Sabtu, 18 April 2015

Putih Abu

Putih abu, entahlah sebuah masa dimana kini aku ingin kembali, merasakan kembali lantai kelas yang dulu kupijak setiap harinya, mengenakan kemeja putih dengan atribut khusus dan rok rampel berwarna abu. Tak banyak kenangan yang bisa kusimpan tapi mari kuuraikan pada titik dimana Tuhan mengabulkan permohonanku. Satu yang kuingat saat itu "pura-pura kesal" atas formasi kelas yang telah diaturkan dari sekolah, ada beberapa nama yang ku kenal dan ada satu nama yang saat aku mengetahuinya sungguh entah harus berkomentar apa selain dengan melukiskan sebuah senyuman di pikiranku tapi tidak dengan wajahku, aah aku memiliki alasanku sendiri, berpura-puralah aku kesal dan ingin pindah kelas tapi... sekali lagi aku memiliki alasan. Entahlah itu adalah sebuah doa yang Tuhan kabulkan dengan cepat. Kupikir aku hanya akan melihatnya tapi lebih dari itu aku bisa banyak berbincang dengannya... Tak mudah menyembunyikan apa yang ingin kusembunyikan karena pada akhirnya dia menemukannya meski dia menyimpan untuk dirinya sendiri. *SKIP* bukan itu yang ingin ku bicarakan disini. Entah sudah berapa banyak orang yang mengatakan ini "Putih Abu adalah masa paling menyenangkan" yaa aku juga sependapat. Aku mulai menikmati masa putih abuku saat tahun ke-2 dan ke-3 banyak hal yang terjadi dan banyak hal yang ku lalui, mulai dari pengalaman yang selalu baru untukku saat menjalani organisasi yang telah kupilih sejak tahun pertama, persaingan akademik yang aku alami sejak tahun ke-2, dan hal hal lainnya yang selalu menjadi hal baru untukku. Ada dua hal yang paling kuingat dan selalu kubuka dalam kotak waktu yang kumiliki, saat member kelasku sebutlah IPA3 melingkar dalam lantai kelas saling bertukar kisah, sampailah ada yang beradu mulut, kesal, salah paham, tertawa hingga menangis, aahh saat itu memang sedang ada beberapa masalah yang kami alami hingga kami "dipaksa" duduk dalam sebuah lingkaran sederhana dan untuk pertama kalinya melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Banyak yang tak bisa kuungkap saat itu dalam lingkaran itu, hanya tak ingin melukai maka biarlah kusimpan dalam kotak waktuku yang tak terjamah. Dan hal lainnya adalah mengenai perasaan beberapa orang yang saling terpaut namun tidak satu sama lain dan aku berada ditengahnya, saat itu sering kali merasa bimbang dan kesal seolah aku adalah tembok tapi jika ku mengingatnya sekarang rasanya sungguh menggelikan, lucu sekali. Putih Abu juga awal bagiku untuk memiliki "sahabat" setidaknya mereka menganggapku sahabat, tapi... ada satu orang yang bisa kuanggap sebagai sahabat, seseorang dimana pertama kalinya aku bisa ungkap ceritaku tanpa ragu, bertukar kisah dengan nyaman dalam kepercayaan, yang terselimuti rasa saling mengerti, sayang kini aku kehilangannya karena sebuah kesalahan yang kulakukan. Tak apa kini sudah terbisa. Kini aku merindukannya, masa Putih Abuku, merindukan duduk dilantai kelas saat selesai berolah raga dan mengurai canda, atau duduk dilorong kelas sambil menonton sebuah drama jenaka yang disuguhkan teman temanku, atau menunggu guru atau jam masuk pelajaran dengan melantunkan beberapa lagu dari mulai lagu POP sampai lagu yang mengundang gelak tawa dengan iringan satu atau dua buah gitar yang dimainkan oleh teman. Rindu bagaimana aku merasa kesal, marah, senang, bahagia, bahkan sedih saat masa itu masih menjadi waktu yang masih kusinggahi. Banyak yang kurindukan, banyak yang ingin kuingat kembali... disinilah aku kembali membuka kotak waktu yang selalu kusimpan rapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar