
masalah dari kesulitasn belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara
diagnosis. Adapun langkah langkah dalam melakukan diagnostic kesulitan belajar
peserta didika diantaranya
1. Prosedur Diagnosis
Prosedur
diagnostik banyak sekali model dan caranya, diantaranya yaitu prosedur Weener
dan Senf yang dikutip oleh Wardani dan dikutip lagi oleh Muhibbin Syah dalam
bukunya
Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru,
sebagai berikut::
a.
Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
b.
Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
c.
Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d.
Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
e.
Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
2. Treatment (perlakuan)
Perlakuan
di sini maksudnya adalah bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami
kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosa
tersebut. Bentuk treatmen yang mungkin dapat diberikan, adalah:
• Melalui bimbingan belajar kelompok,
• Melalui bimbingan belajar individual
• Melalui pengajaran remedial dalam bidang
studi tertentu,
• Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi
masalahmasalah psikologis,
• Melalui bimbingan orang tua, dan pengatasan
kasus sampingan yang mungkin ada.
Sumber :
Anis
Farhat. 2006. Diagnosis Kesulitan Belajar. [online]. Tersedia : http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1-2006-anisfarhat-985-BAB2_310-1.pdf.
[14 April 2015]
Oemar
Hamalik. 1990. Metode Belajar dan
Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito
Slameto.2003.
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Syaiful
Bahri Djamarah. 200
2.
Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar